AMMAN, Suara Muhammadiyah-Ideologi Muhammadiyah yang terumuskan dalam berbagai dokumen resmi dan tindakan Muhammadiyah di berbagai tempat telah mengukuhkan dirinya sebagai gerakan moderat. Paham keagamaan Muhammadiyah menunjukkan bahwa karakternya tidak bercorak ekstremisme. Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni dan Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Syamsul Anwar dalam Pengukuhan Internal Kader PCIM Yordania (18/4/2021).
Syafiq menyebut bahwa Muhammadiyah mengindari penggunaan istilah-istilah yang rancu seperti radikal-deradikalisasi. Hal ini karena semua pihak punya definisi sendiri tentang siapa yang radikal dan tidak radikal. “Di PBB, dalam beberapa diskusi, istilah radikalisme sudah dihilangkan. Yang digunakan PBB sekarang adalah violent extremism,” ujarnya. Meskipun satu langkah lagi menuju violent (kekerasan), ada ekstremisme yang tidak menjadi violent.
“Nabi pernah mengingatkan, iyyakum wal ghuluw, hati-hatilah kamu terhadap ghuluw, berlebih-lebihan. Ciri Islam berkemajuan itu adalah bersikap moderat. Usaha untuk bersikap moderat adalah dengan cara moderasi,” tutur Syafiq. Sikap moderat ini menjadi cara untuk membawa kelompok ekstrem ke jalan tengah.
Violent extremism, kata Syafiq, bukan hanya tidak menguntungkan bagi dunia, tetapi juga umat Islam. Di berbagai negara, umat Islam menjadi korban dari violent extremism yang memperparah situasi, seperti sikap Islamofobia. “Munculnya Islamofobia bukan hanya karena kurangnya pemahaman mereka tentang Islam atau karena framing media, tetapi juga karena perilaku atau sikap umat Islam sendiri yang tidak sesuai atau tidak mampu beradaptasi terhadap dunia modern.”
Kita melihat sikap ekslusif umat Islam yang baru datang sebagai imigran dari negara-negara bekas konflik, misalnya. Mereka tidak melakukan adaptasi dengan negara barunya. Syafiq menceritakan ketika utusan Muhammadiyah berdiskusi dengan sebuah komunitas imam di Eropa, ada banyak yang tidak memahami Bahasa Inggris, tidak memahami lingkungan sosial mereka di Eropa, sehingga ketika memberi fatwa, aspek kebijaksanaan, wisdom, kearifan menjadi hilang.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan sikap moderat. “Dalam khazanah Islam, disebut wasathiyah. Karakter Islam yang sesungguhnya itu wasathiyah.” Muhammadiyah itu sangat anti violent extremism, berpikiran maju, memadukan akal dan wahyu, serta menyikapi semua hal dengan moderat.
“Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, misalnya, jelas sekali sikap Muhammadiyah dalam menyikapi isu ini. Perlu kita sampaikan sikap Muhammadiyah seperti ini kepada masyarakat dunia. Sikap moderasi tidak hanya terlihat dalam dokumen resmi persyarikatan, tetapi juga dalam tindakan-tindakan Muhammadiyah.” Muhammadiyah terlibat dalam banyak dialog untuk perdamaian dunia. Muhammadiyah juga terlibat dalam beberapa forum mediasi perdamaian, misalnya di Filipina Selatan, Myanmar, Thailand Selatan.
Syafiq A Mughni mengingatkan para aktivis Muhammadiyah Yordania bahwa hubungan antara Muhammadiyah dan Yordania cukup baik. Duta besar Yordania sering bersilaturahim dengan PP Muhammadiyah. “Saya beberapa kali memberi kuliah di Universitas Yordan dan salah satu materinya adalah tentang Muhammadiyah.” PCIM Yordania diharapkan menjadi duta Muhammadiyah untuk melanjutkan hubungan baik ini.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar menyampaikan tentang Identitas Muhammadiyah yang dicantumkan di dalam pasal 4 Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 2005. Pada ayat (1) dinyatakan, “Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah”; ayat (2), “Muhammadiyah berasas Islam.”
“Dakwah dalam Muhammadiyah dibedakan dengan tabligh. Tabligh itu memberikan penerangan agama Islam. Tabligh itu sebagian dari dakwah. Dakwah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.” Meskipun ada penekanan pada aspek-aspek tertentu, misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, advokasi masyarakat terbelakang, advokasi perempuan, advokasi kebencanaan, termasuk pengkajian agama.
Gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar dilakukan untuk menegakkan atau menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. “Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu luas sekali, di antara cirinya: berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah, berasas Islam, terbuka pada ilmu pengetahuan, mempunyai sikap yang afirmatif kepada kehidupan dunia, moderat dalam memahami agama, menjaga lingkungan.” Sikap lainnya terumuskan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM).
Majelis Tarjih Muhammadiyah, kata Syamsul, memahami agama sebagai semua ajaran yang diwahyukan oleh Tuhan berupa petunjuk untuk kebahagiaan dunia dan akhirat yang dibawa oleh semua Nabi. Dalam dokumen masalah lima, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang tersebut dalam Al-Sunnah maqbulah, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah secara khusus dan menjadi khalifah untuk menjalankan ibadah umum. Ibadah dirumuskan dalam masalah lima sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan jalan menaati segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mengamalkan segala yang diinginkan Allah. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus (madhah dan gairu mahdhah).
Menurut Syamsul, manhaj Tarjih merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat unsur yang menjadi landasan: wawasan, sumber, pendekatan, prosedur teknis. Di antara wawasan Muhammadiyah itu adalah paham keagamaan moderat, berorientasi ke masa depan; tajdid dalam artian purifikasi dan dinamisasi; keterbukaan; toleransi; tidak berafiliasi mazhab tertentu. (ribas)