Keteladanan Akan Melahirkan Generasi Tangguh

Keteladanan Akan Melahirkan Generasi Tangguh

Oleh : Dahlan Rais

Semua orang Muslim diingatkan oleh Allah agar hendaknya mereka takut manakala melahirkan generasai penerus yang lemah. Dalam pemaknaan terbalik, maka sebenarnya umat Islam dianjurkan untuk menyiapkan generasi penerus yang tangguh, baik iman dan ketakwaannya, ekonominya, pendidikannya, termasuk tangguh secara fisik.

وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS An-Nisa ayat 9).

Tangguh juga mengandung arti orang yang pantang menyerah, pribadi yang tidak pernah merasa lemah, atas sesuatu yang terjadi pada dirinya. Generasi tanggung itu berarti ia siap menghadapi semunya dengan berpikir secara positif.

Tangguh juga berarti kemampuan yang dimiliki seseorang atau sikap untuk berbuat yang terbaik terhadap apa yang menjadi kemajiban dan tanggungjawabnya.

Jadi generasi tangguh adalah generasi tahan banting. Kalau jatuh, ya bangkit lagi, jatuh bnagkit lagi, jatuh bangkit lagi. Apa yang sudah menjadi tekatnya, maka sekuat tenaga ia akan meraihnya, dan siap menaggung segala resikonya. Layaknya pepatah, gunungpun kan ku daki, lautan ku sebrangi.

فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imron ayat 159).

Lalu siapakah pemuda yang bisa dijadikan contoh sebagai profil pemuda yang tangguh? Tidak lain

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu… (QS Al-Ahzab ayat 21).

Yaitu siapa teladan tersebut, beliau adalaha Nabi Muhammad saw. Dalam dakwahnya ia sering dihina, dicaci maki, dihalangi, ditolak, diusir, dan sebagainya. Namun beliau tetap tegar dan tetap melanjutkan dakwahnya. Sebab beliau meliki sifat pemuda tangguh sebagaimana disebutkan di atas.

Begitu juga dengan Nabi Ibrahim. Jadi tangguh, tahan banting, bukan berarti secara kasat mata pribadi dengak watak yang kera. Sebab ketangguhan yang dimiliki oleh Ibrahim justru ia tangguh karena kelembutannya.

Lalau bagaimana cara menanamkan sikap tangguh ini agar dimiliki oleh genaerasi penerus?

Pertama, lewat pendidikan. Baik di rumah, di sekolah, juga di pusat-pusat anak itu berkumpul. Termasuki menjadikan masjid sebagai tempat belajar sekaligus arena berkumpul.

Namun pada sisi lain, kita juga harus melihat bahwa tantangan dan zaman tidaklah seperti dahulu. Semua sudah berubah. Apalagi di era digital seperti sekarang ini. Di mana anak dalam kesehariannya erat dengan smarphone atau gadget atau gawai. Namun apappun tantangannya, keteladanan adalah kunci dalam mendidik dan memebinda anak menjadi generasi tangguh.

Maka tugas orang tua sekarang yang paling penting adalah tampil sebagai panitan bagi anak-anaknya, terutama di rumah dan dilingkungan sekitar.

Selain itu, orang tua perlu menekankan akan pentingnya penanaman akidah dan tauhid. Dari penanaman akidah dan tauhid yang baik akan melahirkan akhlak yang baik. Dan akhlak yang baik itulah karakter yang baik.

Termasuk menyiapkan intelektualitas anak. Sebab bagaimanapun, bahwa kedepan ilmu akan menjadi rujukan dan standar. Maka jangan sampai kemudian, generasi Islam ketinggalan dan jauh dari keilmuan.

Berikutnya, anak dibiasakan untuk gemar melakukan amal saleh. Gemar untuk melakukan hal yang baik. Kalau hal yang jelek, tidak usah diajarkan biasnaya anak akan tahu dengan sendirinya, karenanya membiasakan anak untuk senang melakukan kebaikan menjadi modal selanjutnya untuk melahirkan generasi tangguh. Caranya sederhana, yaitu memulainya dari hal yang kecil, sperti membiasakan untuk selallu mengucapkan terimakasih bila diberi, minta maaf bila salah, dan minta tolong jika butuh bantuan. Termasuk meminta restu atau izin orangtua ketika hendak pergi atau melakukan sesuatu.

Kemudian, adalah membiasakan anak untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Ini kelihatannya mudah tapi pada dasarnya butuh latihan, butuh pembiasaan. Dalam ungkapan bahasa indonesia disebutkan, Alah Bisa Karena Biasa. Jadi sesuatu itu menjadi mudah karena sering dibiasakan, dan diulang-ulang.

Terakhir, anak harus memiliki sikap yang bersungguh-sungguh. Kesungguhkan merupakan dorongan dari dalam diri yang kuat. Dengan kesungguhan maka jalan dan cita-cita akan terbuka. Kalau kita boleh jujur, kadar kesungguhan kita belumlah di level maksimal, itu sebabnya mungkin kita belum bisa lahir sebagai generasi ungggul dan belum juga mampu melahirkan generasi penerus yang unggul. Maka sekali lagi, bersungguh-sungguhlah. (gsh)

Exit mobile version