SEMAN, Suara Muhammadiyah- Pengajian Ramadhan 1442 H PDM Sleman mengangkat tema Kreativitas da Inovasi Masa Pandemi untuk Kemanfaatan Umat. Berlangsung di pendopo Bupati Sleman secara luring dengan peserta terbatas juga secara daring, pengajian tersebut menghadirkan dua narasumber yang dipandang sukses dalam hal memberikan solusi bagi umat dan bangsa di masa Pandemi covid-19 ini. Pertama, adalah Prof Kuat Triyana Guru Besar UGM penemu Genose. Kedua, adalah Deni Asy-Ari Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, pelopor kelahiran bisnis jamaah bulogmu dan logmart (toko ritel) di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam materinya, Prof Kuat menyampaikan, bahwa Genose (alat pendeteksi virus covid-19) berawal dari e-noe yaitu hidung elektrik. “Waktu itu kami hanya ingin membuat hidung buatan untuk kebutuhan penelitian, namun karena ada Corona, kemudian kami diminta fakultas kedokteran UGM untuk mengembangkan alat ini guna diujicobakan kepada pasien positif covid. Dari situlah kemudian lahir Genose sebagai alat pendeteksi virus tersebut,” terangnya.
Saat itu, Kuat melanjutkan, alat pendeteksi covid jumlahnya sangatlah sedikit. “Kelahiran Genose tentu sangat membantu dan menjadi alternatif, sebab relatif murah. Dan kemudian Genose diminta oleh pemerintah dan kita ditugaskan sebagai pengontrol,” papar Kuat.
Intinya, Kuat menggarisbawahi, bahwa Pandemi atau ketika masalah itu, hal tersebut ada adalah bentuk ujian dari Allah untuk meninggikan derajat manusia. “Jadi kita ditantang oleh Allah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena sesungguhnya dalam kondisi darurat kita ditantang untuk menyikapi dan menyelesaikannya,” pesannya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Deni. Menurutnya, Pandemi memang sangat berdampak di semua sektor kehidupan. Tidak hanya dalam hal kesehtan, tapi juga di sektor ekonomi yang cukup dirasakan berat oleh sebagian besar masyarakat. Kita tidak mungkin mengeluh terhadap keadaan ini, tapi ini merupakan bagian dari takdir Allah yang disiapkan untuk menguji kemampuan kita. Dan sesungguhnya kita mampu dengan beban ini,” ucapnya.
Namun demikian, Deni juga menegaskan, bahwa kemampuan atas kesulitan bukanlah dengan menerima keadaan tersebut dengan apa adanya, atau pasif. “Tapi kita dituntut untuk aktif, berperan untuk memecahkan kesulitan ini dengan menghadirkan berbagai alternatif yang memberikann manfaat bagi kehidupan banyak orang,” kata Deni.
“Pilihannya maju atau mundur. Berat atau ringan tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kita tidak bisa merubah arah angin, tapi kita bisa mengubah arah layar agar tetap bisa sampai pada tujuan yang diinginkan,” imbuhnya.
Awal Pandemi, Deni menceritakan, Suara Muhammadiyah mencoba untuk membuka unit bisnis baru, yaitu bulogmu. Bisnis yang bergerak di bidang pengadaan sembako. Ternyata, ini mendapat respon yang luar bisa dari berbagai kalangan. Baik dari internal Muhammadiyah, maupun di luar Muhammadiyah. Bahkan beberapa ada dari anggota NU dan jamaah dari agama lain.
Karena kesuksesan tersebut, SM juga mengembangkan bisnis disektor pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau ritel. Yaitu bisnis untuk makin menguatkan ikatan jamaah, dengan nama logmart (Bulogmu mart).
Selain itu, SM juga menghidupkan bisnis di dunia ekspedisi. Bisnis ini diadakan sebab SM melihat bahwa di era digital, ekspedisi akan tetap eksis. Yaitu SM Logistic.
“Sekarang kami sudah memiliki ratusan agen bulogmu, ratusan agen logmart, dan ratusan agen ekspedisi SM logistic. Kami sudah menggerakkan jamaah, termasuk komunitas ibu-ibu rumah tangga, baik lewat Aisyiyah maupun lembaga dan organisasi lain,” sebut Deni.
Itulah mestinya yang dilakukan Muhammadiyah hari ini. Tidak melulu wacana, tapi juga harus membuktikannya dalam aksi nyata. (gsh).