Oleh : Yunahar Ilyas
Pemuda-pemuda Qurasy yang naik gua itu turun lagi. Mereka melihat ada sarang laba-laba di mulut gua. Dan juga ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Mereka yakin tidak ada orang di sana. Jadi mereka tidak perlu memeriksanya lagi. Akhirnya mereka pergi menjauhi gua. (Sejarah Hidup Muhammad, 181)
Tentang peristiwa dalam Gua Tsur itu Allah SWT berfirman:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah 9: 40)
Ma’iyatullah dalam ayat di atas adalah ma’iyyatullah al-khashah dalam arti dukungan atau pertolongan dari Allah baik dengan cara-cara yang konvensioanal maupun yang inkonvensional. Diyakini bahwa laba-laba yang membuat sarang secara cepat di mulut gua dan dua ekor merpati hutan yang bertelur adalah tentara yang kamu tidak melihatnya yang dinyatakan dalam ayat tersebut. Atau dengan ungkapan lain para malaikat diperintahkan oleh Allah tampil sebagai laba-laba dan burung merpati dengan tugasnya masing-masing dalam rangka menolong Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar agar tidak ditemukan oleh para pemburu beliau berdua.
Perjalanan ke Madinah
Abu Bakar telah menyewa Abdullah ibn Uqairidh seorang musyrik untuk menjadi penunjuk jalan ke Yatsrib. Kedua onta yang telah disiapkan oleh Abu Bakar dititipkan kepada Ibn Uqairidh untuk pada waktunya digunakan. Maka setelah tiga malam bersembunyi di Gua Tsur Abdullah ibn Uqairidh datang menjemput Nabi dan Abu Bakar dengan membawa dua ekor unta yang sudah disiapkan Abu Bakar tersebut.
Sebelum menunggang salah satu unta yang disiapkan Abu Bakar Nabi berkata: “Aku tidak menunggang unta yang bukan milikku”. Abu Bakar menjawab: “Ini hadiah untuk engkau.” Nabi menolak hadiah itu sambil menanyakan berapa harga yang dibayar Abu Bakar untuk membelinya. Karena desakan Nabi, Abu Bakar menyampaikan harganya dan setuju untuk dibayar Nabi SAW. (M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, hal. 494)b
Ketika itu juga Asma’, puteri Abu Bakar datang membawa bekal perjalanan, tetapi saat akan digantung di unta dia tidak membawa tali pengikat, maka dia memotong ikat pinggangnya, sepotong digunakannya untuk mengikat bekal dan sepotong lagi digunakannya untuk ikat pinggangnya sendiri. Itulah sebabnya kakak Aisyah ini digelari Dzatu at-Nithaqain (pemilik gua ikat pinggang).
Kafilah kecil siap berangkat, terdiri dari empat orang menaiki tiga ekor unta. Nabi naik unta sendiri, Abu Bakar satu unta dengan Amir ibn Fuhairah dan satu unta lagi dinaiki oleh penunjuk jalan Abdullah ibn Uqairidh. Mereka menempuh jalur yang tidak biasa ditempuh oleh kafilah-kafilah yang menuju Yatsrib.
Sementara itu para pemuka Qurasy sudah mengumumkan kepada para pemburu hadiah bahwa siapa yang bisa menemukan Muhammad atau Abu Bakar akan diberi hadiah 100 ekor unta. Maka berlomba-lombalah para pemburu hadiah mencari Muhammad, tapi tidak ada yang berhasil menemukannya kecuali Suraqah ibn Malik. Dengan memacu kudanya dan keahliannya menelusuri jejak, Suraqah berhasil menemukan rombongan Nabi, tapi tatkala sudah mendekat kudanya terjatuh sampai tiga kali. Tiga kali jatuh itu dipercaya oleh Suraqah sebagai pertanda buruk. Kalau dia teruskan mengejar Muhammad dia pasti akan celaka. Oleh sebab itu dia berteriak minta bicara dengan Muhammad. Dia menyatakan terus terang niat buruknya kepada Nabi yang gagal dia laksanakan itu. Akhirnya dia kembali dan berjanji tidak akan menceritakan pertemuannya dengan Nabi tersebut kepada para pemburu hadiah lainnya.
Versi lain menyebutkan bahwa setelah jatuh yang ketiga, Suraqah terpelanting dari atas kudanya. Segera dia bangkit dan memacu kudanya lagi. Setelah dia nilai jaraknya cukup untuk memanah, dia ambil busurnya. Tapi aneh tangannya tiba-tiba kaku tidak bisa digerakkan. Kaki kudanya terbenam ke pasir. Dia coba menarik tali kekang kuda ke atas, mendorong kuda itu untuk mengumpulkan tenanga agar dapat mengangkat kakinya, tetapi usahanya sia-sia, kaki kudanya seperti terpaku ke pasir. Suraqah berteriak keras: “Hai kamu berdua! Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian. Lalu Nabi berdo’a, maka bebaslah kaki kuda Suraqah dari pasir. Tetapi karena tamaknya, membayangkan seratus ekor onta betina muda, Suraqah segera mengingkari janjinya. Dia kembali memacu kudanya untuk menyerang Nabi. Namun tiba-tiba peristiwa semula terjadi kembali, kaki kudanya kembali terbenam di pasir. Suraqah memohon belas kasihan Nabi: “Ambillah perbekalanku, harta dan senjataku. Aku berjanji dengan Allah dengan kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian di belakangku”. Nabi segera menjawab permohonan Suraqah:“Kami tidak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah kalau engkau suruh kembali orang-orang yang hendak melacak kami.” Kemudian Nabi berdo’a dan kembali Allah mengabulkan do’a Nabi, kuda Suraqah kembali bebas dari pasir itu. Kali ini Suraqah menepati janjinya. Dia pergi meninggalkan Nabi dan Abu Bakar.
Ada juga versi yang menyebutkan sebelum pergi Suraqah minta jaminan tertulis dari Nabi untuk keselamatannya ke depan. Nabi lalu perintahkan Abu Bakar untuk menuliskannya di atas sebuah tulang atau kulit. Nabi juga menyatakan kepada Suraqah bagaimana kalau nanti dia akan memakai gelang hiasan Kaisar. Setelah penaklukan Kisra Persia, Khalifah Umar ibn Khatab ingat dengan ramalan Nabi itu. Lalu menyuruh panggil Suraqah yang waktu itu sudah menjadi Muslim untuk dipakaikan papakaian kebesaran Kaisar Persia yang jadi bagian rampasan perang lengkap dengan gelang hiasannya.
Diambilkan dari nama Suraqah itulah masyarakat kita menyebut orang yang tamak itu dengan serakah.
Setelah itu Rasulullah bersama Abu Bakar melanjutkan perjalanan ditemani oleh Amir ibn Fuhairah dan sang penunjuk jalan Abdullah ibn Uqairith. Rombongan ini menempuh jalur pesisir pantai. Jalur pertama yang mereka tempuh dari gua adalah jalur yang menuju Yaman, kemudian berbelok ke barat ke arah pesisir. Selanjutnya menuju ke arah utara mendekati Laut Merah, menempuh jalur yang tidak biasa dilalui orang. Mereka berjalan sepanjang malam hingga pagi, dilanjutkan hingga menjelang tengah hari. Setelah itu mencari tempat istirahat yang terlindung dari panas di sela-sela bukit terjal yang tinggi. Jika Nabi istrihat, Abu Bakar berjaga mengawasinya. Pada hari Senin 8 Rabiul Awwal tahun ke 14 kenabian, bertepatan dengan 23 September 622 sampailah Rasulullah SAW di Quba. Rasulullah memulai perjalanan dari Gua Tsur pada malam Senin awal Rabiul Awwal bertepatan dengan 16 September 622 M. Beliau menempuh perjalanan 8 hari hingga sampai di Quba. (ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 205-211) (bersambung).
Sumber : Majalah SM Edisi 13 Tahun 2019