Oleh: Sonny Zulhuda (Dosen International Islamic University Malaysia; Ketua PCIM Malaysia)
Bulan suci Ramadan dengan segala barokah dan momentum kebaikan didalamnya adalah sumber energi positif bagi umat Islam. Tidak terkecuali bagi Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia. Salahsatunya adalah dengan menggiatkan berbagai program kepedulian sosial atau yang dikenal dengan istilah filantropi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) filantropi berarti cinta kasih, kedermawanan, dsb kepada sesama. Filantropi ini sejalan dengan semangat saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Dalam tradisi Persyarikatan Muhammadiyah, filantropi sudah ditanamkan sejak awal ketika K.H. Ahmad Dahlan mengajarkan “teologi Al-Ma’un”, yakni kewajiban bagi Muslim untuk melindungi anak yatim dan memberi makan orang miskin (Q.S. Al-Ma’un: 1-3). Semangat ini dilanjutkan oleh Kiyai Sudja’ dengan pendirian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang menjadi cikal bakal pendirian PKU dan rumah sakit Muhammadiyah.
Dalam tulisan singkat ini, penulis mencatat geliat filantropi PCIM Malaysia di bulan Ramadhan 1442 yang terwakili dalam tiga program utama, yakni pembagian makanan takjil dan iftar, penggalangan dan penyebaran zakat fitrah, serta pendampingan WNI rentan peserta program pemulangan PMI tanpa dokumen.
Kegiatan ini dimotori oleh Majelis Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan Umat (MPSKU) serta Lembaga Zakat, Infak dan Sodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Unit Layanan Kuala Lumpur melalu serangkaian penggalangan dan penyaluran dana zakat infak dan sodaqoh.
1. Pembagian Paket Iftar Ramadan
Program LAZISMU yang berjalan sejak hari pertama Ramadan adalah penggalangan donasi paket takjil dan iftar sebesar RM 6 (Rp21000) per paket. Donatur berdatangan silih berganti baik dari kalangan internal warga Muhammadiyah di Malaysia maupun kalangan umum, termasuk warga negara Malaysia.
Berdasarkan laporan bedahara Lazismu Malaysia Bambang Setiawan, sepanjang Ramadan terkumpul sumbangan sebanyak RM 5,400.00 (setara Rp 15.6 juta) dan menghasilkan 900 paket makanan iftar.
Penerima paket tersebut tersebar di berbagai masjid dan surau sekitar Kuala Lumpur, sekolah tahfiz, warga rumah yatim dan juga musafir di jalan raya. Pendistribusian makanan dilakukan antara waktu salat ashar dan sebelum berbuka puasa.
2. Pembagian 4.4 Ton Beras Zakat Fitrah
Selain program paket iftar, PCIM Malaysia dan LAZISMU mendapatkan amanat warga dan simpatisan Persyarikatan di Malaysia berupa zakat fitrah senilai lebih Rp 40 juta dan dibelikan beras sebanyak 4.4 ton dalam bentuk 880 buah paket beras 5kg.
Paket beras ini berhasil didistribusikan oleh tim LAZISMU Malaysia sehingga malam Idul Fitri ke berbagai tempat dan komunitas di Kuala Lumpur, Putrajaya dan Selangor.
Di antara target penerima zakat fitrah tersebut adalah fakir miskin dari kalangan buruh migran Indonesia, pengungsi Rohingya, juga buruh dan pekerja warga Malaysia sendiri termasuk warga pedalaman Malaysia (suku orang asli) yang tinggal di kampung orang asli di Batu 16 Jalan Gombak dekat perbatasan negeri Selangor dan negeri Pahang.
Ini bukan pertama kali PCIM Malaysia bermitra dengan komunitas orang asli batu 16 Gombak. Dibawah koordinasi Ust. Zulfan Haidar, petugas distribusi Lazismu Malaysia yang juga Wakil Ketua PCIM Malaysia, PCIM sudah beberapa kali menyalurkan ZIS warga Muhammadiyah ke komunitas warga pedalaman yang belum seluruhnya beragama Islam.
Tahun lalu, aktivis Persyarikatan dikerahkan melakukan kerja bakti di kampung orang asli memperbaiki dan membersihan fasilitas umum seperti musola, WC umum dan anak sungai di sana.
Zulfan yang juga Ketua MDMC Malaysia pernah mengajak mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah peserta KKN Internasional ke kampung orang asli itu untuk melakukan kegiatan gotong royong dan bakti masyarakat.
3. Pendampingan Pemulangan Pekerja Indonesia (Rekalibrasi)
Program rekalibrasi pekerja asing ilegal adalah agenda pemerintah negara Malaysia yang bertujuan memutihkan atau memulangkan mereka yang tinggal di Malaysia tanpa dokumentasi yang lengkap menurut peraturan perundang-undangan Malaysia.
Ini bisa dikatakan jalan pintas untuk mereka bisa pulang, karena tanpa melalui program rekalibrasi ini, mereka akan dianggap ilegal dan tidak bisa pulang tanpa menjalani proses hukum dan pengadilan.
PCIM Malaysia bersama Aliansi Ormas Indonesia di Malaysia (AOMI) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur turut aktif membantu ribuan WNI yang ingin pulang melalui program rekalibrasi ini.
Meskipun ini adalah program resmi negara Malaysia yang didukung oleh pemerintah Republik Indonesia, sejatinya program ini tidak dapat terlaksana tanpa mobilisasi, sosialiasi dan pendampingan yang dilakukan oleh warga masyarakat Indonesia sendiri. Disitulah peran AOMI dan organisasi komponennya termasuk PCIM Malaysia.
Majelis Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan Umat (MPSKU) PCIM Malaysia melakukan sosialisasi dan pendampingan bagi warga Persyarikatan yang perlu dipulangkan. Prioritas diberikan kepada warga rentan seperti orang tua, orang sakit, ibu-ibu dan anak di bawah umur.
Menurut Ketua MPSKU PCIM Malaysia Drs Khoiruddin, tercatat sejak Februari sampai April 2021 ini, PCIM Malaysia berhasil memulangkan sekitar 70 orang WNI melalui program rekalibrasi. Tujuan pulang termasuk Medan, Surabaya dan Jakarta.
Khoiruddin yang pernah aktif di IMM Ciputat itu menjelaskan, meski pendanaan rekalibrasi ini dilakukan secara mandiri oleh PMI berkenaan, namun tim MPSKU melakukan pendampingan dalam segala urusan, mulai dari pendaftaran, pembuatan SPLP (pengganti paspor), pemesanan tiket pesawat sampai urusan pelunasan denda di kantor Imigrasi Malaysia sampai ke proses pemulangan di bandara.
“Tak jarang di beberapa kesempatan,” papar Khoiruddin, “tim MPSKU pun membantu memberikan sedikit uang saku untuk PMI yang sakit itu.”
Dalam berbagai kesempatan, PCIM Malaysia melakukan penggalangan khusus bagi warga Persyarikatan yang mendapatkan musibah seperi sakit atau kehilangan keluarga. Disitulah peran MPSKU untuk memotori penggalangan dan penyaluran dana sewaktu-waktu.
Altruisme dan Semangat Al-Ma’un
Semangat altruisme (memperhatikan dan mengedepankan keperluan orang lain) nyata terpancar dari ketiga program diatas. Semua program sosial itu terlaksana dengan lancar karena adanya solidaritas yang tinggi di kalangan warga Persyarikatan di Malaysia ini.
Ini tidak terlepas dari semangat altruisme yang ditanamkan dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Semangat berbagi ini semakin kuat didorong momentum Ramadhan bulan mulia ini. Malah, fakta bahwa negeri Malaysia masih dilanda pandemi dan aturan pengetatan kegiatan sosial tidak menjadi penghalang semangat rekan-rekan aktivis untuk tetap bergerak dalam pematuhan protokol kesehatan yang berlaku.
Motto yang dilaungkan oleh pemerintah Malaysia dalam menghadapi pandemi Covid-19 yaitu “Kita Jaga Kita”, nyata malah menjadi cemeti pemecut solidaritas warga persyarikatan yang memang sudah militan.
Nashrun minallah wa fathun qariib!