SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Berbincang tentang ekonomi dan bisnis di internal umat Islam, sebenarnya tidak terlalu mengenakkan. Keadaan kita masih terpuruk jika disandingkan dengan umat yang lain. Menurut Dahlan Iskan, menjalankan bisnis berarti harus berani menantang aturan-aturan. Jika hal itu tidak dilakukan, maka bisnis yang dijalankan tidak akan berkembang.
Di awal paparannya, dalam acara Halal Bi Halal Virtual Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (21/5), Mantan CEO Jawa Pos tersebut mempertanyakan usaha umat Islam dalam mengembangkan sektor bisnis berbasis keumatan. Apakah bisnis yang dilakukan melalui regulasi organisasi seperti Muhammadiyah dapat berkembang?
“Rasanya tidak akan bisa berkembang, karena bisnis itu bersifat sangat individual, sedangkan organisasi lebih banyak berbicara tentang makna kebermanfaatan bagi banyak manusia,” ujarnya atas pertanyaan yang ia lontarkan sendiri.
Sejatinya ideologi bisnis itu cenderung menguntungkan secara personal, artinya ada insentif yang bersifat pribadi. Berbeda dengan organisasi yang senantiasa menekankan kepada makna kebermanfaatan bagi sesama. Oleh karena itu cara terbaik untuk mengembangkan bisnis adalah dengan mendorong setiap individu terjun langsung ke dunia bisnis secara totalitas.
“Jika Muhammadiyah ingin memiliki wirausahawan yang banyak, biarkan setiap individu mengembangkan naluri bisnisnya. Jangan dibantu dan jangan diganggu, terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun pertama. Karena setiap orang yang berkecimpung di dunia bisnis memiliki naluri untuk menentukan arahnya masing-masing. Biarkan mereka berkembang,” tuturnya.
Pria yang juga merupakan Mantan Menteri BUMN era Presiden SBY tersebut menambahkan bahwa bisnis harus dimulai dari hal-hal terkecil dan sederhana. Jika telah tiba waktunya, saat para wirausahawan di Muhammadiyah berhasil dalam bisnisnya, maka dengan sendirinya akan tercipta ekosistem bisnis persyarikatan yang mapan tanpa harus mengeyampingkan nama besar Muhammadiyah. (diko)