Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth., saya (40 tahun) ibu dari 3 anak. Masalah yang sedang saya hadapi adalah tentang ibu saya (64 tahun). Dua tahun yang lalu ibu berkenalan dengan pemuda (30 tahun) yang ngaku tahu agama. Saya curiga dengan hubungan mereka. Belakangan ibu memberitahu kalau dia sudah menikah dengan pemuda itu. Saya kaget, tapi ibu berhak untuk bahagia. Ibu sudah lama hidup tanpa suami setelah bercerai dengan ayah. Ibu punya tinggalan tanah, sawah, rumah yang besar dan rumah yang dikontrakkan. Ibu tinggal sendiri di rumah besar itu, berjauhan dengan kami anak-anaknya.
Ibu mulai berperilaku aneh, ia memarahi suami yang tidak setuju dengan pernikahan ibu dengan pemuda itu. Suami bilang bahwa lelaki itu hanya ingin harta ibu dan mungkin pakai ilmu hitam. Saya tidak percaya ilmu hitam. Belakangan, saya bilang ke ibu tentang ketidaksukaan dan kecurigaan semua orang atas pernikahan ibu yang tidak wajar. Awalnya ibu menerima, namun setelah kembali ke rumah, ibu berkali-kali menelepon saya dengan nada marah dan mengancam.
Kebenaran mulai tampak, saya, suami dan adik ipar sering mendapat teror. Isinya ibu akan diracun dan dibuat miskin. Saya yakin ibu dalam bahaya. Demi ibu, kami anak-anaknya beserta pasangan masing-masing berusaha menyadarkan ibu. Tapi, ibu tidak mau ikut dan akan memanggil polisi untuk mengusir kami. Suaminya diam saja. Saya memperlihatkan ke ibu chatting teror suaminya kepada kami. Ibu bergeming. Kamipun mengambil sertifikat tanah, sawah, rumah atas nama anak-anaknya. Itupun masih ada harta lain yang sudah diatasnamakan suaminya. Kami akan datang lagi dengan membawa ustadz untuk menyadarkan ibu. mohon do’anya ya, Bu. Semoga masalah kami segera selesai dengan baik. Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Tri, di kota X
Wa’alaikumsalam wr wb.
Bu Tri yth., seberapa sering Anda beserta saudara mengunjungi ibu. sepertinya ibu merasa kesepian dan membutuhkan perhatian, sehingga ketika ada seseorang yang memperhatikan ibunda, beliau bagaikan mendapat siraman air di atas relung hatinya yang tandus. Cinta palsupun tidak terlihat olehnya.
Beragama dengan benar adalah hal positif, Bu Tri. Tetapi, ada banyak lelaki pemangsa yang siap menerkam perempuan bermasalah atau hidup sendirian. Ia bisa menggunakan berbagai dalih untuk mendapatkan keinginannya. Saya sepakat, menjadikan agama sebagai selubung untuk menggaet perempuan adalah kejahatan. Apalagi menggunaan ”senjata” bahwa ketaatan kepada suami adalah jalan menuju surga.
Kalau suami tidak bekerja dan hanya memanfaatan hara istrinya, seperti suami ibunda, bukankah ia tidak patut ditaati? Agama menyuruh umatnya untuk melihat, menilai dan menelesaikan masalah duniawi dengan menggunakan akal pemberianNya. Mengalihkan sertifikat rumah menjadi atas namanya bukanlah tanda ketaatan yang disiratkan akidah agama. Ini jelas cara mengelabui ibunda untuk menguasai asetnya.
Kalau kita memahami makna agama, radar kita akan cepat bekerja saat didekati lelaki yang gemar memberi pembenaran dengan memakai agama sebagai dalih. Padahal secara logika perilakunya tercela. Memanfaatkan harta istri, tidak mengizinkan istri bersilaturahmi dan hanya boleh bergaul dengan komunitasnya, sementara ia tidak memegang janji, berlaku kasar kepada istri. Semua itu penanda jauh dari surga. Bagaimana bisa membimbing istrinya agar kelak mendapat surga?
Saran saya, seringlah berhubungan dengan ibunda dan jangan pedulikan suami mudanya. Atur jadwal bersama kakak/adik. Anda semua justru harus lebih sering bertemu langsung. Agar supaya getar-getar emosi antar anak-anaknya dan ibunda bisa lebih cepat membuat ibunda maksud baik anak-anaknya. Bila memang yakin ibunda ada di bawah pengaruh ilmu hitam, perbanyak mohon kepada Allah untuk membukakan mata hati ibunda agar bisa melihat yang batil itu batil dan yang benar itu benar.
Cegah pengambilalihan harta ke tangan lelaki itu. Anda tidak sedang menggerogati harta ibunda, tapi sedang melindunginya dari orang jahat. Semoga Allah memberi kemudahan sehingga masalah cepat tuntas. Aamiin.
Sumber : Majalah SM Edisi 05 tahun 2019
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, Spsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya