YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap tahunnya, tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Pancasila. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa Pancasila yang sudah menjadi dasar negara dan ideologi negara merupakan konsensus nasional yang harus dibumikan dalam keseharian. “Maka bagaimana kita memperingati lahirnya pancasila itu bukan hanya ritual dan seremonial maupun juga dalam jargon dan retorika,” tutur Haedar (31/5/2021).
Haedar mengajak seluruh warga bangsa untuk mewujudkan Pancasila dalam keseharian secara proporsional, tidak mengabaikan dan sekaligus tidak ekstrem berlebihan menjadikan Pancasila melebihi posisinya. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh.
Pertama, menerapkan Pancasila dalam kehidupan bernegara, melalui seluruh institusi kenegaraan agar betul-betul menjadikan setiap sila Pancasila sebagai dasar nilai, dasar pijakan mengambil keputusan dan orientasi dalam kebijakan tersebut agar tetap berada di koridor Pancasila. “Pertentangan sering terjadi karena kebijakan-kebijakan negara itu tidak sejalan dengan jiwa, alam pikiran, dan moralitas Pancasila,” ujarnya.
Kedua, Pancasila harus menjadi pedoman hidup berbangsa bagi seluruh komponen dan warga bangsa, termasuk para elit bangsa. “Pancasila tidak cukup hanya dihapal, menjadi doktrin, dan pemikiran. Pancasila harus kita praktekkan.” Menurutnya, berpancasila menunjukkan kata kerja, yang artinya bahwa Pancasila harus dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara.
Haedar berharap warga dan elite bangsa untuk menjadi contoh teladan dalam mempraktekkan Pancasila. “Menjadi insan-insan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ulasnya.
Ketiga, perumusan bahan sosialisasi nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara jangan mengulangi tragedi yang telah terjadi di masa lalu. “Dimana kita atau sebagian kita atau kebijakan itu secara sadar atau tidak meyimpangkan Pancasila dari sila-silanya yang substansial menjadi hal-hal yang indoktrinatif di luar substansi yang seobjektif mungkin dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.”
Muhammadiyah mengajak bangsa Indonesia untuk benar-benar menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, dan tidak mempolitisasi untuk tujuan lain. “Jauhi politisasi Pancasila untuk kepentingan apa pun! Karena kita belajar dari sejarah: setiap ada reduksi, penyimpangan, dan politisasi Pancasila, akan menimbulkan ketikdapercayaan pada Pancasila itu sendiri dan pada kebijakan-kebijakan negara yang berkaitan dengan Pancasila.”
Menurut Haedar, semuanya memerlukan ketulusan, kejujuran, jiwa negarawan, wawasan yang luas dan semangat kebersaaman dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara. “Jangan membawa pancasila menjadi sesuatu yang sempit dan jangan juga membawa Pancasila melebihi dirinya. Itu lah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Tempatkan Pancasila secara proporsoional sebagai dasar dan ideologi negara,” kata Haedar Nashir. (ppm/rbs)