Perbedaan acap kali membawa kepada perselisihan dan konflik. Akibatnya adalah lahir sebuah kerusakan dan kehancuran. Karenanya kemudian sebagaian orang menyimpulkan bahwa perbedaan sumber konflik.
Paling mencolok adalah perbedaan antara kaum muda dengan kaum tua. Hal ini sering terjadi di dalam rumah tangga Persyarikatan Muhammadiyah. Yang tua merasa paling berpengalaman dan merasa benar, sedang yang muda merasa bosan dengan rutinitas. Mereka yang muda mengingkan adanya terobosan baru buah dari kretifitas dan inovasi.
Namun, perbedaan juga bisa menjadi kekuatan super untuk meraih kesuksesan bersama. Kuncinya adalah pada pola komunikasi. Jika terjalin pola komunikasi yang baik, maka jalinan sinergi akan terus lancar walau keragaman terus menghiasi. Tapi jika pola komunikasi yang terjalin tidak baik, bukan sinergi yang terjadi, justru sebaliknya saling merasa benar dan saling curiga dalam keberagaman.
Keberhasilan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Prambanan dalam mengelola perbedaan adalah salah satu kunci kesuksesan mereka dalam membina jamaah dan membesarkan persyarikatan. M Jamaluddin Ahmad Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menarus apresiasi atas kesuksesan tersebut.
“Banyak organisasi yang besar kemudian runtuh karena gagal mengelola perbedaan, kegagalan mengelola komunikasi, kegagalan mengelola regenerasi. Cabang Muhammadiyah Prambanan sempat terjadi seperti itu, namun anak-anak muda tetap istiqomah Bermuhammadiyah dan membangun komunikasi yang bagus. Bukan dengan berdebatan dan saling menyalahkan. Tapi membangun komunikasi yang bagus membangun jembatan penghubung dengan amal nyata,” pajinya kepada PCM Prambanan.
Muchson AR Wakil Ketua PCM Prambanan menambahkan, keikhlasan juga menjadi pondasi kemajuan PCM Prambanan. “Saya ingat ya betapa Muhammadiyah Prambanan itu dibangun di atas fondasi keikhlasan,” ucapnya. Walau awalnya Prambanan bukan lahan yang subur untuk menggerakan Al-Islam, bahkan Muhammadiyah dianggap sebagai barang asing. Tapi kini keberadaan PCM ini diakui secara nasional. Termasuk salah satu PCM terbaik se-Indonesia.
Berdasarkan cerita M Nashirul Ahsan Ketua Bidang Perkaderan PCM Prambanan, kebangkitan Cabang mulai terasa usai terjadi gempa Yogyakarta 2006 tahun lalu. Semangatnya ialah membangun kembali lembaga pendidikan milik Muhammadiyah. Mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA. Termasuk digiatkan kembali pengajian denga format yang lebih segar tapi serius, lebih mendalam. Semangat bangkit kembali itulah yang akhirnya mengantarkan Prambanan menjadi Cabang percontohan nasional.
Salah satu dari berbagai amal usaha yang dikelola PCM dan paling mentereng adalah keberadaan MBS (Muhammadiyah Boarding School) Yogyakarta. Bisa dikatakan, MBS adalah tumpuan bagi amal usaha lain di linkungan Prambanan. Sebab amal usaha MBS ini mampu melahirkan banyak amal usaha lain, di antaranya amal usaha bidang ekonomi dan bisnis.
“Itulah PCM Prambanan. Mampu membangun komunikasi yang hebat dan kemudian melahirkan super team yang bagus,” tutur Jamaluddin. (dnx/gsh).
Sumber : Majalah SM Edisi 18 Tahun 2018