MALANG, Suara Muhammadiyah – Mengawali wisuda UMM yang ke-100 pada Sabtu (26/6) Fauzan, selaku rektor mengungkapkan rasa syukurnya atas keberhasilan UMM kembali menperoleh rekognisi internasional. Setelah awal tahun ini ditetapkan sebagai perguruan tinggi Islam terbaik dunia versi UniRank, UMM kembali dinobatkan sebagai kampus bintang tiga oleh QS Stars, lembaga yang berpusat di London, Inggris, dua hari sebelum wisuda ke-100 dilakukan. “Ada dua variabel yang kita raih dengan nilai sempurna lima bintang, yakni employability dan fasilitas. Artinya, kompetensi yang dimiliki oleh alumni-alumni UMM sudah layak bersaing tidak hanya di level nasional, tapi juga di tingkat internasional,” tegasnya.
Fauzan juga tidak lupa memberi selamat kepada para wisudawan yang telah berjuang menyelesaikan pendidikannya hingga akhirnya hari ini bisa dikukuhkan. Ia juga berharap berbagai ilmu yang didapat bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kebaikan bersama. “Tidak ada istilah tidak percaya diri karena saudara dilahirkan dari almamater yang memiliki reputasi internasional. Saya mendoakan para wisudawan agar bisa menjadi kebanggan keluarga dan bangsa dalam waktu dekat,” ungkap Fauzan.
Sementara itu Heri Akhmadi, Duta Besar Indonesia untuk Jepang memberikan apresiasi atas capaian tersebut. Menurutnya, raihan anugerah kampus Islam terbaik dunia dan rekognisi internasional lain yang dicapai merupakan hasil kinerja dan komitmen dari seluruh pimpinan dan civitas akademika yang ada.
Dalam mengawali orasi ilmiahnya, ia mengatakan bahwa para wisudawan tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, tapi juga harus melakukan perubahan dengan ilmu yang dikuasainya. “Tidak cukup sampai di situ, saudara juga harus mengabdi kepada masyarakat. Ketiga poin inilah yang biasa kita sebut dengan Tridharma perguruan tinggi,” tutur Heri.
Ia juga sempat menyinggung Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang menurutnya program tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar bagi dunia pendidikan. Satu di antaranya adalah memerdekakan kampus dari berbagai sekat yang selama ini membuat proses pendidikan terkesan lembam dan tidak inovatif.
Selain itu, MBKM ini juga memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk menetapkan mata kuliahnya sendiri dengan pilihan yang luas. Tidak hanya di lingkup Prodinya saja, tapi juga berkesempatan untuk memperoleh mata kuliah dari Prodi lain. Bahkan mereka juga didorong untuk bisa mengambil mata kuliah di perguruan tinggi lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
Lebih lanjut, Heri juga menuturkan bahwa tujuan dari pembelajaran model ini adalah untuk membangun manusia yang unggul. Tidak hanya menjadi manusia yang merdeka, beriman, bertaqwa, berilmu dan berbudaya saja. Namun juga menjadi pribadi yang selalu berusaha mengabdi pada masyarakat dengan ide-ide terbaik dan inovatif.
Di akhir sambutannya, ia berharap kebijakan MBKM tidak hanya dipraktekkan ketika berkuliah, tapi juga bisa dilanjutkan setelah para wisudawan dikukuhkan. Sehingga akan terwujud manusia yang selalu belajar dan memperbaiki diri secara merdeka. “Pada 2045, Indonesia akan memasuki era emas. Tentu kita berharap akan ada manusia-manusia unggul yang muncul dengan kualifikasi yang sudah saya sampaikan tadi,” pungkas Heri dalam orasinya. (diko)