YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Perguruan Muhammadiyah, baik di tingkat dasar atau menengah sejatinya telah terselenggara dalam rentang waktu yang cukup panjang. Sekolah Muhammadiyah sudah berdiri sejak tanggal 1 Desember 1911. Sehingga Muhammadiyah bisa disebut sebagai pelopor pendidikan nasional. Sampai pada sistem yang dipakai oleh Muhammadiyah pada waktu itu adalah sistem modern, mengadopsi penyelenggaraan pendidikan yang maju, dan menjadi sebuah terobosan tersendiri bagi pendidikan Islam secara nasional.
Pada agenda Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (FORTASI) SMK Muhammadiyah se-Indonesia yang berlangsung secara virtual (13/7), Haedar Nashir menyapa siswa baru SMK Muhammadiyah di seluruh Tanah Air. “Dengan menjadi bagian dari keluarga besar perguruan Muhammadiyah, adik-adik telah berada di tempat yang tepat,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut.
Menurutnya, menjadi siswa Muhammadiyah haruslah menjadi sebuah kebanggaan yang memiliki nilai dan arti positif, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Keduanya adalah modal bagi siswa-siswa Muhammadiyah untuk sukses di masa mendatang. Jika didapati ada kekurangan, di semua tempat pasti ada kekurangan. Tetapi sebagai manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi justru harus bisa menutupi kekurangan itu, dan kemudian keluar dari kekurangan tersebut untuk membina, mendidik, dan melatih diri menjadi insan-insan yang berprestasi dalam berbagai macam aspek.
Haedar menambahkan, di situasi pandemi Covid-19, seluruh civitas akademika tidak dapat menyelenggarakan pendidikan sebagaimana mestinya. Pandemi melanda seluruh negara tanpa terkecuali. Baik negara maju maupun berkembang, semua merasakan dampaknya. Walaupun begitu, namun tetap ada perbedaan dalam melakukan recovery.
Di tengah tantangan kehidupan bangsa yang tidak mudah, Haedar Nashir berharap kepada para siswa baru untuk mampu meresapi 8 ciri Pelajar Berkemajuan. Pertama, ciri pelajar berkemajuan menurut Haedar adalah taat beragama dan berakhlak mulia. Kedua, berbuat baik kepada orangtua, guru dan sesama. Para siswa dipesankan untuk saling memotivasi dan suportif. Jika ada teman yang berprestasi harus didukung dan jika ada yang kesulitan harus dibantu. Ketiga, pelajar berkemajuan adalah pelajar yang memiliki motivasi tinggi dan mau berprestasi.
“Ada need for achievement (rasa haus berprestasi). Ketika sekarang ada pandemi, justru semangat belajar harus berlipat ganda,” ungkap Haedar.
Keempat, pelajar berkemajuan memiliki sifat gemar membaca, menulis dan berkreasi. Haedar berpesan agar siswa Muhammadiyah tidak mengikuti arus kebanyakan masyarakat Indonesia yang lebih suka mengobrol daripada membaca. Kelima, ciri pelajar berkemajuan adalah berilmu dan berkeahlian tinggi.
Keenam, berdisiplin, bekerja keras dan mandiri. Tingkat perkembangan kualitas SDM yang rendah membuat siswa-siswi di Indonesia lemah dalam tiga watak tersebut. Haedar berharap, para siswa mampu menjadi generasi baru yang memiliki tiga watak itu sehingga mampu membawa Indonesia menjadi bangsa pemenang. Ketujuh, bekerjasama dan bersosialisasi di masyarakat. Para siswa selain sebagai pelajar didorong memiliki kesadaran sebagai bagian dari masyarakat sehingga semua tindak-tanduknya harus bertanggungjawab dan memperhatikan kemaslahatan umum.
Kedelapan, ciri pelajar berkemajuan menurut Haedar adalah cinta bangsa dan cinta kemanusiaan semesta. Wawasan kebangsaan harus diperkuat seiring dengan pemahaman tanggungjawab umat Islam untuk menjaga Pancasila sekaligus hidup menjadi masyarakat dunia yang berwawasan kosmopolit dan universal. (diko)