Oleh : I. Marwah Atmadja,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. وَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، أَرَأَيتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَالِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ اليَتِيمَ ، وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعاَمِ المِسكِينِ، فَوَيلُ لِلمُصَلِّينَ، الَّذِيْنَ هُم عَن صَلَاتِهِم سَاهُونَ ، وَ الَّذِيْنَ هُم يُرَاءُونَ وَ يَمنَعُونَ المَاعُونَ أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita selalu memanjatkan puji syukur kita kepada Allah SwT. Karena hanya Dialah yang telah memberi semua fasilitas yang sekarang ada tanpa kita minta. Kalau hari ini kita masih bisa bernafas, bisa melihat keindahan alam yang dibentangkan, menikmati cerahnya langit ataupun suramnya mendung itu semua hanya karena pemberian Allah semata. Tanpa meminta, kita telah diberi mata, tanpa kita memohon kita diberi-Nya telinga, tanpa kita merengek-rengek kita telah diberinya alat perasa, dan tanpa harus membuat dan mengirim proposal proyek kita telah diberi semuanya. Sungguh sangat pantas apabila dalam keheningan hati dan ketenangan pikir, kita bergumam, “betapa banyaknya nikmat Tuhan yang kadang tidak kita syukuri”
Lebih dari itu semua, yang juga harus kita syukuri adalah bahwa kita telah diberi-Nya anugerah keimanan di hati kita. Dari manapaun asal dan bagaimana jalannya, saat ini kita teklah diberi-Nya anugerah iman. Suatu anugerah besar yang tidak diberikan kepada semua manusia. Oleh karena itu kita harus mensykuri karunia itu dengan cara khusus, yaotu melengkapi keimanan kita itu dengan selalu beramal shaleh.
Di dalam Al-Qur’an hampir semua kata iman selalu diikuti dengan kata amalalus shalihat. Itu adalah pratanda bahwa iman memang harus diikuti dengan amal shaleh, iman harus diwujudkan dalam alam nyata, dalam tindakan kita. Kalau iman hanya terhenti pada pernyatan bahwa Aku percaya bahwa Allah SwT adalah pencipta alam semesta, maka orang-orang jahiiliyyah juga mengatakan hal yang sama. Ketika Islam datang maka pernyataan keimana itu dituntunkan untuk diwujdukan dalam alam kehidupan.
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Shalawat dan salam semoga terus tercurah kepada kepada Nabi Kita Muhammad saw, Nabi terakhir yang menutup dan menyempurnakan semua risalah suci yang telah diajarkan oleh para Nabi sebelumnya. Tidak ada Nabi lain setelah Muhammad. Tidak ada manusia yang pantas kita teladani dalam semua aspek kehidupan selain Muhammad.
Nabi Muhamad adalah manusia yang berpribadi yang sempurna, baik ketika bertindak sebagai suami, sebagai Ayah, sebagai pemimpin masyarakat, ataupun ketika bertindak sebagai panglima di medan perang.
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Ada banyak fitnah yang dialamatkan kepada Islam dan Nabi Muhammad terkait urusan perempuan. Oleh orang-orang pembenci Islan, Nabi Muhammad sering dicitrakan sebagai pribadi yang tidak baik terhadap perempuan. Islam juga sering dicitrakan sebagai ajaran agama yang tidak ramah bahkan pembenci perempuan.
Kisah Nabi yang menikahi banyak perempuan (poligami), selalu dibesar-besarkan dengan cara yang keliru dan disesengaja untuk mencitrakan Nabi sebagai manusia yang hanya menuruti syahwat belaka. Mereka tidak pernah membuka kenyataan dengan jujur mereka tidak pernah mengatakan apa adanya kalau dari seluruh istri Nabi itu hanya satu orang, yaitu Ummul Mukminin Aisyah yang masih gadis ketika dinikahi. Selain Ibunda Aisyah, semua istri Nabi adalah para janda yang sudah berumur yang sudah tidak menarik lagi secara syahwati.
Oleh orang-orang pembenci Islam, Islam juga dicitrakan sebagai ajaran yang tidak menghargai perempuan sebagai manusia yang utuh, itu dibuktikan dalam persaksian dan dalam urusan waris. Dua orang saksi perempuan diangap sama dengan satu orang saksi laki-laki, bagian satu ahli waris laki-laki setara dengan bagian ahli waris perempuan. Kebanyakan dari kita banyak yang terkecoh dan termakan oleh provokasi-provokasi yang tampak meyakinkan seperti ini. Namun, apabila melihat sejarah waktu hukum itu lahir maka kita akan dapat memahami bahwa tuduhan Islam sebagai ajaran yang membenci perempuan itu samasekali tidak berdasar.
Pada masa jahiliyyah, kaum perempuan tidak pernah dianggap sebagai manusia sama sekali. Perempuan dianggap sebagai properti atau barang kekayaan. Jangankan untuk mendapatkan barang warisan, perempuan masa jahiliyyah justru sering dijadikan barang warisan. Kalau ada orang yang meninggal, maka istri-isteri yang masih muda dan cantik diwariskan kepada anak-anak tiri mereka atau kepda kerabat yang lain. Mereka dibagi seperti membagi unta, kuida, dan domba. Kalau kemudian Islam memeberikan hak waris kepada kaum perempuan bukankah itu merupakan hal sangat luar biasa? Demikian juga dalam persaksian, sebelum Islam ada, kaum perempaun jahiliyyah tidak pernah dihitung sebagai manusia kalau kemudian persaksiannya diterima bukakah itu juga merupakan pengangkatan derajat yang luar biasa?
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Hampir semua peradaban manusia yang ada di dunia ini pada masa silam juga meletakkan perempuan di tempat yang sangat hina. Ada yang menyebutnya sebagai hewan yang berwujud menyerupai manusia, ada pula yang menyebutnya sebagai laki-laki yang tidak sempurna.
Agama-agama kuno umat manusia juga meletakan perempuan berada di kasta yang paling rendah. Ada yang menyebutnya sebagai saudara kembar syetan untuk menyesatkan manusia adapula yang menganggapnya sebagai jelmaan iblis untuk meruntuhkan persaudaraan antara dua orang laki-laki.
Bagaimana dengan Islam?
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Islam meletakkan perempuan sebagai manusia seutuhnya, sesuai Firma Allah dalam Surat An-Nahl ayat 97
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (an-Nahl 97)
Ayat ini secara jelas menekankan kalau laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Islam juga mengajarkan kepada seluruh pengikutnya untuk menghormati kaum ibu dan dilarang untuk menistakannya. Kalau kita mencermati aturan Islam dalam rumah tangga dan memperbandingkannya dengan praktik kaum jahiliyyah maka kita akan sadar betapa luarbiasanya penghormatan Islam pada kaum perempuan. Dari seluruh ajaran Islam kita tidak akan lagi menjumpai ajaran yang memosisikan prempuan sebagai benda mati, ataupun sebagai obyek pasif yang tidak dinggap keberadaannya. Perempuan dalam Islam diposisikan sebagai mitra sejajar yang berhak untuk menyatakan pendapat dan menyatakan sikap. Perempuan dalam Islam berhak menggugat cerai suaminya apabila memang merasa tidak cocok lagi dengan sang suami, ajaran agama dan peradaban manakah yang memberikan hak seperti itu bagi kaum perempuan pada abad VIII Masehi? Sungguh, tidak ada ajaran lain pada kurun waktu itu yang demikian memuliakan perempuan selain ajaran Islam.
Jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Ada pendapat yang menyatakan kalau, tinggi rendahnya derajat suatau peradaban adalah tercermin dari cara peradaban dalam memperlakukan kaum perempuan. Pendapat itu mungkin ada benarnya, kalau pandangan itu dipergunakan untuk mengukur ketinggian derajat peradaban Islam, maka Islam sungguh telah berada di poisi yang sangat tinggi.
Di dalam Islam juga ada pepatah yang cukup populer, Perempuan adalah tiang bangsa. Pepatah itu bisa dipahami kebenarannya. Perempuan adalah ibu setiap manusia, sebelum menerima ajaran dan didikan dari manapun, setiap manusia pasti telah dididik oleh ibunya masing-masing sejak dari kandungan. Dari rahim seoarang ibu seorang pahlawan atau seorang penjahat disemaikan. Kalau seorang ibu sejak mengandung, membesarkan, dan mendidik anaknya penuh dengan rasa dendam dan kebencian maka anak itu akan tumbuh dengan rasa itu. Kalau dia dewasa juga akan menebarkan dendam dan benci pada kehidupan.
Sebaliknya kalau seorang ibu mengandung dan membesarkan serta mendidik putra-putrinya dengan penuh cinta dan keimanan maka energi positif itu akan selalu terpancar dan terserap dalam setiap urat tubuh putranya. Kalau dia dewasa juga akan menebarkan hal-hal positif dalam kehidupan. Bangsa yang dipenuhi oleh ibu yang penuh cinta dan iman akan melahirkan genarasi-generasi positif, demikian juga sebaliknya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِى الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ، وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوُ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ. وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ ِللهِ وَ الشُّكْرُ لِلّهِ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ، نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَليَ آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيـُّهَا اْلإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. . قالَ اللهُ تعالى فِى الْقُرْءآنِ الْعَظِيْمِ وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jamaah Jum’at yang berbahagia dan dimuliakan Allah,
Sudah jelas bahwa Islam adalah ajaran yang mempelopori peradaban manusia untuk memuliakan kaum perempuan dan memanusiakan perempuan dalam arti yang seutuhnya. Dalam Islam, perempuan mempunyai kedudukan dan tugas kemanusiaan yang setara dengan kaum laki-laki. Islam memposisikan perempuan sebagai subyek peradaban bukan sekedar sebagai obyek peradaban.
Dalam hati yang paling dalam marilah kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita telah meperlakukan kaum permepuan sesuai dengan tuntunan Islam yang memuliakan kaum ibu kita itu? Atau justeru kita telah berperilaku jahiliy dengan menganggap perempuan sekedar sebagai obyek yang kita atur-atur dengan seperangkat aturan yang aneh-aneh.
Akhirnya marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa kepada Allah SwT dengan penuh kekhusukan dan ketundukan, semoga Allah SwT berkenan memberi kesempatan kepada kita untuk mensyukuri hidayah iman dengan terus beramal shaleh pada sisa akhir hayat kita ini. Semoga kita senantiasa mendapatan lindungan dan karunia-Nya
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ، وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُم ْوَ اْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَ ارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَ أَرِنَا لْبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا احْتِنَابَه. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَ رِزْقًا طَيِّبًا، وَ عَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
Sumber : Majalah SM Edisi 06 Tahun 2012