Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth., saya (31 tahun) ibu dari dua putra dan putri (10 dan 4 tahun). Alhamdulillah mereka tumbuh sehat. Yang agak membuat saya bertanya-tanya, selama ini perlakuan kami terhadap mereka tidak jauh berbeda, tapi kok jadi berbeda sekali. Putra, sangat kurang percaya diri bahkan sejak sekolah TK minta ditunggu dan sampai sekarang sudah kelas 4 SD pada waktu kegiatan tertentu masih mau minta dibantu orang tuanya. Beda dengan Putri, yang lebih mandiri sejak masuk TK. Mungkin dari perlakuan kami orang tuanya ada yang kurang tepat. Saya tidak ingin apa yang sudah terbangun dari adik yaitu kemandirian dan percaya dirinya tidak berkurang apalagi hilang bagaimana cara memeliharanya ya, Bu? Sedang untuk kakak, gimana cara menumbuhkan rasa optimis padanya? Sebetulnya sejak kapan sebaiknya menumbuhkan rasa optimis pada anak? Mohon jawabannya. Jazakumullah atas jawabannya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Bu Heti, Solo.
Wa’alaikumsalam wr wb.
Ibu Heti yth., optimisme adalah cara berpikir positif yang mengarah pada kondisi terbaik dari suatu keadaan atau masalah. Keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama merupakan tempat tumbuh dan kembang yang ideal bagi si kecil. Anak cenderung mencontoh sikap orang di sekitarnya terutama orang tuanya. Karena itu, pola asuh menjadi peran yang penting dalam menumbuhkan optimisme pada anak. Sikap optimisme bisa distimulasi sejak dini bahkan sejak dalam kandungan. Misal, dengan membiasakan berkata lembut, bercerita tentang hal-hal positif juga membisikkan kata-kata yang penuh semangat. Setelah lahir, orang tua bisa memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan usia anak. Sifat optimis yang ditanamkan sejak dini akan terus melekat pada diri anak. Sikap optimis dapat melahirkan beberapa manfaat, antara lain:
- Menumbuhkan rasa percaya diri. Sikap optimis membuat anak memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mengeksplorasi dunia lebih luas. Rasa percaya dirinya juga lebih tinggi dan lebih siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
- Merasa lebih gembira. Anak yang optimis akan merasa bahagia dan gembira, faktor tersebut karena meningkatnya imunitas. Orang yang optimis tidak menganggap kegagalan yang dialami tidak permanen.
- Terhindar dari depresi. Orang yang optimis diketahui memiliki kamampuan dalam mengendalikan stress. Maka orang yang optimis akan terhindar dari depresi dan stress.
- Lebih dekat dengan kesuksesan. Sikap optimis membuat anak berupaya untuk memberikan hasil yang terbaik karena ia yakin mampu dan bisa mencapai tujuan.
Sebaliknya anak yang tidak dibiasakan optimis, dapat berkembang menjadi sosok yang yang pesimis dan penakut. Ia menjadi tidak percaya diri dan takut mencoba hal baru karena merasa tidak mampu. Daya juangnya juga rendah dalam mencapai tujuan sehingga mudah menyerah saat menghadapi hambatan. Daya saingnya juga lemah sehingga cenderung menghindari kompetisi. sikap pesimis dapat membawa anak menjadi terbiasa memandang buruk setiap masalah yang dihadapi. Hal ini membuat anak mudah frustrasi.
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan optimisme pada anak.
- Berikan stimulasi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan. Izinkan anak untuk mencoba mengenali benda-benda di sekitarnya. Sesuaikan stimulasi dengan usianya catat perkembangan dan minatnya, agar kita mudah menemukan cara mendidik sesuai dengan tipe dan karakternya.
- Mengembangkan rasa mampu pada anak. Dorong dan dukung anak untuk merasa mampu melakukan apapun dan mau mencoba melakukannya, beri penghargaan apapun hasilnya.
- Menjadi contoh yang baik. Orang tua perlu memberikan contoh dengan menjadi orang yang optimisdan tidak mudah menyerah. Bisa dilakukan dengan berbagi cerita mengenai pengalamannya di masa sulit dan bagaimana ia menghadapinya.
- Latih anak menghadapi situai yang kurang menyenangkan. Orang tua perlu melatih anak berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi yang didalamya ada resiko dan kegagalan. Anak yang terlatih menghadapi skondisi tersebut akan bermental baik dan tidak mudah putus asa.
- Hindari ‘citra buruk’ pada anak. Orang tua sebaiknya tidak memberi sebutan tertentu pada anak. Sebab disadari atau tidak, anak akan menyerap citra yang diberikan orang tua dan akan menempel menjadi identitas dan karakter anak. Ini akan mengurangi rasa PD.
- Ajak anak untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ajari anak untuk mengenali Tuhan dan kembangkan keyakinan bahwa Tuhan Maha penyayang yang akan membantu hambaNya yang sedang kesulitan. Dengan meyakini Tuhan Maha penolong anak menjadi optimis dan percaya diri dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Semoga hal-hal di atas dapat membantu menumbukkan dan memelihara rasa optimis pada anak.
Sumber : Majalah SM Edisi 15 tahun 2019
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, Spsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya