Muhammadiyah Sangat Admirable: Cermin Gerakan Islam Progresif

DUREN SAWIT, Suara Muhammadiyah – Ada tiga hal penentu posisi Muhammadiyah di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, spiritualitas. Kedua, intelektualitas. Dan ketiga, kreativitas. Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, ketiganya memiliki nilai dan arti penting bagi Muhammadiyah untuk medorong masyarakat keluar dari permasalahan yang selama ini membelit. Karena itulah selama lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, kita dapat melihat berbagai perbedaan yang sangat mendasar antara kelompok masyarakat dalam menyikapi wabah.

Dalam klasifikasi sederhana terdapat tiga kelompok besar masyarakat dalam menyikapi permasalahan. Pertama, kelompok rejeksionis. Kelompok ini berusaha menolok segala keadaan yang ada dan mencari-cari alasan serta mengkambinghitamkan situasi buruk yang terjadi. Kedua, kelompok fatalistik. Kelompok ini memilih pasrah dalam menghadapi setiap keadaan. Dengan dalih menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka bahkan tidak berusaha untuk bisa bertahan dalam keadaan yang sulit.

“Kelompok ini tidak menyalahkan sana-sini, tetapi bersikap pasif terhadap keadaan dan tidak berusaha untuk keluar dari persoalan-persoalan yang sulit,” tutur Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut.

Abdul Mu’ti menambahkan, ada pun dengan Muhammadiyah, ia masuk dalam kelompok ketiga yaitu kelompok progresif. Ciri dari kelompok ini adalah, melihat segala problem yang ada sebagai sebuah realita dan tantangan. Kemudian berusaha mencari jalan keluar (solusi) atas berbagai problematika yang ada dengan kekuatan iman, ilmu, dan kreativitas.

“Saya kira inilah yang menjadi hal penting untuk melihat dimana posisi Muhammadiyah berada. Dan tentu jika kita lihat kiprah, aktivitas, serta langkah-langkah Muhammadiyah paling tidak selama satu tahun terakhir ini, dapat kita simpulkan bahwa Muhammadiyah tetap istiqomah sebagai gerakan berkemajuan. Banyak kalangan menyebutnya sebagai gerakan Islam progresif,” ujarnya dalam agenda pengajian bulanan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Duren Sawit, pada Sabtu (17/7). Pengajian dengan tema “Muhammadiyah: Membangun Peradaban Islam yang Berkemajuan” ini juga merupakan acara untuk memperingati milad Muhammadiyah yang ke-112.

Maka tidak salah jika kemudian banyak kalangan menilai Muhammadiyah sebagai cermin dari gerakan Islam yang sangat solutif dan kontruktif dalam melihat berbagai macam persoalan. “Sebagaimana kelahiranya, Muhammadiyah hadir untuk memberi, bukan hadir untuk menjadi peminta-minta,” ungkapnya dalam pengajian yang terlaksana dalam forum virtual tersebut.

Kehadiran Muhammadiyah sebagai pemberi solusi ini diilhami oleh sebuah hadist Nabi yang berbunyi “Tangan di atas itu lebih utama daripada tangan di bawah”, dan dari firman Allah SWT yang menerangkan bahwa ciri dari orang yang bertaqwa adalah mereka yang senantiasa berderma, baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

Abdul Mu’ti mengatakan bahwa salah satu koleganya dari Australian National University menyebut Muhammadiyah sangat admirable. Peran-peran yang ditunjukkan oleh Muhammadiyah sangat terpuji. Admirable Islamic Movement. Selama kurun waktu yang panjang, Muhammadiyah sudah berbuat dan memberi tanpa henti. “Dari sinilah kita melihat bahwa organisasi ini sesungguhnya sangat ditunggu-tunggu peran dan kiprahnya, serta menjadi cermin tentang bagaimana gerakan keagamaan harus ikut berperan dalam mengatasi berbagai persoalan,” tegasnya. (diko)

Exit mobile version