Kesempatan yang Terabaikan

Kesempatan yang Terabaikan

Oleh : Akhmad Faozan

Tidak banyak kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia. Seakan waktu begitu cepat bergulir melintas dan memangkas kesempatan untuk melakukan sesuatu. Sinar mentari pagi seakan menyegerakannya melewati sepenggalan hingga melampaui bayangan, Dhuhur pun tersiar beriringan kumandang adzan. Keasyikan memainkan tombol keyboard laptop dan layar Android terus melalaikan.

Mereka berkedok belum terselesaikannya pekerjaan. “ah nanggung” kata itupun terlontar dalam benak pikiran. Hingga muadzin mengumandangkan Iqamat tanda shalat sudah mulai didirikan. Badan masih tak bergeming, tak mau beranjak, bisikan halus terus menggelayut menghias alam bawah sadar, dan terus berbisik “waktu dhuhur masih dua jam ke depan, lanjutkan pekerjaan dan sempurnakan”.

Tahu-tahu waktu Ashar semakin mendekat, detak jarum jam panjang pun mengagetkan di angka sembilan. Pertanda waktu dhuhur sebentar lagi akan terlewatkan, barulah dia terperanjat beranjak mengambil air wudhu dan shalat hanya bernilai ketergesa-gesaan tak terelakkan. Terlaksananya shalat pun disaat kewarasan dan munculnya kesadaran, namun ketidaktenangan mewarnai dalam shalatnya menjadi penampakan ketidakkhusyukan saat mengabdikan dirinya kepada sang Khaliq di sisa kesempatan.

Kesempatan untuk menikmati penghambaan diri kepada Dzat Yang Maha Kuat terlewat, hingga waktu terus berlalu, mobilitasnya menurun bersamaan melemahnya kekuatan otot seiring dengan terkikisnya sisa waktu. Ia terjejali misi berdominasi ambisi materi dengan ketuntasan dalam menyempurnakan pekerjaan. Begitulah bergulirnya waktu dan kesempatan demi kesempatan menghias warna kehidupannya sampai menjadi masa lalu yang terus menerus seperti itu menerpa dirinya. Waktunya benar-benar menerabas habis yang ditandai dengan badannya lemah lunglai, hingga datangnya deadline.

Itulah sebagian dari cerita saat dan hari ini, pekan ini ataupun bulan ini dan baru saja berlalu. Benar adanya, Allah Swt. memberikan kesempatan hanya saat ini, kesuksesan dunia dan akheratmu tergantung dari bagaimana mengelola sisa waktumu saat ini. Allah pun memperhitungkan amalmu yang paling belakang yang disebut khatimah. Bukan amal yang telah lalu, bisa jadi amalmu yang lalu masih dominan dengan motif dan tendensi bukan karena Allah Swt. barangkali karena pujian

Ketika seseorang berfikir sesaat bukan berfikir keabadian yaitu kampung akherat sangat nampak terlihat kehidupannya. Materi yang ia cari, kesibukan dalam urusan duniawi, harta tahta dan wanita menjadi misi untuk dicari terus menghias diri. Glamor dunia yang fatamorgana tak menyadarkan pada dirinya, hingga hatinya mengeras terhadap nasehat dan petuah pun tak mempan..

Berbeda dengan seseorang yang terbangun kesadarannya, meyakini kalau Tuhan Maha Pengampun. Pelan tapi pasti ada perubahan pada tindak dan laku, serta ada sinyal penghambaan diri kepada Sang Khaliq. Perilakunya berubah ke arah positif pada dirinya, terlihat dengan menyengaja untuk menggesekkan hatinya yang penuh kelam dengan hati orang-orang yang shalih dan mau mendengar nasehat serta menindaklanjutinya dengan nyata-nyata amalan berawal dari mindset perubahan.

Dari sinilah sehingga yang dimohonkan agar sisa waktunya berakhir dengan predikat husnul khatimah. Masa lalu sebagai bahan muhasabah dan introspeksi, karena waktu yang telah berlalu sarat dengan motif negatif karena materi bukan ilahi. Itulah momen saat bangkitnya kesadaran diri, ketika merasa masa lalunya penuh dengan dominasi maksiat dan dosa. Dengan demikian yang ada adalah berusaha untuk menutup kekhilafan dan dosa sebagai perbaikan amal dengan ucapan istighfar yang terus membasahi lisan. Itulah momen dan kesempatan.
Itulah kesempatan saat ini, bukan masa lalu juga bukan esok hari. Sebab Allah swt hanya memberikan kesempatan saat ini. Tak ada jaminan hidupmu sampai esok hari. Esok hanya sebuah harapan.

Esok hari hanya bagi siapapun yang berpengharapan bukan kepastian. Kepastian hanya milik Sang Pencipta, Allah swt. Manusia yang berpengharapan ia sangat bijaksana menghadapi hari ini. Ia terus mengoptimalkan hari ini, saat ini yang seakan terbatasi dan sangat sempit. Ia pun merasa tidak banyak kesempatan yang diberikan, sehingga kesempatan saat ini dia maksimalkan dan optimalkan.

Indah nian hidup ini, diberikan rasa untuk berpengharapan. Tidak ada jaminan kita hidup sampai esok. Esok bukan wilayah ketetapan dan keyakinanmu untuk sampai ke sana, karena perasaan itu hanya angan dan harapan. Bahkan ada yang menguatkan tekadnya “aku akan ini, akan itu, akan sedekah, akan mengasihi, pokoknya akan berbuat baik, hanya akan dan akan..”.

Angan-angannya sangat tinggi, banyak orang bilang setinggi langit. Seakan-akan ia “yakin” dengan memantapkan dalam hati kalau dirinya masih ada waktu sampai esok hari. Tetapi apa yang dilakukan hari ini?. Dia tidak melakukan apapun kecuali hanya kesempatan yang tersia-siakan.

Waktunya hari ini ia sia-siakan dengan berangan-angan agar ia dimampukan untuk melaksanakan sesuatu yang bernilai perubahan baik untuk esok hari. Seperti kalimat, “Esok aku akan berbuat lebih giat, aku akan bertaubat, aku akan sholat besok saja kalau usiaku sudah 60 tahun”. Ia tidak sadar kalau waktu yang diberikan kepadanya haknya sama, sehari semalam hanya 24 jam tidak lebih tidak kurang. Berbagai tanda makin mendekatnya hari yang pasti yaitu mati, ia lalaikan dan tak pedulikan.

Seperti musibah pandemi yang belum berkesudahan sampai hari ini adalah pertanda keperkasaan dan tanda kekuasaan Ilahi. Manusia benar-benar pada posisi titik terlemah, tak berdaya dan tak mampu menghadapinya. Pandemi ini seakan begitu mudahnya seseorang berkesudahan dalam cengkeraman waktu yang sempit, Banyak kolega teman dan saudara, bahkan suami dan istri berpulang mendahului. Lha Kita kapan? Menunggu antrean karena kematian adalah kepastian, maka jangan terlalaikan dengan keadaan!.

Kematian memaksa dirinya mau atau tidak menghadapinya, sakaratul maut kian mendekat dan hari kemudian yaitu kampung keabadian berkorelasi dengan kejadian yang pasti, yaitu kematian. Kematian adalah pintu masuk menuju kampung keabadian. Hanya mengharapkan hidayah Allah swt. agar Iman dan Islam di dada menjadi jalan pencerahan dan ketetapan. Wallahu a’lam.

Jepara, 22 Juli 2021

Penulis adalah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong Jepara.

Exit mobile version