Tabungan Rahasia, Cerpen Wiyono Agung Sutanto

Hari ini kepulangan Uti dari Tanah Suci. Anak dan cucu segera berkemas dan menuju ke Bandara Solo. Berangkat lebih awal agar nyaman di jalan. Kondisi jalan cukup lancar sehingga tiba di lokasi lebih awal. Bagi anak-anak lokasi ini menjadi sesuatu yang istimewa. Pesawat terbang!

Rencana awal untuk bisa menunggu di sisi selatan bandara sambil melihat pesawat yang datang dan pergi.

“ Pesawat.. itu pesawat, Ma!” Keponakanku takjub melihat pesawat saat mendarat pada Mamanya.

“Itu..itu..akan berangkat terbang!” Tak kalah keponakan satunya lagi.

Sungguh kali ini menjadi suatu kegembiraan bagi anak-anak usia PAUD. Dan disini banyak keluarga yang juga seperti keluargaku. Jadi magnet penarik untuk bermain di kawasan pandang bandara.

“Itu pesawat Uti, Sudah tiba !” Ku beritahu mereka sehingga bisa segera menuju ke ruang kedatangan penumpang.

“Wadew, parkiran penuh!” Batinku. Sambil menurunkan penumpang di depan area penunggu.

Cukup dengan putar arah lagi dan mencari yang luang. Seorang tukang parkir menunjukkan tempat.Sementara penumpang sudah kuturunkan dekat area tunggu kedatangan.

***

Aku menyusul ke kerumunan orang. Tak seberapa lama tiba di area tunggu.

“Mas dicari temanmu!” Adikku ngabari.

Bercampur dengan ratusan orang yang juga menjemput. Para keluarga penjemput sudah sejam sebelum pendaratan pesawat mereka sudah pada merapat. Bandara Adi Sumarmo menjadi ramainya.

“Siapa?” Jawabku sambil menanyakan. Sambil menerka kira-kira siapa dia. Sementara orang yang menunggu kedatangan jamaah Umroh itu pada mendekati pintu keluar penerbangan.

“Temanmu yang dulu mengajar di SMK!” Adikku menjelaskan.

“o..oo!”

Aku paham. Ternyata Pak Yon yang dulu mengampu BK. Kini ia menjabat Wakasek di SMA kota Lurik. Dan sudah 2 tahun tahun baru ketemu saat ini. Yang terakhir itu saat di Kota Semarang ikut pembinaan guru pembelajar. Ternyata ia jadi ketua MGMP di kabupaten.

Piye kabare?” Kataku, sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Acara mapak sapa,Om?” Tanyaku.

“Simbok!”

“Lha apa berangkat Umroh”

“Yha!”

“Berarti bareng sama ibuku juga!”

Kami sama-sama menunggu ibu.

“Lha dirimu kapan?” Tanyaku.

“Insyaalloh ,doakan saja!”

“Lha tindak sekalian?”

“Sendirian!”

“Lah ceritanya bagaimana?”

Sehingga ia cerita soal Simboknya.

“Aku baru tahu mau berangkat gara-gara baru geger soal pencuri uang di siang hari pada desaku!” Temanku itu mulai menjelaskan.

“Tetangga sebelah kehilangan uangnya 10-an juta! Rupanya ibuku takut dan menyuruhku mendaftar Umroh!” Lanjutnya.

Rupanya niat itu sudah lama rupanya. Simbok begitu kuat tekatnya pingin bisa ke Tanah Suci. “Yang penting niat.”

“Lha Simbok masih usaha rambak?” Tanyaku.

Itu jalan satu-satunya dengan jual rambak. Itu paling tepat. Dan telah dilakukan selama 10-an tahun. Sejak anaknya yang mbarep kuliah. Usahanya yang kian hari tambah ramai. Pesanan dan hasil penjualan yang memuaskan. Selalu ada sisa untuk ditabung,

Jalan satunya dengan membuat tempat nyimpan yang aman. Siapa pun tak ada yang tahu. Hanya ibu sendiri letak penyimpanannnya.

“Gara-gara terror pencuri itulah baru tahu untuk mendaftarkan Umroh!” Jelasnya.

Simbok jadi goyah pikirannya. Desa Jambon itu kemasukan pencuri di saat penghuninya kerja. Beroperasi siang hari. Ini yang membuat kacau soal uang simpanan yang ada di rumah.

“Tabunganku ..tabunganku bagaimana ini ? Terus bagaimana sebaiknya?” Kata Simbok..

“Diambil saja,Mbok!”

“Sekarang kita ambil saja!” Ajak Simbok pada anaknya.

Sambil menunjukkan beberapa titik hamparan lantai dapur. Lokasi di dapur itu jadi lahan tabungan rahasianya. Ibu menunjukkan letak penyimpanan uang. Ada kode yang unik. Menandai bata di sudutnya ada warna putih dari kapur. Dan ditutup dengan beberapa perabotan dapur. Sehingga tak mencolok untuk mengundang perhatian orang. Termasuk keluarganya sendiri tak ada yang tahu.Rahasia!

Pengambilan dan penghitungan cepat. Terkumpul cukup banyak. Jumlah 40-an juta sudah bisa untuk bekal. Segera menyuruh anaknya ke biro layanan haji dan umroh.

”Ke Jogja saja!”Pikir anaknya.

Segera urus persyaratan. Paspor, suntik meningitis, biometric dan mannasik dilakukan dengan seksama.

Umroh sudah dapat dilihat sekarang, Alhamdulillah pencuri itu tak menyatroni rumahku!” Rasa syukur Simbok.

***

Sungguh tabungan yang unik. Dengan memasukkan uang ke tanah. Dapur yang jadi tempat mengolah rambak itu ternyata jadi tambang uang.

“Dapur berharga!”Anaknya menyebut.

“Kalau tahu pasti akan kuambil untuk beli HP!” Batin anaknya yang masih SMA.

“Ditanam di tanah! Paling aman.” Strategi itu sampai dibuka masih utuh. Tiap titik ada 5 juta uangnya. Dan ada banyak titik penyimpanan. Luar biasa! Sebuah trik jitu untuk mampu wujudkan cita-citanya.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM No 22 Tahun 2019

Exit mobile version