Memaknai Islam dalam Muhammadiyah

Judul               : Dakwah Pencerahan Muhammadiyah untuk Bangsa dan Kemanusiaan

Penulis             : Ari Susanto

Penerbit           : CV Timur Barat

Cetakan           : I, 2021

Tebal, ukuran  : xvi + 142 hlm, 14,8 x 21 cm

ISBN               : 978-623-94691-6-0

 

Dokumen “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad” menegaskan antara lain empat hal. Pertama, Islam adalah agama pembawa misi kebenaran ilahi, dan didakwahkan untuk mewujudkan risalah rahmatan lil alamin di muka bumi. Kedua, misi dakwah Muhammadiyah dijiwai oleh pesan QS Ali Imran ayat 104 dan 110. Ketiga, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, yang meliputi sayap modernisasi dan purifikasi. Keempat, aktualisasi Islam untuk membangun ummatan wasathan atau umat tengahan yang berkemajuan.

Penegasan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memberi pandangan yang penting bagi internal dan eksternal Muhammadiyah. Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah merupakan gerakan yang tidak bebas nilai. Segenap aktivitasnya dilandasi oleh etos ajaran Islam yang tidak berhenti pada aspek doktrin semata. Nilai etika ini membentuk cara pandang dan menggerakkan Muhammadiyah selama lebih dari satu abad.

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah juga berbeda dengan gerakan lainnya yang hanya dilandasi oleh nilai etika Barat atau dorongan humanisme sekuler. Bagi Muhammadiyah, semua aktivitasnya untuk memajukan peradaban merupakan misi mulia. Pengabdiannya merupakan panggilan suci yang bernilai ibadah. Bahwa kebaikan yang ditebar Muhammadiyah di dunia diyakini membawa dampak di dunia dan sekaligus di akhirat.

Muhammadiyah mengembangkan dakwah dengan pendekatan profetik yang meliputi nilai liberasi, humanisasi, dan transendensi. Muhammadiyah memandang objek dakwahnya sebagai manusia yang utuh, bukan sebagai komoditas untuk mendulang suara atau kapital. Muhammadiyah berupaya membebaskan kaum mustadl’afin dari kungkungan kebodohan, kegelapan, kemiskinan, dan ketimpangan. Melalui aktivitas pendidikan, kesehatan, layanan sosial, ekonomi, mereka diberdayakan untuk menjadi manusia yang utuh.

Gerakan Islam punya dimensi yang sangat kompleks. Sebagai distingsi dan proyeksi, Muhammadiyah menegaskan dirinya sebagai gerakan Islam berkemajuan. Konsep berkemajuan ini berkelindan dengan dimensi dinamisasi yang responsif terhadap perkembangan zaman. Islam berkemajuan berarti Islam yang sadar bahwa aspek doktrin Islam harus dipahami secara komprehensif, bahwa nilai-nilai dalam teks agama Islam perlu digali sedalam mungkin. Nilai-nilai universal itulah yang kemudian ditebar dan ditanamkan kepada masyarakat secara kontekstual.

Dalam banyak kesempatan, Haedar Nashir menyebut bahwa Muhammadiyah memahami Islam sebagai agama amal (din al-amal) dan agama peradaban (din al-hadlarah). Sebagai agama amal, Muhammadiyah tidak berhenti pada pengajian-pengajian atau halaqah-halaqah atau seminar-seminar agama. Muhammadiyah sadar bahwa Islam perlu dibumikan dalam kehidupan masyarakat dengan amal individual dan amal sosial. Berbagai aktivitas Muhammadiyah di seluruh pelosok negeri merupakan perwujudan amal.

Sejak awal, Kiai Ahmad Dahlan memfungsikan Al-Ma’un bukan sekadar bacaan atau tema kajian. Kiai Dahlan menggerakkan para santrinya untuk mengamalkan nilai-nilai Al-Ma’un dalam praktik pemihakan pada kaum lemah. Kiai Dahlan mengingatkan bahwa masyarakat perlu terlebih dahulu disejahterakan. Antara dakwah dan pemberdayaan ekonomi semestinya berjalan beriringan. Penanaman doktrin agama semata di tengah kondisi ketidakberdayaan hanya menghasilkan praktek eskapisme. Agama hanya menjadi candu pelarian dari berbagai masalah hidup yang berat.

Dengan itu semua, Muhammadiyah telah ikut serta membangun peradaban. Hal ini meneladani praktik kehidupan Nabi Muhammad yang berjuang keras di Makkah dan Madinah. Nabi dengan penuh totalitas telah mengeluarkan masyarakat jahiliyah yang hidup dalam kegelapan menuju kepada masyarakat madinah yang penuh cahaya. Keluar dari tatanan lama dan membangun tatanan baru yang didasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, kemajuan, kebaikan, persatuan, dan seterusnya.

Buku karya Ari Susanto ini mengupas banyak aspek tentang Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam dan gerakan tajdid. Sebagai aktivis yang lahir dari rahim salah satu organisasi angkatan muda Muhammadiyah, penulis buku ini cukup memahami tentang realitas Muhammadiyah di lapangan, yang terkadang tidak sejalan dengan nilai normatif dalam banyak dokumen resmi. Buku ini memberi gambaran tentang kiprah Muhammadiyah dan pertautannya dengan berbagai realitas sosial di Indonesia yang menjadi rumah besar Muhammadiyah. (muhammad ridha basri)

Exit mobile version