MALANG, Suara Muhammadiyah – Potensi bencana alam yang terjadi di Indonesia cukup besar. Salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah tanah longsor. Tercatat, sepanjang tahun 2021 ada 218 kasus tanah longsor yang terjadi di Indonesia. Untuk mengurangi korban akibat bencana alat tersebut, tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembangkan sistem peringatan dini bencana tanah longsor berbasis Internet of Things melalui pesan Telegram.
Salah satu anggota tim, Retno Diajeng Putri mengatakan bahwa sistem ini merupakan pengembangan dari sistem yang telah ada di Indonesia. Retno melanjutkan, meskipun tanah longsor sering terjadi Indonesia, sistem yang dikembangkan oleh pemerintah masih berbasis Short Message Service (SMS). Pengiriman peringatan ini terkendala karena masyarakat telah berpindah dari SMS ke aplikasi pesan berbasis internet.
“Karena sudah tidak menggunakan SMS untuk berkirim pesan, kadang masyarakat tidak tahu jika ada pemberitahuan peringatan tanah longsor. Untuk itu kami menggunakan sistem Internet of Things (IoT) untuk mengirim peringatan bencana tanah longsor ke masyarakat melalui Bot Telegram,” ungkap mahasiswa Teknik Elektro tersebut.
Retno menjelaskan, untuk mendeteksi bencana tanah longsor, mereka menyematkan dua sensor dalam alatnya yaitu sensor humidity dan ultrasonic. Kedua sensor tersebut dapat mendeteksi pergeseran tanah, kelembaban tanah, dan intensitas curah hujan di suatu daerah. Data dari kedua sensor itu akan diolah di raspberry pi model B+ dan akan menghasilkan empat peringatan yaitu aman, waspada, siaga, dan awas.
“Telegram dipilih sebagai aplikasi pengirim peringatan bencana karena lebih cepat dalam hal pengiriman data dibanding aplikasi yang lain. Untuk sistem penyampaian informasi alat ini ke masyarakat akan melalui undangan di aplikasi Telegram. Jadi penggunaan alat ini memang hanya terbatas pada daerah-daerah rawan longsor,” terang Retno.
Saat ini, Retno dan tim telah menyelesaikan pembuatan alat pendeteksi bencana tanah longsor tersebut. Namun ke depannya akan ada beberapa penyesuaian dan evaluasi setelah diuji coba. Selain Retno, tim ini terdiri dari Ade Musthafa Alwi dan Devi Krista Ferani. Adapun alat ini telah diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) dan lolos pada tahap pendanaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Saya tentu berharap alat ini dapat membantu mitigasi bencana tanah longsor di Indonesia, di samping itu juga mampu mengurangi jumlah korban,” pungkasnya. (diko)