YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menggelar peringatan puncak milad Nasyiatul Aisyiyah ke-93 Hijriyah/90 Masehi, pada 28 Dzulhijjah 1442/7 Agustus 2021. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir menyampaikan selamat atas milad Nasyiatul Aisyiyah ke-93 ini. Organisasi ini diharapkan terus melesat dalam mengemban dakwah sebagai organisasi putri Islam Indonesia yang berkemajuan.
“Perjalanan 93 tahun tentu banyak suka dan duka, dinamika pasang dan surut, untuk menjadikan gerakan ini sebagai gerakan putri Islam berkemajuan,” ujar Haedar. Pengkhidmatan dalam membina gerakan putri Indonesia dengan nilai-nilai Islam merupakan perjalanan yang tidak pernah usai. “Gerak dakwah adalah gerak yang long term, bahkan terus sepanjang zaman.”
Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan putri dan pilar strategi dakwah Muhammadiyah, kata Haedar, mempunyai fungsi yang spesifik dalam membina putri Indonesia. Mereka ditempa untuk menjadi putri Indonesia yang cerdas, berilmu, berwawasan luas, berkeahlian sesuai zaman, dan mampu hadir sebagai generasi tengahan yang memerankan peran strategis untuk kebaikan hidup bersama.
Harapan itu diwujudkan dalam proses panjang. Menurut Haedar, Muhammadiyah dan Aisyiyah mendobrak sangkar besi konservatisme dalam memandang kaum perempuan. Buahnya, lahirlah kesadaran tentang kesetaraan dan peran saling mengisi antara laki-laki dan perempuan. Keduanya dapat sama-sama berdakwah dan berkonstribusi.
“Spirit dakwah lahir dari spirit ingin mewujudkan umat terbaik (khairu ummah). Cita-cita membangun umat terbaik dengan dakwah, melalui liberasi, humanisasi, dan transendensi adalah pekerjaan yang besar dan harus berkesinambungan,” tuturnya. Nasyiatul Aisyiyah, kata Haedar, adalah bagian dari mata rantai pergerakan Islam Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk menghadirkan masyarakat yang terbaik.
Haedar mengapresiasi tema “Khidmat Perempuan dalam Dakwah Kemanusiaan” yang diangkat oleh Nasyiatul Aisyiyah dalam milad tahun ini. Dengan tema ini, “Nasyiatul Aisyiyah ingin memantapkan perjalanannya pada penanaman nilai-nilai kemanusiaan universal, baik di ranah domestik maupun global, yang lahir dari nilai-nilai Islam,” ulasnya.
Muhammadiyah, ungkap Haedar, memposisikan manusia sebagai insan kamil, yang tidak mendiskriminasi laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin ini punya derajat kemuliaan yang sama. Bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan, serta manusia yang beragam suku dan latar belakang, “adalah untuk saling mengenal, saling bekerjasama, dan saling membangun kehidupan bersama.”
Semua manusia, diminta untuk berbuat yang terbaik dalam kehidupan di dunia. Allah memberi balasan atas amal saleh untuk membangun kehidupan yang terbaik yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.
“Ketika Nasyiatul Aisyiyah ingin berkhidmat dalam kemanusiaan, maka hadirkan ihsan. Tugas para kader adalah memperkaya perspektif atau pandangan, sehingga semuanya berpijak pada nilai ilahiyah yang kokoh, tetapi juga tetap bersifat transformatif.” Posisinya harus tetap di tengah (ummatan wasathan), tidak menjadi konservatif dan tidak liberal.
Haedar Nashir menitipkan harapan besar supaya Nasyiatul Aisyiyah terus relevan dan bersinar sesuai dengan situasi zaman yang terus mengalami perubahan secara cepat. “Nilai-nilai luhur yang menjadi asas organisasi harus dijaga dalam menghadirkan pengkhidmatan Nasyiatul Aisyiyah di tengah perubahan zaman,” tukasnya. (ribas)