YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Milad Nasyiatul Aisyiyah ke-90 M. Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menggelar peringatan puncak milad Nasyiatul Aisyiyah ke-93 Hijriyah/90 Masehi, pada 28 Dzulhijjah 1442/7 Agustus 2021. Dalam milad daring bertema “Khidmat Perempuan dalam Dakwah Kemanusiaan” itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua PP Aisyiyah Shoimah Kastolani memberi pesan khusus bagi Nasyiatul Aisyiyah.
Milad Nasyiatul Aisyiyah ke-90 M.
Abdul Mu’ti menyampaikan apresiasi atas kiprah Nasyiatul Aisyiyah. “Nasyiatul Aisyiyah memiliki concern pada berbagai persoalan keluarga dan anak-anak. Ini sangat sesuai dengan apa yang selama ini menjadi realitas gerakan Nasyiatul Aisyiyah,” ujarnya melalui Zoom (7/8/2021). Sebagian besar pimpinan dan anggota NA itu adalah ibu-ibu muda.
Sasaran dan komposisi organisasi Nasyiatul Aisyiyah, kata Mu’ti, punya makna penting bagi masa depan bangsa Indonesia. “Kalau kita ingin melihat Indonesia masa depan, maka bisa dilihat Indonesia masa kini,” katanya. Saat ini, komposisi terbesar penduduk Indonesia itu adalah kelompok usia muda. “Masa depan Indonesia itu berada di tangan keluarga-keluarga muda.”
Mu’ti menyebut bahwa makna keluarga dalam pembangunan bangsa menjadi sangat penting diperhatikan karena keluarga adalah pilar negara. Ketahanan bangsa berpijak pada keluarga. “Kekuatan suatu bangsa ditentukan oleh jumlah penduduk, komposisi jumlah penduduk, dan ketahanan keluarga dalam masyarakat.”
Keluarga Indonesia masa kini perlu memberi perhatian serius pada pendidikan anak usia dini Kalangan psikologi behavioristik menyebut bahwa kehidupan seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan usia dini, 0-5 atau 0-7 tahun. “Berbagai nutrisi, perkembangan mental, terbentuk pada masa ini. Jika di era golden age ini banyak kebutuhan dasar tidak terpenuhi, mengalami masalah kekerasan, dan kekurangan gizi, maka terjadilah lost generation.”
Sebaliknya, jika pendidikan anak usia dini dilakukan dengan baik, maka masa depan bangsa akan maju. Mu’ti mencontohkan Jepang, ketika kalah perang dunia kedua tahun 1945, mereka mengalami bonus demografi sehingga cepat bangkit. Tetapi saat ini tingkat kelahirannya sangat rendah. Hal ini juga terjadi di banyak negara, bahkan ada negara yang sampai menjanjikan bonus bagi pasangan yang mau melahirkan anak.
Shoimah Kastolani mewakili PP Aisyiyah mengucapkan selamat milad Nasyiatul Aisyiyah ke-93 H/90 M. “Semoga semakin jaya dan maju, sehingga bisa bergandeng tangan bersama-sama dengan Aisyiyah untuk memajukan masyarakat,” ujarnya.
Shoimah mengapresiasi tema yang menjadi perhatian Nasyiatul Aisyiyah dalam milad tahun ini. Menurutnya, dakwah kemanusiaan telah menjadi perhatian Muhammadiyah sejak masa awal, terutama seperti diinisiasi oleh Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Syuja’. Spirit ini harus terus dipelihara.
“Saat ini Muhammadiyah sudah memasuki abad kedua, abad modern. Kita merupakan bagian dari bangsa ini, hidup di tengah ideologi neoliberalis. Kita harus menunjukkan jati diri kita sebagai gerakan tajdid,” kata Shoimah.
Shoimah menyebut bahwa geliat Muhammadiyah-Aisyiyah dalam satu dasawarsa terakhir ini sangat kental dengan dakwah kemanusiaan, yang dimulai sejak tsunami Aceh akhir tahun 2004. “Tahun 2010, Muhammadiyah membentuk MDMC, yang geraknya sampai internasional seperti Palestina dan Rohingya.”
“Saat pandemi Covid-19, keterlibatan MCCC juga sangat terlihat.” Shoimah mengapresiasi bahwa dalam situasi pandemi, Nasyiatul Aisyiyah terlibat dalam banyak program kemanusiaan untuk melawan wabah, seperti diwujudkan dalam gerakan lumbung gizi, lumbung pangan, Getapak, dan lain-lain.
Nasyiatul Aisyiyah melakukan “pemecahan masalah dengan mengerahkan semua daya yang dimiliki oleh perempuan.” Nasyiatul Aisyiyah dengan misalnya Pasmina itu merupakan wujud gerakan kemanusiaan untuk menyelesaikan masalah-masalah besar. “Banyak krisis besar yang bisa diselesaikan dengan kerjasama Nasyiatul Aisyiyah dengan berbagai pihak,” ulasnya.
Shoimah juga berharap Nasyiatul Aisyiyah semakin mandiri. “Kemandirian masyarakat dicapai melalui proses belajar yang sangat panjang.” Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah punya pengalaman panjang dalam menjalani proses ini. Aisyiyah mendorong Nasyiatul Aisyiyah untuk mencapai kemandirian, yang dengan kemandirian itu, dapat melakukan dakwah kemanusiaan untuk kemajuan masyarakat. (ribas)