Muhammadiyah Dengan Kekuatan Gerakannya

MUHAMMADIYAH DENGAN KEKUATAN GERAKANNYA

 Oleh DR H Haedar Nashir, M.Si.

Dalam beberapa waktu setelah mengemban amanah baru pasca Muktamar Ke-47, selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dikunjungi oleh sejumlah Duta Besar Negara-Negara Sahabat dan tamu-tamu lainnya. Hingga pertengahan November 2015, tidak kurang dari 13 Duta Besar yang meminta berkunjung ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta. Sebutlah Duta Besar Amerika Serikat, Singapura, Nurwegia, Denmark, Italia, India, Turki, Jordania, Pakistan, dan lain-lain.

Para Kepala Perwakilan dari negara-negara sahabat itu selain menyampaikan selamat atas pelaksanaan Muktamar dan terbentuknya kepemimpinan baru, mereka memberi penghargaan tinggi atas usaha-usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan misi dakwah Islam lainnya. Mereka juga selain menginformasikan misi negaranya, mengajak Muhammadiyah bekerjasama yang dapat dikembangkan khususnya di bidang-bidang di mana Muhammadiyah berkiprah. Sejumlah Duta Besar minta pandangan Muhammadiyah tentang ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria), terorisme, hubungan antaragamama, dan sejumlah hal di Indonesia.

Kehadiran dan perhatian para Kepala Perwakilan Negara-Negara Sahabat itu menunjukkan betapa Muhammadiyah memperoleh tempat yang penting dalam percaturan antarbangsa dan dinamika nasional. Muhammadiyah bagi mereka bukan sekadar NGO (Non Government Organization) biasa, tetapi merupakan kekuatan Civil Islam yang besar dan diperhitungkan. Lebih-lebih mereka tahu Muhammadiyah memiliki prestasi besar dalam kiprah di dunia pendidikan dan pranata-pranata sosial penting yang selama ini kita sebut Amal Usaha. Mereka juga tahu Muhammadiyah memiliki jaringan organisasi yang luas dan mengakar, sumberdaya manusia yang berkualitas, serta modal sosial dan kepercayaan yang besar dari masyarakat.

 

Modal Ruhaniah

Muhammadiyah tumbuh-kembang menjadi besar dan mampu bertahan sebad lebih antara lain karena memiliki modal ruhaniah yang kokoh. Modal ruhaniah itu berupa prinsip atau ideologi yang selama ini menjadi fondasi gerakannya. Kandungan isinya berupa nilai-nilai dasar yang menjadi sumber inspirasi, motivasi, visi, misi, orientasi, dan cita-cita yang lahir dari ajaran Islam. Nilai-nilai dasar Islam itu diformulasikan dalam pikiran-pikiran organisasi yang sistematik serta menjadi pembingkai dan konstruksi seluruh dimensi gerakan Muhammadiyah.

Modal ruhaniah itu juga tercermin dalam komitmen, alam pikiran, kepribadian, perilaku, dan tindakan orang-orang Muhammadiyah yang sarat makna sehingga melahirkan trust atau kepercayaan dari pihak luar. Orang Muhammadiyah itu sedikit bicara, banyak bekerja. Itu sikap positif, yang membuat dirinya rendah hati tapi pekerja keras, gemar beramal, dan produktif. Orang yang terlalu banyak bicara dalam Muhammadiyah biasanya sering kurang dalam bekerja, yang muncul ialah kegemaran tampil. Bicara dan publikasi ke luar juga penting, tetapi seperlunya sesuai takaran dan kepentingan organisasi. Itulah yang membuat orang-orang Muhammadiyah dihargai pihak lain.

Modal ruhaniah itu menyangkut aspek mental-spiritual dalam diri setiap anggota Muhammadiyah sekaligus kepribadian Muhammadiyah secara organisasi. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah itu memiliki kematangan, kedewasaan, dan kecerdasan yang mencukupi. Mereka para insan yang tulus ikhlas, berkhidmat, dan pandai memupuk kebersamaan. Orang Muhammadiyah pada umumnya bukan tipe sosok yang suka menonjolkan diri, mengurus kepentingan diri, gemar memaksakan kehendak, dan egois atau lebih mengedepankan sosok dirinya. Secara kelembagaan Muhammadiyah juga memiliki sepulus sifat dalam Kepribadian, yang menjadi acuan dan rujukan dalam bersikap dan bertindak atasnama organisasi.

 

Amal Usaha

Muhammadiyah kuat dan mandiri karena memiliki amal usaha. Amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan amaliah hasil dakwah bil-hal lainnya merupakan ciri utama Muhammadiyah. Pihak lain baik dari dalam maupun luar negeri mengetahui Muhammadiyah karena amal usahanya yang besar dan terdebar luas di seluruh tanah air. Amal usaha itu perpaduan antara nilai amal dan usaha, yang menghasilkan pekerjaan-pekerjaan amaliah Islami yang melembaga serta bermanfaat besar bagi kemajuan umat dan masyarakat. Muhammadiyah bahkan identik dengan amal usaha itu.

Melalui amal usaha maka Muhammadiyah dapat berkiprah nyata dalam mencerdaskan, menyejahterakan, dan memajukan kehidupan umat maupun masyarakat luas. Peradaban sesungguhnya dimulai dari pekerjaan-pekerjaan konkret dan peoduktif sebagaimana Muhammadiyah bergerak melalui amal usaha itu. Sungguh apa jadinya manakala organisasi Islam bicara fikih dan soal-soal dunia yang besar-besar tetapi minus lembaga pendidikan dan amal usaha seperti yang dipunyai Muhammadiyah. Boleh jadi manakala tanpa amal usaha organisasi Islam tersebut hanyalah organisasi halaqah, mudzakarah, dan ajang berdebat belaka yang tentu sampai batas tertentu perlu tetapi biasanya berhenti sebatas lisan dan retorika yang tidak membumi. Islam itu sejatinya agama amal, selain agama yang mengajak berpikir.

Karenanya terus kembangkan amal usaha, baik jenis dan jumlahnya maupun dan lebih-lebih kualitasnya. Kembangkan setiap amal usaha memiliki daya banding dan daya saing yang unggul dibandingkan milik orang lain. Jangan terlalu dipusingkan oleh pihak lain yang gemar dan jorjoran membikin lembaga-lembaga pendidikan dan lainnya dengan cara instan karena berkuasa, layaknya legenda Bandung Bondowoso membangun candi Prambanan dalam semalam. Itu urusan politik yang tentu harus disikapi Muhammadiyah dengan cara yang taktis. Ide adanya amal usaha politik secara teori mungkin menarik, tetapi praktiknya sulit dan kurang sejiwa dengan Khittah. Melalui amal usaha pendidikan dan lain-lain Muhammadiyah justru bersifat inklusif sekaligus Muhammadiyah mampu mengurus keperluan dirinya.

Maka, konsentrasikan dan mobilisasikan seluruh kekuatan untuk terus menerus mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di segala bidang kehidupan. Jangan sekali-kali memandang remeh terhadap keberadaan dan fungsi amal usaha, sebab bicara itu gampang sekali dan setiap orang tentu mahir, tetapi berbuat yang nyata itu sangatlah tidak mudah. Bangun amal usaha baru, lebih-lebih amal usaha ekonomi atau bisnis. Rintislah setahap demi setahap, boleh dilakukan terobosan, tetapi jangan muluk-muluk dan berhenti di perencanaan yang besar-besar manakala minus langkah nyata. Semua kekuatan Muhammadiyah harus bersatu membangun sinergi dan langkah bersama.

 

Peran Strategis

Muhammadiyah menjadi besar juga karena peranannya dalam kehidupan umat dan bangsa, termasuk di dunia internasional. Sejak Kiyai Ahmad Dahlan sampai era kini Muhammadiyah terus berkiprah dalam dinamika umat dan masyarakat, sehingga keberadaanya tetap diperhitungkan pihak luar. Umat dan bangsa ini memerlukan Muhammadiyah. Umat dan bangsa ini tidak mungkin tanpa Muhammadiyah. Ini bukan soal percaya diri berlebihan, tetapi merupakan kenyataan dan fakta di lapangan. Umat dan bangsa masih memerlukan Muhammadiyah.

Memang seiring dengan perkembangan situasi sampai batas tertentu peran Muhammadiyah mengalami pasang-surut. Muhammadiyah dinilai sebagian orang mengalami penurunan peran strategisnya dalam kehidupan bangsa, terutama dalam politik pemerintahan. Masalah ini tentu harus dibenahi dengan cara yang matang dan menyusun langkah ke depan yang terencana. Secara organisasi perlu diperbarui langkah-langkah taktis dan strategis dalam memainkan peran kebangsaan, khususnya dalam memerankan fungsi high-politics. Selain Muhammadiyah perlu mendorong anggotanya yang mau berkiprah di kancah politik-praktis dan dunia profesi secara lebih sistematik, tidak sporadis dan antipati.

Keduanya memerlukan saling dukung yang positif, proaktif, dan disertai kerja keras bersama. Peran organisasi dan usaha anggota yang mau berkiprah di dunia politik praktis dan profesi harus terus dijalin, sehingga lama kelamaan akan berhasil. Jangan terlalu dibebani dengan melihat “keberhasilan” pihak lain yang melakukan banyak langkah akrobatik dan tidak jarang oportunistik. Muhammadiyah dan orang-orang Muhammadiyah harus tetap memiliki prinsip dan kepribadian dalam menjalankan peran strategis keluar. Orang yang pragmatis dan oportunis mungkin sekejap berhasil, tetapi lama kelamaan tidak akan awet dan akan kehilangan marwah. Jika kita sama dengan orang lain, lantas apa bedanya? Tidak perlu sama dan meniru orang lain, lebih-lebih jika salah dan membolehkan langkah apa saja.

Peran strategis Muhammadiyah juga dapat dikembangkan dalam usaha-usaha mencerdaskan dan memajukan bangsa serta dunia universal melalui fungsi kekuatan civil soviety atau masyarakat madaniah yang konstruktif. Bangun keseimbangan antara peran ke dalam dan keluar secara membumi dan produktif. Mobilisasi potensi diri secara optimal, lakukan langkah-langkah sistematik yang realistik dan membawa kemajuan gerakan secara signifikan. Boleh bergagasan yang hebat-hebat, tetapi tidak kalah pentingnya membumi dan dapat memajukan Muhammadiyah di bumi nyata. Muhammadiyah tentu tidak boleh memakai baju sempit, tetapi jangan pula salah mengenakan baju yang terlalu longgar dan kebesaran. Khaira al-umur ausathuha!

Exit mobile version