YOGYAKARTA—Tujuh puluh enam tahun yang lalu, bangsa Indonesia yang diwakili oleh Soekarno-Hatta, resmi menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Seluruh rakyat Indonesia patut mengucapkan rasa syukur atas anugerah yang sudah dilalui hingga usia ke-76 ini. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir dan seluruh elemen Persyarikatan Muhammadiyah, menyampaikan selamat milad kemerdekaan Republik Indonesia.
Haedar mengungkapkan bahwa kemerdekaan merupakan rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta perjuangan seluruh rakyat Indonesia. “Proklamasi kemerdekaan sebenarnya bukan sekadar penyataan bebas dari penjajahan bangsa lain, tetapi juga mampu mewujudkan kehidupan bangsa dan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur,” katanya (15/8/2021).
Di peringatan 76 tahun merdeka saat ini, bangsa Indonesia dan seluruh bangsa di dunia sedang berada dalam musibah pandemi Covid-19. Telah banyak yang terpapar bahkan berujung kematian. “Karenanya, langkah yang tepat mengisi kemerdekaan adalah bersatu agar bangsa ini berdaya mengatasi dan memberi solusi terhadap derita kemanusiaan akibat pandemi ini,” ujar Haedar.
“Semangat persatuan harus menjadi tonggak pertama kita saat ini dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa dan menentukan perjalanan bangsa Indonesia ke depan. Alhamdulilah, secara umum kita telah bersatu dalam semangat Bhineka Tunggal Ika,” kata Haedar.
Muhammadiyah meminta masyarakat mewaspadai benih perpecahan antar komponen bangsa. Benih-benih itu sudah mulai bermunculan yang kebanyakan melalui kanal sosial media. Perbedaan orientasi politik dan benturan kepentingan adalah dua alasan yang sangat potensial menjadi pemicu perpecahan yang tidak diinginkan. Momentum 76 tahun merdeka dapat dijadikan sarana untuk membingkai ulang benang persatuan.
“Maka 76 tahun merdeka harus kita jadikan sebagai suasana memberi makna terhadap semangat persatuan Indonesia. Kita harus belajar dari sejarah. Negara yang besar berubah menjadi terpecah belah bahkan hilang namanya karena perpecahan,” ungkap Haedar.
Indonesia dengan segala keragaman yang dimilikinya serta tanah air yang begitu kaya, jika tidak dirawat dengan baik, akan menjadi negara yang isinya hanya konflik dan perpecahan. Haedar mengajak seluruh komponen bangsa agar mengeliminasi segala potensi yang dapat membuat perpecahan antar bangsa.
“Kita harus mengeliminasi setiap kebencian, intoleransi, dan segala macam virus yang membuat kita terbelah sebagai bangsa. Perbedaan politik dan kontestasi politik cukup selesai saat kita berkontestasi. Jangan berkepanjangan menjadi dendam politik yang hanya akan merusak semangat persatuan,” tutur Haedar.
Haedar juga berpesan kepada seluruh elite bangsa agar menjadi negarawan sejati dan teladan bangsa dalam bertutur kata dan bersikap. Saat mengambil kebijakan penting yang berpengaruh pada hajat hidup orang banyak, Haedar mengingatkan agar memperhitungkan kearifan sehingga menghindari perpecahan di berbagai sektor.
“Kami yakin, 76 tahun merdeka akan membuat kita semakin dewasa sebagai bangsa dan elite bangsa. Dalam konteks inilah, mari kita hayati nilai-nilai Pancasila, konstitusi, dan sejarah perjalanan bangsa yang membuat kita kokoh mampu menghadapi penjajah dan menjadikan Indonesia merdeka, karena kita bersatu,” ujarnya.
Haedar berharap supaya peringatan 76 tahun Indonesia ini menjadikan Indonesia semakin berkemajuan, tidak hanya mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya insani, tetapi juga potensi keragaman dalam bingkai persatuan dan persaudaraan. Sebab tidak ada negara yang maju di atas puing-puing perpecahan.
“Tidak ada satu pun bangsa yang maju di atas puing-puing perpecahan. Tidak ada bangsa yang maju di atas alam yang rusak. Tidak ada bangsa yang maju di atas sumber daya manusia yang lemah. Maka menjadi niscaya, kita harus melangkah ke depan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur,” tukas Haedar Nashir. (ppm/ribas)