Pentingnya Teknologi dan Kolaborasi dalam Membentuk Profesionalisme Guru

Pentingnya Teknologi dan Kolaborasi dalam Membentuk Profesionalisme Guru

Tony Loughland dari University of New South Wales, Australia saat mengkaji empat prinsip program pengembangan profesionalisme guru yang efektif.

MALANG, Suara Muhammadiyah – Event-event internasional terus digelorakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Satu di antaranya adalah agenda Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yakni International Conference on Education, Teacher Training, and Professional Development (ICE-TPD) pada Rabu (18/8) lalu. Kali ini, tema yang diusung adalah Global Inspiration of Teacher Professional Development. Mendukung tema tersebut, ada empat pembicara andal yang dihadirkan. Mereka adalah Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (UNESA), Assoc. Prof. Tony Loughland (University of New South Wales, Australia), Dr. Norhaida Aman (National Institute of Education, Singapore), serta Prof. Ana Mansilla Pérez (Universitas Murcia, Spanyol).

ICE-TPD ini diikuti oleh 658 lebih peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dosen dan praktisi pendidikan. Adapun antusiasme peserta menjadi capaian yang luar biasa mengingat ICE-TPD ini merupakan seminar internasional yang pertama diadakan oleh FKIP UMM.

Mengawali konferensi, Dekan FKIP UMM, Poncojari Wahyono menyatakan bahwa tujuan agenda ini adalah untuk menjadi wahana diskusi dan kolaborasi dalam mengembangkan profesionalisme guru. Sehingga para peneliti dapat membagikan pengalaman serta keilmuan yang telah dimiliki. Selain itu juga bisa menjadi tempat dalam merumuskan kebijakan pendidikan.

“Kami juga ingin agar konferensi ini dapat menyediakan diskusi-diskusi menarik yang membahas kerangka pengembangan pendidikan, isu-isu terbaru, tantangan, teori, serta praktik terbaik untuk meningkatkan kualitas guru. Saling bersinergi secara kolaboratif demi menyiapkan guru profesional,” tegasnya.

Sementara itu, dalam konteks pendidikan global, Noraida Aman menggarisbawahi pentingnya pemahaman guru tentang pengetahuan pedagogis. Utamanya dalam menciptakan pembelajaran di abad 21. Menurutnya, menjadi guru tidak hanya harus memahami materi yang perlu dipahami siswa. Melainkan harus tahu bagaimana menyampaikan materi tersebut. “Sehingga dalam pengembangan profesionalisme guru, pedagogical content knowledge menjadi hal yang sangat penting dan utama,” ungkapnya.

Menguatkan paparan Noraida, Muchlas Amani menjelaskan pentingnya teknologi dan kolaborasi dalam profesionalisme guru. Pendidikan harus memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan perkembangannya, karena saat ini keterampilan berbasis teknologi menjadi skill yang dibutuhkan.

“Kolaborasi penelitian tindakan kelas secara berkelanjutan atau C-NAR (Collaboration Nested Action Research) dalam menyiapkan guru di era digital sangatlah diperlukan,” terang Muchlas melanjutkan.

Lebih lanjut, secara khusus Ana Mansilla Perez mengkaji strategi-strategi pengembangan profesionalisme guru. Menurutnya, pengembangan aspek ini memiliki hubungan erat dengan praktik mengajar yang berbasis student-oriented. Dengan demikian, inovasi dan inspirasi adalah dua hal krusial untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Terakhir, Tony membahas lebih lanjut mengenai empat prinsip program pengembangan profesionalisme guru yang efektif. Mulai dari proses desain yang harus on site atau fokus pada masalah yang ada, kemudian juga fokus kepada siswa, serta usaha yang kolektif. “Di samping itu, perlu adanya koherensi tindakan berdasarkan teori yang dilaksanakan beserta implementasinya,” tegas ahli pembelajaran profesional guru tersebut.

Tidak berhenti sampai di situ, gelaran konferensi ini dilanjutkan dengan tiga sesi pararel yang mewadahi sembilan doktor baru yang dimiliki FKIP UMM. Tema-tema yang dihadirkan juga cukup menarik. Mulai dari Enhancing Bahasa Indonesia Teacher Professionalism in Responding to Globalization, Fostering Social and Personality Competence of Teachers, hingga Reinforcing Teacher Pedagogic Skill in Answering Global Challenges.

Adapun hasil penelitian yang diseminarkan pada ICE-TPD ini akan dimasukkan dalam prosiding ber-ISBN. Selanjuntnya naskah-naskah terpilih akan dipublikasi pada Jurnal Ilmiah Nasional yang terindeks SINTA. Menariknya lagi, naskah terbaik akan dipandu untuk submit di Jurnal Ilmiah yang terindeks Scopus. Hal ini menjadi motivasi bagi para peserta untuk memberikan sumbangsih terbaiknya di seminar internasional tersebut. (diko)

Exit mobile version