Oleh : Bagus Kastolani
Kita sering mendengar kisah para pahlawan-pahlawan Muslim yang dengan gagah beraninya berperang membela agama Allah SWT dan RasulNya. Kisah-kisah heroik melebihi kisah epic dari pahlawan Yunani dan lain sebagainya. Namun dibalik kisah keberanian para sahabat dan tabi’in ini disertai dengan kebijakan moral dan kelembutan kepada sesama manusia. Dikisahkan ketika Imam Al Ghazali ditanya oleh seorang muridnya, apa yang membuat para pejuang Muslim itu berani menghadapi kematian? Maka sang guru Alim tersebut menjawabnya hanya satu resepnya, yaitu takut kepada Allah SWT dan rindu kepada Rasulullah SAW. Jika hati kita tertanam semangat resep keberanian ini maka tak ada satu pun yang dapat menghentikan langkah kita. Inilah yang disebut oleh Paloutzian dan Park (2005) sebagai motivasi transcendence, yaitu motivasi yang menggerakkan perilaku kita karena mengharapkan cinta dan kasih sayang dari faktor “X” sebagai sumber kekuatan terbesar (the highest power).
Kembali sang murid bertanya kepada Imam Al Ghazali, mengapa musuh-musuh Allah SWT ketakutan menghadapi pejuang Muslim? Sang guru menjawab bahwa di dalam jiwa musuh-musuh Allah SWT tertanam kecintaan terhadap dunia dan takut dengan kematian. Allah SWT yang menanamkan jiwa ini sehingga berapa pun banyaknya jumlah mereka, pastilah mereka gentar menghadapi pejuang Muslim yang mempunyai resep keberanian itu.
Saudaraku fillah, saat ini resep keberanian ini kita butuhkan terutama untuk mengajak kepada hal yang baik dan memerangi kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). Berjuang di jalan Allah SWT dengan resep keberanian ini dengan segala cara yang kita punyai. Jika kita mempunyai jabatan atau kekuasaan maka dengannya kita tegakkan amar ma’ruf nahi munkar berbekal resep keberanian. Kita mempunyai ilmu maka beranilah menyuarakan keadilan dan kebenaran dengan resep ini. Kita mempunyai harta maka berjuanglah di jalan Allah SWT dengan resep keberanian ini. Janganlah takut karena semua yang kita sandang ini adalah titipan Illahi Rabbi. Dan pastilah jika lebih mencintai dunia dan takut terhadap kematian (perjumpaan dengan Allah SWT) maka artinya kita akan menjadi orang yang penakut. Lebih baik takut kepada Allah SWT karena nilai ketakutan ini justru menggelorakan semangat keberanian untuk kebenaran. Inilah resep keberanian karena ketakutan kepada Allah SWT, karena orang takut akan taat.
Huwallahu a’lam bi showab.
Penulis Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya
Sumber : Majalah SM Edisi 11 Tahun 2021