Diono merupakan driver (supir) mobil ambulan di RS PKU Muhammadiyah Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah. Mengantar dan menjemput pasien jadi rutinitas kesehariannya.
Lama bekerja di rumah sakit milik Persyarikatan tersebut, serta keaktifannya dalam ber-Muhammadiyah, menggugahnya untuk berbuat sesuatu dilingkungan rumahnya di desa Menganti, kecamatan Sruweng.
Hal itu muncul, mana kala Diono sebagai karyawan PKU Sruweng tahu bahwa rumah sakit Muhammadiyah ini mengelola dana lazismu yang cukup besar dan selalu disalurkan tiap bulannya. “Suatau hari saya ingin mengaksses dana tersebut untuk membantu warga di desa saya, tapi karena belum berdiri Ranting, maka pihak PKU kemudian menyarankan untuk mendirikan terlebih dahulu sebuah Ranting,” tutur Diono. Sejak itulah Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Menganti berdiri, tepatnya lima tahun yang lalu.
“Tidak mudah saya cari orang yang mau untuk mendirikan Ranting Muhammadiyah di sini. Sebagian besar menolak,” imbuh Diono.
Begitu Ranting berdiri, maka kemudian RS PKU Muhammadiyah Sruweng menyalurkan dana lazisnya ke PRM Menganti. “Waktu itu kami mendapat sekitar 20 juta rupiah,” ucap Diono yang juga Ketua PRM Menganti ini.
Anehnya, Diono menceritakan, dana lazis yang hendak Ranting bagikan kepada warga yang membutuhkan, justru ditolak mentah-mentah oleh mayoritas penduduk setempat. Alasannya, mereka takut menjadi bagian dari Muhammadiyah. Tidak mau menjadi anggota apalagi kader Persyarikatan. Tidak mau “pindah agama” ke Muhammadiyah. “Waktu itu saya sampai bingung, diberi bantuan tanpa syarat apapun, tapi justru warga menolak,” cerita Diono saat dihubungi Suara Muhammadiyah.
Bisa jadi masyarakat menolak karena memandang gerak dan amal Muhammadiyah layaknya sebuah gerakan misionaris atau kristenisasi. Begitu mereka menerima bantuan, maka sudah menjadi keharusan penerima untuk mengikuti ideolgi organisasi yang sudah membantu mereka.
Bukankah melalui Azaz PKO, Muhammadiyah sudah menegaskan dirinya, bahwa bekerja dan menolong kesengsaraan umum sekali-kali tidak memandang siapa yang akan ditolong, tidaj pula dalam rangka untuk mengislamkan apalagi untuk memuhammadiyahkan. Tapi semua itu dilakukan Muhammadiyah semata-mata atas nilai kemanusiaan universal.
Setelah ke sana-ke mari ditolak, akhirnya PRM memutuskan untuk memberikan dana lazisnya kepada anak yatim piatu dan duafa, untuk membantu dan memudahkan mereka memperoleh pendidikan. Dari situ, dakwah PRM Menganti mulai diterima oleh masyarakat luas hingga saat ini.
Untuk terus memberi, kini PRM Menganti tidak lagi mengandalkan dana lazis PKU Sruweng, tapi Ranting sudah mengelola lazismu sendiri. yaitu dengan menyebar kotak-kotak infak kepada warga. Warga Menganti pun kini mulai sadar zakat, infak, dan sedekah, sebab dari praktik lazismu PRM Menganti, ternyata sedikit demi sedikit mendekatkan desa kepada kesejahteraan.
Termasuk sekarang PRM Menganti sedang proses pembanguna Rumah Santunan Qaulan Tsaqiilaa. “Semoga bisa cepat rampung,” tutup Diono. (gsh).