YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pada tahun 2020, telah dirilis 100 situs Islam Indonesia terpopuler yang paling banyak dikunjungi oleh netizen. Dari 100 situs tersebut, hanya sedikit situs keislaman yang berafiliasi, baik secara struktural maupun kultural, dengan Muhammadiyah. Situs yang berafiliasi dengan Muhammadiyah kalah dari situs-situs keislaman yang dikelola oleh warga NU dan juga, meminjam istilah Savic Ali, oleh situs Islam konservatif dan Islam politik.
Memiliki jargon Islam Berkemajuan, ketertinggalan yang dialami Muhammadiyah dalam dakwah digital ini sebenarnya tampak ironis. Jargon Islam berkemajuan dan klaim sebagai organisasi Islam modern terbesar idealnya menjadi spirit dalam memenuhi ruang-ruang digital dengan faham keagamaan yang khas Muhammadiyah. Karenanya menyadari ketertinggalan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir telah mendorong semua elemen Muhammadiyah yang concern dengan hal tersebut untuk terus bekerja keras mengepakkan sayap dakwahnya di dunia digital.
Berangkat dari kenyataan tersebut, salah satu Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan mencoba berkontribusi dengan mengadakan pelatihan penulisan artikel populer bagi calon-calon ulama tarjih yang dididik secara formal di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah. Tim yang diketuai oleh Niki Alma Febriana Fauzi (Dosen Ilmu Hadis FAI UAD) ini beranggotakan Muhammad Hasnan Nahar (Dosen Ilmu Hadis FAI UAD) dan dua mahasiswa prodi Ilmu Hadis FAI UAD, yaitu Lu’atul Nadlifah dan Faris Abdurrasyid. Tim Pengabdian Masyarakat ini meyakini bahwa salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Muhammadiyah dalam dunia dakwah digital adalah dengan memberikan bekal kepada para calon ulama tarjih soft skill menulis artikel populer.
Pada hari Jumat 3 September 2021 yang lalu telah diadakan pelatihan tahap pertama, yang berisi dua sesi. Dalam sesi pertama, yang berlangsung pagi hari, ketua tim Niki Alma memberikan pemaparan tentang new media (media baru) dan tantangan serta peluangnya bagi calon ulama tarjih. Menurut pria yang juga menjadi Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah ini, mahasiswa PUTM harus mengetahui peta dakwah yang hari ini jauh lebih kompleks dengan hadirnya media-media baru sebagai ekses dari hadirnya internet. Selain itu, menurutnya, mahasiswa PUTM juga harus menyadari bahwa menyebarkan gagasan dan dakwah tidak melulu harus di mimbar-mimbar. Namun yang tidak kalah pentingnya juga adalah dakwah melalui media dengan tulisan.
Setelah sesi pertama usai, sesi kedua dimulai bakda salat Jumat. Muhammad Hasnan Nahar yang menjadi narasumber kedua memberikan materi tentang bagaimana menjadi jurnalis. Menurutnya, jurnalis jangan hanya dipahami secara sempit sebagai sebuah profesi. Tapi juga harus dilihat dalam maknanya yang umum. Menurut putra almarhum Buya Yunahar Ilyas ini, jurnalis dalam maknanya yang lebih luas adalah tanggung jawab menyajikan fakta dan data kepada khalayak secara tepat dan benar.
Setelah pengabdian tahap pertama ini, direncanakan akan ada pengabdian tahap kedua. Pada tahap kedua, tim pengabdian akan memberikan pelatihan tentang bagaimana tips dan trik menulis di media. (Tim Pengabdian FAI UAD)