Oleh: Hendra Apriyadi, M.Pd
“(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis). (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq)
Surat Al ‘Alaq di atas menegaskan bahwa betapa pentingnya literasi. Literasi merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dari hasil berpikir, berbicara, membaca, dan menulisIndikator keberhasilan literasi yang disurvei meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Gerakan Literasi Pesantren (GLP) yang di adobsi dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Literasi memiliki manfaat yang dapat diimplementasikan individu dalam berbagai keperluan, kegiatan, atau urusan. Tiga manfaat literasi, yaitu landasan pengambilan keputusan, meningkatkan daya saing, dan mengembangkan ilmu pengetahuan (Adam, 2009).
Islam pernah berjaya selama 500 tahun (abad ke-8 s/d ke-13) karena menempatkan literasi pada poros utama pembangunan. Bahkan, Nabi Muhammad Saw. pun akan membebaskan tawanan Perang Badar apabila mereka dapat mengajarkan literasi kepada umat Islam. Nabi menganggap literasi adalah modal awal untuk kebangkitan Islam.
Konsep Gerakan Literasi Santri
Konsep Gerakan Literasi santri diarahkan untuk mengikuti perkembangan peradaban yang sedang terjadi secara faktual. Oleh karena itu, dalam mengembangkan budaya literasi pada pesantren perlu menyiapkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang mengarah pada literasi.
Budaya literasi pada pesantren dapat dibangun melalui beberapa hal-hal berikut, yaitu (1) mengarahkan aktivitas santri yang berbasis literasi; (2) memilih dan menyiapkan bahan pembelajaran yang berbasis literasi; (3) memeriksa hasil kerja literasi santri; (4) mengarahkan sistem berkomunikasi keilmuan yang berbasis literasi; dan (5) mengintegrasikan program literasi, kurikulum nasional, dan visi misi pesantren.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan budaya literasi pada pesantren ada 2, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung .Literasi sangat penting bagi santri karena keterampilan literasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar dan kehidupannya. Literasi yang baik dapat membantu santri dalam memahami bahasa lisan maupun tulisan. Selain itu, literasi juga dapat mengasah berpikir kritis santri. Oleh karena itu, tingkat literasi santri akan menentukan posisinya di masa yang akan datang.
Literasi dan Muhammadiyah
Pada Majalah Suara Muhammadiyah edisi 7 tahun 2020 , Bahwa juru bicara resmi Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, adalah majalah Islam tertua di Indonesia yang masih terbit hingga kini, adalah sesuatu yang sudah umum diketahui. Sejak zaman kolonial Hindia Belanda, majalah ini telah menyediakan berbagai informasi mengenai pertumbuhan persyarikatan, perkembangan Islam di Nusantara, hingga komentar mengenai soal-soal sosial-politik di Indonesia dan dunia.
Di zaman kolonial, ketika bahan bacaan masih sangat terbatas dan hanya beberapa persen saja masyarakat pribumi yang bisa membaca di Hindia Belanda, Suara Muhammadiyah adalah sumber pengetahuan penting bagi masyarakat Muslim khususnya di Jawa pada dekade 1920an dan 1930an. Pembangunan literasi bagi kalangan bumiputera salah satunya ditopang oleh kehadiran Suara Muhammadiyah.
Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa Muhammadiyah hanya menyediakan Suara Muhammadiyah saja sebagai sumber informasi dan inspirasi bagi warga Muhammadiyah. Ada kerja literasi lain yang juga dilakukan persyarikatan di era kebangkitan nasional sekitar seabad yang lalu. Dan kerja literasi itu adalah dengan menyediakan sumber pengetahuan yang lebih dalam dengan tema beragam dalam bentuk buku.
Kreasi produk-produk tersebut mendorong lahirnya generasi pemikir Muslim yang tidak lagi hanya menyampaikan buah pikirannya dalam forum lisan, tapi juga dalam bentuk tulisan, yang bisa dipastikan dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Salah satu akar kelahiran intelektual-penulis Islam di Indonesia yang menggunakan percetakan sebagai media penyebaran gagasannya bisa dilacak hingga masa pendirian Taman Pustaka ini.
Peran Perspustakaan di Pondok Pesantren Muhammadiyah itu Penting
Salah satu pendukung Gerakan Literasi Santri di pondok pesantren Muhammadiyah adalah perpustakaan. Pondok pesantren Muhammadiyah harus memiliki pesantren dalam hal ini untuk menikatan pengetahuan dalam hal membaca berbabagi macam sumber ilmu pengetahuan . perpustakaan Muhammadiyah yang disebut terakhir ini merupakan sumber penting baik bagi para pemikir Muhammadiyah sendiri maupun bagi para peneliti yang fokus pada kiprah Muhammadiyah.
Perpustakaan pesantren memiliki kontribusi yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas santri dalam proses belajar serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Melalui perpustakaan ini, santri dapat mendidik diri sendiri secara berkesinambungan dan dibelajarkan untuk menggali ilmu pengetahuan secara mandiri. Tugas lembaga pendidikan adalah memberikan kepada peserta didik keterampilan belajar tentang cara ia bisa belajar dan dapat membaca dengan baik.
Peran perpustakaan pesantren dalam meningkatkan budaya literasi sangat besar. Santri dapat melatih dirinya sendiri dengan memanfaatkan waktu luang ataupun pada saat istirahat. Santri juga dapat mendorong dan memotivasi dirinya untuk mencintai buku Santri dapat belajar mandiri. Artinya, tanpa ada guru siswa bisa belajar sendiri dengan membaca buku di perpustakaan karena perpustakaan merupakan media pedagogis untuk meningkatkan kemampuan membaca. Sebab itulah, upaya membudayakan pesantren menjadi lingkungan yang berbasis literasi dapat di lakukan dengan memaksimalkan peran perpustakaan pesantren.