Jangan Sampai Termangu

Ikhlas

Foto Dok Ilustrasi

Oleh: Alfian Dj

“Termangu di Tikungan Peradaban, Bingung Mau Melangkah Kemana” ~Buya Syafii Maarif

Islam mengajari kita untuk terus melakukan perubahan, bergerak dan berbuat kebajikan tanpa kenal lelah, sebagai manusia kita tak boleh kalah dan lelah apa lagi berputus asa, masa terus berputar mengitari edarnya, manusia sebagai makhluk mulia yang dihadirkan Allah ke muka bumi  harus terus menjalankan perannya semaksimal mungkin.

Akal harus diasah, ilmu harus diluaskan serta budi juga harus dilembutkan, zaman tidaklah mau menunggu kita para manusia yang menyerah pada keadaan, yang hanya bisa mengutuk dan mengumpat dalam kegelapan, keberanian saja tidak cukup untuk mengubah keadaan, ilmu akal serta keluwesan juga mutlak diperlukan.

Semangat Muhammadiyah sebagai gerakan islam berkemajuan yang menebar nilai-nilai ajaran Islam yang  menggembirakan harus terus didukung, dukungan itu harus terus ada baik dari kalangan internal Muhammadiyah sendiri  maupun eksternal Muhammadiyah.

Setiap anggota Muhammadiyah dituntut untuk dapat membaca zaman dan peka terhadap berbagai perubahan yang terjadi di dalamnya. Kiai Ahmad Dahlan pernah menyampaikan, “Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhamnmadiyah pada masa mendatang,  karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan dan tekhnologi dimana dan kemana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah Master, Insiyur, dan (profesional ) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”

Apa yang dipesankan Kiai Dahlan jelas menuntut pada kita semua untuk terus memperkaya diri dengan berbagai keahlian yang bisa didarma baktikan pada seluruh alam. Anggota Muhammadiyah tidak boleh menjadi orang yang mudah sedih, kecewa, bingung, apalagi mutungan bahkan hilang akal sehatnya.

Buya Syafi juga tak henti-hentinya di setiap  kesempatan terus memberikan pencerahan pada semua. Dalam satu kesempatan, Buya menyampaikan jangan sampai kita menjadi orang yang, “Termangu di tikungan peradaban, bingung mau melangkah kemana”

Apa yang disampaikan Buya menjadi pesan sekaligus sindiran  yang harus terus kita ingat, dari kalimat singkat tersebut, Buya ingin menyampaikan pada kita semua bahwa sebagai manusia kita tidak boleh papa dalam ilmu, karena kepapaan dalam ilmu akan menjadikan kita tertinggal dan termangu-mangu serta tergagap-gagap dalam mengikuti dan menatap perubahan zaman.

Termangu di persimpangan hingga bingung mau melangkah kemana  merupakan kalimat kiasan yang sangat tepat untuk mengambarkan keadaan yang dialami ummat Islam saat ini, termangu menurut Buya adalah orang yang bingung, kecewa serta hilangan akal sehatnya untuk menyikapi keadaan.

Termangu dan gagap pada  perubahan zaman adalah awal dari ketertinggalan kita semua, para pendiri bangsa, pendiri Muhammadiyah telah meninggalkan kita warisan yang luar biasa pada kita semua, sudah selayaknya kita harus merawat dan menjaga warisan tersebut bahkan melipat gandakan potensi warisan  agar dapat kita wariskan kembali pada anak cucu kita kelak. Warisan mau memperkaya wawasan,  luas dan luwes dalam bertindak akan terus dibutuhkan kapanpun dan dimanapun bahkan untuk siapapun.

Sekarang semua kembali berpulang pada kita, setiap kita mempunyai peran yang sama untuk merawat kemanusiaan, bangsa, dan juga Muhammadiyah semoga kelak kita tidak tergolong orang yang termangu di simpang peradaban hingga bingung hendak kemana kaki ini dilangkahkan. Wallahu a’lam

Exit mobile version