Oleh: Muh Akmal Ahsan (Ketua Umum DPD IMM DIY)
Saban hari diskursus tentang ideologi IMM menjadi percakapan, di ruang rapat, mimbar dialog, sambutan-sambutan, hingga dalam perbincangan meja kopi. Dari perundingan yang panas dan sarat perdebatan, hingga pada perbincangan paling sumbang, dari Darul Arqam Dasar sampai Darul Arqam Purna. Dari spanduk-sanduk, hingga kini menjelma kreasi video di media maya. Ideologi ini dibawa dari Jomlo hingga menikah, barangkali bahkan hingga wafat. Tapi apakah ideologi itu relevan?, apakah ia layak untuk kita rapalkan?, apa ideologi berguna?.
Agaknya, masih lebih banyak diantara kita yang merapalkan ideologi sebagai syarat-syarat formal, slogan-slogan, dan dogma singkat demi membenarkan kegiatan. Dalam bentuk paling busuk, ideologi IMM dipakai sebagai cap untuk membenarkan langkah-langkah politik demi berkuasa di dalam organisasi. Realita itu adalah dasar paling kuat untuk membicarakan ideologi IMM secara terus-menerus. Dalam bahasa paling umum yang sering penulis katakan, kita perlu penafsiran intens dalam bentuk “pengilmuan”.
Hakikat Ideologi
Berjibun ahli telah menafsirkan makna ideologi. Diantara mereka ada yang memaknai ideologi dalam pandangan optimis, sebagian yang lain melihat sinis. Max Weber mendefinisikan ideologi sebagai sistem nilai yang membimbing perilaku (rasionalitas perilaku berorientasi nilai). Gertz menilai ideologi sebagai kerangka konseptual demi menyederhanakan kompleksitas kehidupan.
Sementara dalam pandangan sinis, dalam buku German Ideology, Marx mendefinisikan ideologi sebagai: The Ideas of the rulling class are, in every age, the rulling ideas: i.e. the class, which is the dominant material force in society, is the same time the dominant intellectual force.
Marx memandang ideologi sebagai satu bentuk pemikiran yang memiliki keterkaitan erat dengan kekuasaan yang dipusatkan pada negara atau masyarakat politik dimana ia digunakan sebagai kerangka pengetahuan oleh kelompok kuat untuk menekan kelompok lemah. Louis Althusser melihat ideologi sebagai sebuah keyakinan yang berupaya menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi di dalamnya. Maknanya, ideologi sering dipakai untuk menyembunyikan kebenaran.
Sebuah hal dapat dikatakan sebagai ideologi bilamana didalamnya memuat: 1) sistem keyakinan yang dapat memberi jawaban atas masalah kehidupan, 2) memiliki ciri khas pemikiran yang kemudian membedakannya dengan cara pandang yang lain, 3) ideologi tidak saja sebagai sebuah pemikiran teoritis, 4) ideologi menjadi metode berpikir dalam menafsirkan realitas, 5) menjadi inspirasi pemaknaan pada tiap tindakan, 6) menjadi norma dalam tiap perilaku individu, 7) memberi spiriti dalam perjuangan meraih sesuatu.
Sampai pada titik ini dapat bisa dipahami bahwa sebuah ideologi hakikatnya bukan sebuah rapalan yang berhenti di otak belaka, tetapi bukan juga panduan teknis dalam hidup praktis individu. Ideologi adalah sistem keyakinan komprehensif dan radikal, ia pegangan hidup yang mampu membimbing kita untuk hidup sekaligus memberi pemaknaan atas hidup itu sendiri.
Matinya Ideologi IMM
Kita tidak bisa menghidupkan ideologi IMM sampai kita mampu mengurai kemungkinan ia bisa mati. Uraian ini membuka catatan kemungkinan ideologi IMM bisa mati, baik mati dalam makna tak lagi menjadi rapalan dan bahasan atau juga mati dalam arti buntu fungsinya.
Pertama, peluang matinya ideologi IMM adalah sebab ia dimaknai sebagai sebuah paradigma tertutup dimana kedudukannya ditempatkan sebagai keyakinan yang tidak lagi dapat disangsikan juga dipersoalkan. Pada titik paling drastis, ia dijadikan sebagai cap “pembenaran” belaka atas segala laku tindakan individu. Terlebih bila ia ditempatkan sebagai sebuah dogma yang berhenti.
Dalam dimensi praktis, golongan ini menjadikan ideologi sebagai apologi. Kerapkali pandangan demikian dipakai untuk memberi stempel individu lain sebagai “tidak ideologis” sambil sesumbar didalam hatinya merasa paling ideologis.
Kedua, keberadaan ideologi dan segala rapalan individu tidak mampu memberi inspirasi bagi pemecahan masalah. Ia tidak memiliki nilai kegunaan (use values) yang memberi jawaban atas realitas yang dihadapi, baik sebagai seorang individu, maupun sebagai suatu komunitas organisasi. Pada titik ini, ideologi IMM akan mati atas ketidakberdayaannya menghadapi masalah individu dan organisasi.
Ketiga, ideologi IMM tidak memberi makna mendalam mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan. Artinya, semua laku tindakan individu didasarkan pada perilaku praktis belaka dan ideologi ditempatkan secara terpisah dari dimensi tindakan individu. Keempat, ideologi IMM tidak sanggup menjadi dasar dan fundamen moral dalam aktivitas individu. Setumpuk poin-poin ideologi IMM tak merasuk dalam jiwa, apalagi mereka dalam sikap dan perilaku yang anggun.
Menghidupkan Ideologi IMM
Tugas utama untuk agenda ini adalah meradikalisasi kembali ideologi IMM. Radikalisasi di tingkat penghayatan, pemahaman dan tindakan. Pertama, ditingkat penghayatan, individu kader IMM harus sedapat mungkin menjiwai ideologi tersebut tanpa menyimpannya sebagai sebuah renungan yang kosong. Kedua, ditingkat pemahaman, diskursus tentang ideologi IMM harus terus dirundingkan demi membuat tafsiran baru. Lebih dari itu, ideologi yang dianut tersebut diharapkan mampu digunakan sebagai metode berpikir dalam memandang realitas. Ketiga, di tingkat tindakan/perilaku, ideologi IMM sedapat mungkin harus dimaterialisasikan dalam wujud tindakan individu maupun organisasi. Kesadaran atas ideologi tersebut seharusnya merekah dalam tindakan dalam kehidupan teknnis-praktis.