TEGAL, Suara Muhammadiyah – Ahad malam, 12 September 2021, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pimpinan Komisariat Siti Hajar Politeknik Muhammadiyah Kota Tegal (IMM PK. Siti Hajar) mengadakan agenda kajian keilmuan. Kajian kali ini bertemakan “Al-Aqlu As-Saliim” Sebagai Dasar Pergerakan: Internalisasi Ideologi Muhammadiyah sebagai Worldview dari Pikiran Sampai Pergerakan. Acara tersebut dipandu oleh Immawan Havizh Rizqi Prasetya yang menjabat sebagai Ketua Bidang Perkaderan serta dibuka oleh Ketua Umum PK. Siti Hajar, Immawan Yanuar Abdul Rozak. Narasumber dalam kajian teras ilmu ini ialah Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag kader muda Muhammadiyah dan sekaligus menjadi pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal.
Agenda kajian teras ilmu ini berbasis virtual dengan platform Google-meeting. Meskipun virtual namun kedalaman materi yang disampaikan oleh narasumber sangat berisi dan mengena. Pembahasan yang dibahas oleh Ustadz Alvin sangatlah urgent. Ia menjelaskan pentingnya ‘aql saliim yang sangat mempengarui pola pergerakan seorang kader. Menurutnya, akal yang sehat akan membentuk gugusan pikiran yang mampu dijadikan pijakan dalam pergerakan.
Ia juga menjelaskan secara rinci yang dimaksudkan ‘aql saliim’ yaitu pikiran-pikiran yang lurus bagi para kader Muhammadiyah yang berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah (sebagai sumber primer) serta mengikuti ijtihad para ulama yang mempunyai otoritas ilmu. Dari sumber primer inilah tercipta pikiran-pikiran yang jernih para pendiri Muhammadiyah yang tertuang dalam 12 Langkah Muhammadiyah 1938, AD/ART Muhammadiyah 1946, Kepribadian Muhammadiyah 1962, Matan Keyakinan Serta Cita-Cita Hidup Muhammdiyah 1969, Khittah Muhammadiyah 1956, 1971, 1978, dan 2002, Al-Masail Al-Khomsah 1954/1955, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) 2000 (Haidar Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah, Yogyakarta: 2017, 22-67) dan masih banyak lagi. Dari buah pikiran-pikiran yang lurus inilah tersusun menjadi gugusan Ideologi sekaligus satu paket menjadi suatu pandangan hidup atau worldview bagi para kader persyarikatan Muhammadiyah.
Selanjutnya, narasumber menjelaskan pengertian Worldview Muhammadiyah, dengan bersandar kepada catatan Prof. Haidar Nashir yang tertulis dalam bukunya “Memahami Ideologi Muhammadiyah”, Alvin menjelaskan bahwa Worldview Muhammadiyah adalah cara pandang para kader Muhammadiyah terhadap dunia yang terbentuk dari keyakinan (aqidah), alam pikiran (‘aql), kepribadian (syakhsiyah), pola tingkah laku (akhlaq), yang kemudian menjadi sistem kehidupan (Minhaj al-Hayah) yang berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Pandangan ini kemudian mencakup berbagai ranah yaitu aqidah, ibadah, akhlaq dan mua’malah Dunyawiyah yang terkandung di dalamnya 3 unsur pokok yaitu: paham Islam (sesuai dengan Muhammadiyah), hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan misi, fungsi, serta strategi perjuangan Muhammadiyah (Haidar Nashir: 2017, 33 & 59). Lebih dalam lagi, dari keseluruhan sumber-sumber Ideologi Muhammadiyah yang sekaligus menjadi Worldview atau cara pandang kepada dunia tersimpul beberapa kesimpulan yang diringkas oleh Prof. Haidar dalam bukunya Memahami Ideologi Muhammadiyah. Hal ini kemudian menjadi delapan simpulan pengukuhan Muhammadiyah sebagai Ideologi pergerakan yang bersifat reformis-modernis Islam berkemajuan (bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Islam sebenar-benarnya) yang terkandung didalamnya Khittah Perjuangan serta bersifat Transnasional (Keindonesiaan) dan bergerak dengan sistem organisasi.
Di akhir pemaparannya, Alvin Qodri Lazuardy berpesan, “Marikah kita sama-sama meninternalisasi ke dalam diri ideologi Muhammadiyah ini, dikala masifnya infiltrasi ideologi tidak sesuai dengan nilai-nilai kemuhammadiyahan kemudian menyusup ke dalam pikiran para kader, bahkan sampai pada terpesona kepadanya, maka internalisasi ideologi Muhammadiyah yang sekaligus menjadi Worldview adalah salah satu solusinya”. (IMM PK. Siti Hajar Politeknik Muhammadiyah Kota Tegal)