Mozaik Sejarah Dalam Al-Qur’an (2)

Oleh : Muhammad Chirzin

Sejarah menguraikan tentang peristiwa yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Di antaranya tentang kehidupan umat dan bangsa-bangsa terdahulu, kepahlawanan, perang, penaklukan, dan sebagainya. Al-Quran mengungkapkan tentang pengembaraan Nabi Musa as, Zulkarnain, Thalut, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Muhammad saw, dan lain-lain.

Kisah pengembaraan Nabi Musa as diungkap Al-Quran sebagai berikut.

﴿ وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا ٦٠ فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا ٦١ فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا ٦٢ قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا ٦٣

Ingatlah ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti sebelum mencapai tempat pertemuan dua lautan, atau aku akan berjalan terus selama bertahun-tahun.” Setelah mereka mencapai tempat pertemuan dua lautan itu, mereka lupa ikan yang mereka bawa, yang lalu meluncur ke dalam laut seperti dalam sebuah terowongan. Setelah keduanya berjalan lebih jauh, Musa berkata kepada pembantunya, “Bawalah kemari sarapan kita; sungguh kita telah letih karena perjalanan kita ini.” Dia menjawab, “Kau lihatkah apa yang terjadi ketika kita mencari perlindungan di batu? Aku sungguh lupa menceritakan tentang ikan itu dan tak ada yang membuat aku lupa mengatakannya kepadamu kecuali setan, lalu ikan itu mengambil jalannya ke laut sangat menakjubkan sekali.” (QS 18:60-63)

Narasi Al-Quran lebih lanjut adalah sebagai berikut.

Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Mereka pun kembali mengikuti jejak mereka semula. Mereka bertemu dengan seorang dari hamba Kami, yang Kami beri rahmat dari Kami Sendiri dan Kami beri ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian kebenaran yang lebih tinggi yang telah diajarkan kepadamu?” Orang itu berkata, “Sungguh engkau tidak akan sabar bersama aku. Bagaimana kau akan sabar mengenai sesuatu yang pengetahuanmu tentang itu belum cukup?” Musa berkata, “Insya Allah akan kau dapati aku sabar, dan aku tidak akan melanggar perintahmu.” Orang itu berkata, “Kalau engkau mengikuti aku, maka janganlah menanyakan kepadaku sebelum aku yang mengatakan itu kepadamu.” Maka mereka pun meneruskan perjalanan, hingga ketika mereka sudah berada dalam perahu, ia melubanginya. Musa bertanya, “Engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh aneh apa yang kaulakukan.” Dia menjawab, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu engkau tidak dapat sabar dengan aku?” Musa berkata, “Jangan salahkan aku karena lupa, dan janganlah buat aku menderita karena kesulitan dalam urusanku.” Maka mereka pun meneruskan perjalanan; hingga ketika keduanya bertemu dengan seorang anak muda, dia membunuhnya. Musa berkata, “Engkau membunuh orang yang tak bersalah, yang tidak membunuh orang? Sungguh engkau telah melakukan suatu perbuatan mungkar.” Dia berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?” Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan biarkan aku menyertaimu lagi. Alasanmu sudah cukup mengenai dariku.” Mereka pun meneruskan perjalanan; hingga ketika keduanya sampai pada penduduk suatu kota, mereka meminta makanan kepada penduduknya, tetapi penduduk menolak menjamu mereka. Di situ mereka melihat dinding rumah yang hampir roboh, lalu dia menegakkannya kembali. Musa berkata, “Jika kau mau, tentu untuk itu kau dapat meminta imbalan.” Dia menjawab, “Inilah perpisahanku dengan kau. Kini akan kuberitahukan kepadamu arti segala ini yang engkau tidak sabar menahan diri.” Adapun tentang perahu, itu milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Aku membuatnya cacat, karena di kalangan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. Adapun anak muda itu, kedua orang tuanya mukmin. Kami khawatir dia akan memaksa keduanya ke dalam kesesatan dan kekafiran. Maka kami ingin Tuhan memberi ganti buat mereka anak yang berkelakuan lebih bersih dan lebih besar kasih sayangnya. Adapun dinding rumah itu milik dua anak yatim di kota. Di bawahnya ada harta terpendam yang menjadi hak mereka; ayahnya orang yang saleh. Tuhanmu menghendaki mereka mencapai umur dewasa dan mengeluarkan harta mereka sebagai karunia dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya atas kemauanku. Itulah arti yang tak dapat kau bersabar melihatnya.” (QS 18:64-82)

Kisah Zulkarnain diungkap Al-Quran pada bagian berikutnya.

﴿ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنْ ذِى الْقَرْنَيْنِۗ قُلْ سَاَتْلُوْا عَلَيْكُمْ مِّنْهُ ذِكْرًا ۗ ٨٣ اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَيْنٰهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا ۙ ٨٤ فَاَتْبَعَ سَبَبًا ٨٥ حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا ٨٦ قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا ٨٧ وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ ٨٨

Mereka bertanya kepadamu tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Akan kuceritakan kepadamu tentang dia.” Sungguh, Kami telah mengukuhkan kekuasaannya di bumi, dan Kami berikan kemampuan kepadanya untuk mencapai segala sesuatu. Maka dia pun menempuh suatu jalan. Sehingga, ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dilihatnya terbenam di dalam laut berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum. Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain, kau boleh menghukum atau memperlakukan mereka dengan baik.” Dia berkata, “Siapa yang berlaku zalim, akan kami hukum, lalu dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Dia akan mengazabnya dengan hukuman yang keras. Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dia mendapat pahala terbaik sebagai balasan, dan akan Kami sampaikan kepadanya perintah yang mudah.” (QS 18:83-88)

Ayat-ayat selanjutnya tentang Zulkarnain adalah sebagai berikut (QS 18:89-98).

Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari didapatinya matahari bersinar di atas suatu kaum yang tidak terlindung dari cahaya matahari itu. Demikianlah, sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya.  Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain, sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar kaubuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” Zulkarnain berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik daripada imbalanmu, maka bantulah aku dengan kekuatan, agar dapat kubuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.” Ketika potongan besi itu telah terpasang sama rata dengan kedua puncak gunung itu, Zulkarnain berkata, “Tiuplah api itu!” Ketika besi itu sudah menjadi merah seperti api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga mendidih agar kutuangkan ke atasnya.” Maka Yakjuj dan Makjuj tidak dapat mendakinya dan tidak dapat pula melubanginya. Zulkarnain berkata, “Dinding ini adalah karunia dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.”

Kisah Thalut tertera dalam Al-Quran sebagai berikut.

Ketika Thalut membawa bala tentaranya, dia berkata, “Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Siapa yang meminum airnya, dia bukanlah pengikutku, dan siapa yang tidak meminumnya, dia adalah pengikutku, kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Tetapi mereka meminumnya, kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika Thalut dan orang-orang yang beriman bersamanya telah menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang yakin akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. Ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Dawud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberi Dawud kerajaan dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia atas seluruh alam. Itulah ayat-ayat Allah; Kami bacakan kepadamu dengan benar dan engkau adalah benar-benar seorang rasul. (QS 2:249-252)

Allah swt menjadikan Nabi Daud as sebagai khalifah, pemimpin umat, pada masanya.

Telah sampaikah kepadamu berita orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab? Mereka masuk menemui Daud. Dia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut, kami berdua sedang berselisih, di antara kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah kambingmu itu kepadaku, dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.” Daud berkata, “Sungguh, dia telah berlaku zalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan pada kambingnya. Memang, banyak di antara orang-orang yang bersekutu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Daud menduga Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat. Kami mengampuni kesalahannya itu. Sungguh, dia mempunyai kedudukan yang dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik. Allah berfirman, “Wahai Daud, sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah ikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh,orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena melupakan hari perhitungan.” (QS 38:21-26)

Nabi Daud as mewariskan kepemimpinan dan kerajaan kepada putranya, Nabi Sulaiman as.

Sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman. Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-Nya yang beriman.” Sulaiman telah mewarisi Daud. Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari bahasa burung dan diberi segala sesuatu. Sungguh, semua ini benar-benar karunia yang nyata.” Untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentara dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga, ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarangmu, agar tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” Sulaiman tersenyum lalu tertawa karena perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” Dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia tidak hadir? Pasti akan kuhukum dengan hukuman yang berat atau kusembelih, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” Maka tidak lama kemudian datanglah Hud-hud, lalu berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba` membawa suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.  Aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan indah bagi mereka perbuatan buruk mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan Allah, maka mereka tidak mendapat petunjuk. Mereka juga tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan kamu nyatakan. Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang agung.” Sulaiman berkata, “Akan kami lihat, apakah kamu benar atau termasuk yang berdusta. Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, dan perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” Balqis berkata, “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Surat itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Balqis berkata, “Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku.” Mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa untuk berperang, tetapi keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.” Balqis berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; demikian yang akan mereka perbuat. Sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.” Ketika para utusan itu sampai kepada Sulaiman, dia berkata, “Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka! Sungguh, kami pasti akan datangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba`) secara terhina dan mereka akan menjadi tawanan yang hina dina.” Sulaiman berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?” ‘Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.” Seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya. Siapa yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan siapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” Sulaiman berkata, “Ubahlah singgasananya; kita akan melihat apakah dia mengenal atau tidak mengenalnya lagi.” Ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, “Serupa inikah singgasanamu?” Balqis menjawab, “Seakan-akan itulah dia.” “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” Kebiasaannya menyembah selain Allah mencegahnya untuk menyatakan keislamannya. Sesungguhnya Balqis dahulu termasuk orang-orang kafir. Dikatakan kepada Balqis, “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya penutup kedua betisnya. Sulaiman berkata, “Ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS 27:15-44)

Allah swt mempergilirkan kejayaan generasi demi generasi silih berganti.

Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah ke segenap penjuru bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan rasul-rasul. Inilah (Al-Quran) keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman. Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa kejayaan dan kehancuran itu Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. (QS 3:137-141)

Sumber : Majalah SM Edisi 24 Tahun 2019

Exit mobile version