Oleh: Alfian Dja’far
“Tantangan itu berat,tapi itulah hidup
Kalau hidup tanpa tantangan,itu bukan hidup.
Kalau takut dengan tantangan tak usah datang ke muka bumi”
(Buya Ahmad Syafii Maarif)
Perjuang sudah kita mulai sebelum Ruh ditiupkan Sang Khalik pada kita, perjuangan terus berlanjut sampai kita ditakdirkan untuk mengisi relung bumi Sang Kuasa.
Sebagai manusia kita dititahkan tugas suci sebagai khalifah dimuka bumi, manusia telah diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling sempurna, dengan potensi yang dimilikinya manusia mampu menciptakan dan menemukan teknologi yang mampu mengeluarkan apa yang ada diperut bumi serta bisa menembus luar angkasa.
Pada kita semua juga di titahkan tugas mulia sebagai pemimpin, seperti dipesankan Rasul melalui hadisnya. “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinan yang dijalankanya.”
Kepemipinan disini tidak lah semata-mata kata yang di sandarkan pada jabatan semata, akan tetapi lebih jauh dari itu.
Sebagai seorang pemimpin, manusia dituntut mampu bertanggung jawab tidak hanya pada dirinya sendiri, akan tetapi harus lebih dari itu.
Seorang pemimpin di tuntut untuk terus optimis dalam menyikapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang ditemuinya.
Buya Syafii pernah menyampaikan, “tantangan itu memang berat, tapi itulah hidup, kalau hidup tidak ada tantangan itu bukan hidup. Kalau masih takut pada tantangan tak usah datang ke muka bumi.”
Apa yang disampaikan Buya merupakan gambaran sikap optimisme yang harus selalu kita pegang. Kehidupan dan tantangan harus kita lalui dan hadapi, jalan yang kita pegang adalah jalan kehidupan.
Keberanian yang kita pilih adalah keberanian untuk berani hidup.bukan keberanian untuk mati. Keberanian hidup adalah keberanian untuk terus berjuang dan tidak menyalahkan keadaan, diri sendiri, serta orang lain.
Kehidupan yang kita pilih adalah kehidupan untuk maju dan bermanfaat bagi semua orang. Kehidupan yang harus terus bergerak untuk membuat perubahan. Segala persoalan haruslah kita cari jalan kerluarnya bukan malah terpaku pada kegagalan.
Sebuah kisah diawal awal berdirinya muhammadiyah di sebutkan, suatu saat, seorang pengurus muhammadiyah yang ditugasi mengunjungi acara Muhammadiyah di Solo, ketinggalan kereta, lalu kembali dan menyampaikan peristiwa tersebut kepada Kiai Dahlan.
Kiai kemudian menegur dan menyindir dengan halus orang tersebut, “ apa kamu tidak mempunyai kaki sehingga bisa berjalan sampai ke sana ? jika ketinggalan kereta, apa tidak ada cara lain untuk bisa memenuhi tugas ?, Kemudian mendengar hal tersebut, orang itupun kemudian pergi mencari kenderaan lain menuju kota Solo, benar saja sesampai di solo sudah di tunggu banyak jamaah.
Apa yang tertuang dalam kisah di atas menunjukkan bahwa Kiai Dahlan juga menanamkan nilai nilai perjuangan pada murid serta sahabat sahabatnya, bila saja para pendahulu dan pendiri muhammadiyah kala itu tidak memiliki sikap optimisme dalam memperjuangkan apa yang mareka yakini kebenarnya, niscaya kita tidak akan melihat Muhammadiyah tumbuh dan besinar seperti sekarang ini.
Sebagai generasi muda, mari siapakan diri kita semua untuk terus berjuang. Karena perjuangan harus terus kita gelorakan tanpa henti, mental pejuang adalah mental yang menikmati setiap tantangan kehidupan, sedangkan orang yang terbuai dalam kenyamanan hanya akan jadi pecundang sampai akhir masanya tiba.
Kesuksesan orang orang besar yang kita lihat hari ini adalah buah dari perjuangan mareka dimasa lampau yang telah mareka lalui dengan penuh liku.
Untuk kita semua teruslah bergerak untuk nyalakan pelita kehidupan. Mari kita ramu apa yang telah dianugrahkan Allah pada kita menjadi satu harmoni seirama hingga nantinya mampu mewujudkan apa yang kita cita citakan.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mareka mengubah keadaan mareka sendiri” (Ar-Ra’d : 11).
Wallahu a’lam