Inspirasi Gerakan Jamaah di Blimbingrejo
Oleh: Akhmad Faozan
Hari Ahad, 3 Oktober 2021 ini seakan saya terbawa untuk tertarik menggali inspirasi. Kebetulan hari ini juga ada kajian Ahad Pagi setiap bulan di Blimbingrejo, yang menjadi penceramah adalah ustadz Hasan Asy’ari Ulama’i dari Pimpinan Wilayah. Blimbingrejo adalah ranting Muhammadiyah di PCM Nalumsari, Jepara. Kekaguman saya pada jamaah Muhammadiyah di Blimbingrejo adalah karena guyub dan kebersamaannya, jamaah seakan tumplek blek hadir di satu ruangan aula dengan kapasitas seribu lebih jamaah.
Fasilitas nasi bungkus dan sepotong roti habis menandakan ramainya dan sangat syiar kebaikan ini. Belum lagi yang lesehan dengan tikar, sehingga menjadi tambahan kekuatan dan rasa bangga dengan bermuhammadiyah.
Selain itu, pemberdayaan dan bapak-bapak sesepuh yang menaruh perhatian serta kepercayaan penuh kepada kaum muda menjadi salah satu kunci keberhasilan acara dengan pengerahan jamaah. Hal inilah yang menjadi cerita inspirasi hari ini untuk keberlangsungan Muhammadiyah ke depan terkhusus di Blimbing rejo.
Nilai lebih dari menggali ilmu (ngangsu kaweruh bab agama) adalah bersilaturahmi, menjalin rasa ukhuwah kebersamaan dalam membangun jamaah, penuh harap dengan sapaan akrab dari tuan rumah dan jamaah lainnya menjadikan hati ini mak nyess. Inilah yang barangkali menjadikan tekad para mustami’ untuk hadir di majlis ilmu tersebut.
Termasuk diri saya, terbangunnya keakraban dengan Blimbingrejo selain pernah berkesempatan ngaji bareng bersama pemuda Muhammadiyah Blimbingrejo, juga seakan ada “pesan moral” yang terus saya jaga dan pelihara bahwa tapak sejarah Mayong tidak bisa dilepaskan dari sosok-sosok dari Blimbingrejo dan Dorang saat itu yaitu Bapak Umar Hasyim dan Bapak Noor Su’udi.
Ternyata silaturrahim selain menjadi ajaran Islam dan Rasulullah menekankan pada nilai penting ajaran ini terbukti ampuh dalam membangun kekuatan jamaah di Muhammadiyah pada awal-awal berdirinya Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan hegemoni AUM yang semakin ngremboko mengakar dan besar adalah berasal dari jasa para pendahulu, yang mana para pendahulu sangat memperhatikan jalinan ukhuwah dan silaturrahim yang kuat.
Teringat pesan dari sesepuh Muhammadiyah di jajaran Pimpinan Pusat, agar perlu menjadikan satu hari untuk bermuhammadiyah dan sosok pimpinan Muhammadiyah perlu terus menggali inspirasi dari para jamaah agar terjaga ghirah bermuhammadiyah.
Hari Ahad barangkali tepat untuk fokus memikirkan Muhammadiyah, setelah selama 6 hari disibukkan dengan urusan pekerjaan terkait kedinasan di luar Muhammadiyah. Selain perlunya merefresh kembali dari kepenatan urusan pekerjaan yang tak akan ada ujung selesainya, maka ketika bermuhammadiyah bersama keluarga, mengajak anak dan istri dalam bersilaturrahim dengan menghadiri kajian Ahad pagi akan memberi nilai tambah kepada keluarga kita dan untuk membangun kekuatan jamaah muhammadiyah.
Ketika medsos sudah menguasai sehingga jarak dan tatap muka terbatasi, maka sehari dalam sepekan untuk bertemu, bertatap muka dengan gerakan jamaah yang lebih luas akan membangun optimisme bagi kita ke depan, Masa depan Islam akan cemerlang lewat Muhammadiyah insya-Allah akan cerah atas ridha Allah.
Ketua PCM Mayong Jepara