Menuju Keluarga Bahagia

Menuju Keluarga Bahagia

Oleh : Athiful Khoiri

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Pujian yang meliputi nikmat-Nya dan mencukupkan tambahan karunia-Nya. Semoga kita semua yang hadir dan mengikuti shalat Jumat di masjid ini diberikan kekuatan iman dan ihsan yang tiada berbatas. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam ke hadapan Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang beriman, sebagaimana Engkau telah limpahkan karunia dan barakah kepada Nabi Ibrahim as.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pernikahan merupakan ikatan cinta suci antara dua insan manusia untuk hidup bersama, yang dilandasi semata karena niat ibadah kepada Allah swt. untuk membangun dan membina biduk rumah tangga. Pada hakikatnya, ibadah merupakan misi sentral dalam penciptaan manusia ke dunia. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya surat Az-Dzariyat ayat 56.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Dzariyat: 56).

Al-Qur’an juga menyebut istilah pernikahan ini dengan mitsaqan ghalidzan, yang bermakna “perjanjian yang kokoh, kuat, lagi berat”. Perjanjian ini diisyaratkan dengan adanya perjanjian antara Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw. Oleh karenanya, hendaknya perjanjian ini diucapkan dengan serius, bersungguh-sungguh, tidak pula main-main, bahkan “hanya dilakukan sekali untuk selamanya” sepanjang kehidupan manusia di dunia. Pernikahan adalah ibadah terpanjang, karena itu orang yang sudah berketetapan hati untuk menikah, dituntut untuk menjaga kelanggengan ikatan pernikahan mereka, begitu pula keutuhan bahtera rumah tangga yang dijalani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Agama kita memberikan kompas yang lengkap terhadap persoalan pernikahan. Islam menaruh perhatian besar pada institusi keluarga. Hukum keluarga dijelaskan begitu detail lagi rinci, dimulai dari memilih pasangan hidup, siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi, tata cara dalam perkawinan, etika hubungan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati, pendidikan anak dan keluarga, kematian, bahkan sampai dengan pembagian warisan, semua lengkap aturannya.

Sebuah hadis Nabi saw. menyatakan perlunya “kriteria khusus” untuk mencari pasangan hidup. Secara eksplisit Nabi menyatakan bahwa agama dan akhlah seseorang merupakan prirotas serta pertimbangan utama. Beliau bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita/pria karena kecantikannya atau ketampanannya, itulah yang menjerumuskan mereka. Janganlah kamu menikahi wanita/pria karena semata-mata hartanya. Mungkin sekali hartanya itulah yang menjadikan mereka jahat, tetapi menikahlah dengan wanita atau pria karena agama mereka. Sesungguhnya seorang wanita atau pria yang buruk roman mukanya lagi hitam kulitnya, tetapi dia berakhlak (beragama) mulia, maka itulah justru yang lebih utama.” (Riwayat Ibnu Majah)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam menjadi a long life struggle kehidupan berkeluarga, Islam memberikan tiga perkara pokok yang harus selalu diperhatikan. Tiga kata itu sangat familier di telinga kita, meskipun sepintas mengandung istilah yang sama, akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya memiliki arti yang berbeda. Ketiga kata kunci itu adalah mawaddah, rahmah, dan sakinah.

Pertama, mawaddah, yang berarti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. M. Quraish Shihab mengatakan mawaddah adalah cinta plus. Dalam menjalani kehidupan keluarga tentu tidaklah senantiasa berjalan mulus, terpaan masalah datang silih berganti. Dalam kondisi seperti ini, sikap mawaddah harus dikedepankan. Di sinilah saatnya mengimprovisasi rasa cinta kepada pasangan. Bahwa kita menerima segala kekurangan yang ada, dan meyakini bahwa dia adalah pasangan terbaik kita pilihan Allah swt.

Kedua, rahmah, yang bermakna saling simpati, menghormati, dan menghargai antara satu dengan lainnya. Ungkapan itu harus “dibiasakan” dan seringkali ditunjukkan dalam bentuk ucapan. Alangkah indahnya dalam kehidupan rumah tangga antara suami-istri ringan hati mengucap terima kasih, minta maaf dari dan untuk pasangannya. Sikap kasih dalam rahmah dilandasi spiritualitas, yaitu kemampuan menorehkan kebermaknaan dalam kehidupan berkeluarga.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ketiga, adalah sakinah. Ternyata Islam belum merasa cukup ketika memberi bekal dengan untaian mawaddah dan rahmah saja, Al-Qur’an juga perlu menambah dengan kata kunci pokok yang sangat penting, yaitu sakinah. Dirasa kurang pemupukan sifat mawaddah dan rahmah kalau tidak didukung kebutuhan dan kesadaran yang mendalam. Maka Islam mensyaratkan kedamaian, ketenteraman, keharmonisan, kekompakan, kehangatan, keadilan, kejujuran, dan keterbukaan yang diinspirasikan berlandaskan spiritualitas asas Ketuhanan. Keterpaduan ketiga sifat essensial ini merupakan kunci pokok dalam keberhasilan membina dan membangun kehidupan berkeluarga yang bahagia.

Demikianlah, khutbah singkat pada siang hari ini, semoga dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita senantiasa dalam kasih sayang Allah swt. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Melalui khutbah kedua kali ini, marilah kita berdoa seraya bermunajat kehadirat Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan. Semoga dalam mengarungi bahtera kehidupan kita selalu dalam naungan ridha dan perkenan Allah Swt.

Ya Allah, jadikanlah keluarga kami menjadi keluarga yang sakinah, tenang, dan tenteram. Keluarga yang sa’adah, sejahtera, dan bahagia. Jadikanlah di antara kami cinta dan kasih yang paling utama semata hanya karena rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Penulis : Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok, Sleman

 

Exit mobile version