YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah dan Majelis Kesejahteraan Sosial PP Aisyiah menggelar rapat koordinasi nasional dengan tema “Pembangunan Manusia Dari Pandemi Ke Endemi”. Dimana pada agenda kali ini membahas terkait pendataan anak yatim-piatu yang terdampak Covid-19, Ahad (10/10) secara virtual. Muhammadiyah terus berikhtiar untuk menyelamatkan masa depan generasi muda Indonesia terdapak Covid-19. Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh Agus Taufiqqurohman, Ketua PP Muhammadiyah serta Sularno selaku Ketua MPS PP Muhammadiyah beserta jajarannya.
Dalam sambutannya, Agus Taufiqqurohman mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak multidimensinal. Ia berpesan untuk tidak menganggap remeh wabah pandemi ini, “Jika kita lengah apa yang dijadikan tema rakornas kali ini bisa tidak tercapai,” ujarnya.
Ketua MPS PP Muhammadiyah, Sularno mengatakan bahwa sampai hari ini terdata sebanyak 759 anak laki-laki dan 704 anak perempuan yang terdampak langsung Covid-19. Ia menambahkan, walaupun data itu nantinya akan diberikan kepada kementerian terkait termasuk Kemensos, aspek kerahasiaannya harus tetap terjaga.
Dengan hal ini Muhammadiyah sudah bergerak sebelum orang lain bergerak. Dalam memberikan bantuan kepada anak yang terdampak wabah pandemi secara langsung, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) memberikan beasiswa untuk anak yatim piatu yang orangtuanya telah meninggal dunia karena Covid-19.
“Fakultas Pertanian UMJ mendapatkan jatah 5 anak yang nantinya bisa kuliah gratis sampai selesai, dan total keseluruhan ada 142 anak yang bisa kuliah gratis di UMJ sampai selesai. Namun sampai hari ini, tidak lebih dari 5 orang yang mendaftar di UMJ,” ujarnya.
“Tetapi setelah rapat kemarin, bahwa bukan berarti tidak ada yang tidak berniat kuliah. Tetapi anak yatim piatu yang orangtuanya meninggal karena Covid-19, usianya belum mencapai usia kuliah. Dari hal ini kekhawatiran saya telah terjawab,” tambahnya.
Esty Martiana Rahmie selaku Ketua MKA PP. Aisyiah dalam penutupnya mengatakan bahwa kita harus menyadari masalah kesejahteraan sosial ini adalah menjadi masalah yang luar biasa, dan harus mendapatkan perhatian, sehingga mau tidak mau suka tidak suka majelis yang kaitannya dengan kesejahteraan sosial, khususnya di aisyah adalah harus punya kepekaan untuk memotret permasalahan sosial yang ada kemudian membuat program-progam yang akhirnya memberikan solusi. (iza/diko)