• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Desember 5, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Immawati Menafsir Zaman

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
12 Oktober, 2021
in Analog
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share

Judul               : Menafsir Gerakan IMMawati Berkemajuan: Ikhtisar Menggagas IMMawati Berkemajuan

Penulis             : Tati, M. Hasnan Nahar, Maulana Ayatullah, dkk

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Penerbit           : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : I, Agustus 2021

Tebal, ukuran  : xx + 136 hlm, 14 x 21 cm

ISBN               : 978-602-6268-89-1

Immawati merupakan sebutan bagi kader perempuan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Organisasi otonom ini eksis di berbagai perguruan tinggi sebagai wadah bagi mahasiswa. Gerakan kaum inteligensia semisal ini semestinya memang identik dengan dedikasi keilmuan dan pemihakan pada mustadl’afin. Kiprahnya melekat dengan nilai-nilai luhur dunia akademisi yang tidak berdiam diri di menara tinggi.

Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah 2012-2016, Norma Sari menyebut bahwa kelahiran sebuah buku sebagai budaya investasi jangka panjang yang harus terus dipupuk. Sebabnya, tradisi menulis lahir dari suatu proses tradisi membaca. Di perguruan tinggi, ada tradisi yang terus diwariskan: membaca, menulis, meneliti, dan mengabdi pada masyarakat.

Kelahiran buku Menafsir Gerakan IMMawati Berkemajuan ini patut disambut gembira. Belum semua gerakan perempuan memiliki tafsir atau pemaknaan berkemajuan terhadap konsep perempuan. Tafsiran yang memposisikan perempuan sebagai manusia kelas dua masih beredar luas di masyarakat. Situasi ini mewakili pandangan yang menempatkan perempuan sebagai sumber keburukan, sehingga tidak diperkenankan untuk tampil dengan asas meritokrasi.

Tati menuliskan, “Realitas hari ini, posisi Immawati cenderung ditempatkan sebagai second fighter. Immawati hanya didorong untuk menampilkan ketrampilan berorganisasi yang sebisanya dengan mentalitas sekadarnya. Sementara Immawan ditempa sangat keras untuk menguasai diri sendiri dan lingkungan sekitar,” (hlm  xi-xii). Buku ini dapat menjadi tawaran pijakan bagi IMM dalam memandang perempuan dan memposisikan diri.

Pelibatan perempuan dalam organisasi dan aktivitas publik merupakan suatu langkah progresif. Spirit yang digelorakan Kiai Ahmad Dahlan bersama Siti Walidah untuk memberdayakan perempuan merupakan suatu lompatan besar. Jauh di masa jahiliyah, Hasnan Nahar menyebut ada banyak praktik perlakuan terhadap perempuan yang tidak manusiawi (hlm 43-44). Nilai-nilai Islam telah merubah situasi itu.

Dalam rangka revitalisasi peran gerakan Immawati, diperlukan suatu konsep diri positif, terkait dengan bagaimana cara berpikir dan menilai diri dan organisasi. Konsep diri positif menghilangkan sikap ingin menjatuhkan pihak lain atau organisasi lain. “Individu dengan konsep diri positif akan menetapkan tujuan atau goal setting secara realistis,” (hlm 34). Sebagai mahasiswa Islam, Immawati mengamalkan ajaran profetik Nabi untuk membebaskan dan mentransformasikan perempuan dan masyarakat luas.

Salah satu tantangan Immawati di era baru ini adalah kejahatan siber yang banyak menargetkan korban perempuan: prostitusi online, cat calling, body shaming, beauty shaming, cyber bulliying, (hlm 101). Oleh karena itu, “Menjadi Immawati tidak cukup hanya kuat dan tangguh, namun juga harus cerdas dan berkelas,” (hlm 30). Setidaknya, terdapat tiga kebutuhan dasar Immawati yang perlu diperhatikan di masa yang akan datang: kebutuhan existence, kebutuhan relatedness, dan kebutuhan growth (hlm 31). Wadah organisasi perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan para kadernya itu. (muhammad ridha basri)

Tags: berkemajuanImmawatimuhammadiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post

Mengenang Prof Yatno, Tidak Pernah Menolak Tugas Meski Berat

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In