Upaya Membentuk Kader Militan

Upaya Membentuk Kader Militan

TEGAL, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal (PPAD) menguatkan kiprahnya sebagi pelopor, pelangsung dan peyempurna amanah persyarikatan. Salah satu bentuk upayanya adalah mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) untuk pengurus internal IPM ranting PPAD, acara ini didukung penuh oleh seluruh pengasuh PPAD putra dan putri. Agenda ini dilaksanakan secara bertahap dari tanggal 6 Oktober – 8 Oktober dilaksanakan di Kampus STIKEs Muhammadiyah, Kalibakung. Role Mode agenda ini Hybrid Daring-Luring.

Dalam salah satu segmen acara ini diisi oleh Pimpinan Pusat Lembaga Pengembangan Cabang Ranting (PP LPCR) Bapak Muhammad Jamaludin Ahmad S.Psi, salah satu sebab mengundang Pak Jamal adalah karena beliau pernah menjabat sebagai PP IPM periode 1990-1993 Muktamar ke VIII. Meskipun pada segmen ini dilaksanakan dengan daring, namun dari sinilah nuansa kesemangatan ber-IPM dari Pak Jamal memberikan aura optimisme kepada segenap pengurus PR IPM PPAD.

Dalam penyampaian wejangannya, tema yang disampaikan Pak Jamal yaitu “Urgensi Militansi Kader Menuju Muhammadiyah Berkemajuan”. Seperti tema yang disematkan, Pak Jamal menjelaskan titik urgensi dari perkaderan yang menjadi ruh utama dalam Muhammmadiyah, .”..tanpa kaderisasi maka akan tamat”, tulis Pak Jamal dalam slidenya. Selanjutnya, Pak Jamal menjelaskan definisi dari kader, menurutnya kader adalah elite bagian yang terpilih karena sudah terlatih atau inti dalam suatu resimen. Dijabarkan lebih lebar, bahwa kader adalah kelompok manusia terbaik karena terpilih, merupakan inti dari kelompok yang lebih besar dan terogarnisir secara permanen, ungkap Pak Jamal dalam slidenya.

Selanjutnya, Pak Jamal menjelaskan mengenai pentingnya jiwa militansi kader. Militansi merupakan nyawa dari suatu organisasi, lebih dalam lagi, militansi merupakan energi paling kuat untuk mewujudkan maksud dan tujuan organisasi. Tak hanya itu, militansi ialah bukti bahwa nilai-nilai yang ada dalam organisasi sudah meng-internal dalam diri para anggotanya, sehingga pada tahapan tertentu para anggota rela berkorban dengan tenaga, harta bahkan dirinya sekalipun.

Dijelaskan lebih rinci lagi, metode dalam membangun militansi diawali dengan pengarusutamaan ideologi organisasi, dalam hal ini Muhammadiyah adalah organisasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam bersumber al-Qur’an dan as-Sunnah serta para ijtihad Ulama. Yang kemudian ideologi tersebut telah bermanifest dalam diri para anggotanya dan secara organik menummbuhkan kefahaman diyakini sebagai kebenaran haqiqi serta bangga untuk memperjuangkannya. Kemudian setelah membentuk fikroh (Ideologi) yang mengkristal, dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi, kaderisasi dan internalisasi fikroh tersebut dari pucuk pohon sampai grassroot.Pendeknya, dari internalisasi Ideologi dari pimpinan sampai anggotanya. Diperkuat lagi, dengan membuat mekanisme monitoring kinerja kader, evaluasi dengan reward bahkan punishment agar nampak militansi dari kader inti (penjelasan ini disarikan dari slide materi LDK).

Militansi dalam organisasi adalah nyawa eksistensi, jika militansi pudar maka ia bagai sel-sel yang mati dalam suatu jaringan mengakibatkan matinya organ. Namun jika sel-sel itu bekerja dengan baik, maka jaringan berjalan dengan lancar sehingga organ bekerja maksimal. Ibroh yang bisa diambil dari sini adalah terdapat unsur yang tak nampak dari suatu organisasi ialah militansi yang bersemayam dalam jiwa, organisasi bukan sekadar wujud jasadi saja namun militansi-lah sebagai ruhnya.

Exit mobile version