MALANG, Suara Muhammadiyah – Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal untuk mendapat keuntungan yang berlipat di masa depan. Dibanding menyimpan uang secara mandiri atau di bank, investasi jelas mendatangkan keuntungan tersendiri. Hal itu disampaikan oleh Dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Chalimatuz Sa’diyah, SE., MM. pada Jumat (8/10) lalu. Menurutnya, menyimpan uang secara mandiri dalam jangka waktu yang panjang akan menurunan nilai uang karena adanya inflasi. Sementara bunga bank terlalu kecil untuk menyaingi inflasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan melakukan investasi akan sangat membantu seseorang di momen yang tak terduga. Ada banyak jenis investasi yang bisa dilakukan. Pertama adalah investasi di sektor riil seperti tanah, bangunan, sawah dan emas. Sementara yang kedua adalah investasi di sektor keuangan seperti saham, obligasi, dan reksadana.
“Masing-masing investasi memiliki kelemahan dan kelebihan. Ketika berinvestasi di sektor riil nilainya akan terus bertambah, namun beberapa instrument investasi di sektor riil seperti bangunan dan tanah membutuhkan waktu lama untuk dicairkan. Sementara itu, jika berinvestasi di sektor keuangan nilai investasinya tidak menentu. Namun investasinya dapat dicairkan sewaktu-waktu,” ujar Dosen kelahiran Malang tersebut.
Chacha sapaan akrabnya, menjelaskan sebelum memulai investasi seseorang harus memisahkan dananya menjadi lima bagian yaitu, dana kebutuhan bulanan, dana darurat, dana investasi, data tabugan, dan zakat. Chacha melanjutkan untuk perhitungan dana darurat biasanya seorang yang masih lajang dianjurkan untuk mempersiapkan dana darurat tiga kali lipat dari pengeluaran bulanan. Sementara untuk yang sudah berkeluarga, dana darurat yang dipersiapkan sebanyak enam sampai dua belas kali pengeluaran bulanan. “Jadi dana yang akan digunakan untuk investasi adalah dana tidak terpakai dan tidak akan digunakan dalam waktu dekat,” ujar Chacha.
Setelah memisahkan dana, para pemula harus menentukan tujuan investasi. Ia menyarankan untuk memulai investasi di sektor keuangan karena biayanya yang lebih terjangkau dibanding sektor riil. Ada banyak pilihan ketika akan berinvestasi di sektor keuangan, namun investasi yang memiliki resiko paling minim ada di reksadana pasar uang dan obligasi pemerintah.
“Pada reksadana pasar uang, nilai investasi kita akan terus naik meskipun tidak signifikan. Dibanding dengan investasi lain, reksadana pasar uang juga cenderung stabil. Obligasi pemerintah memiliki keunggulan yaitu bunganya berada diatas bunga deposito. Ketentuan obligasi pemerintah juga diatur dalam undang-undang sehingga lebih aman,” kata Chacha.
Jika para pemula ingin mendapat keuntungan lebih bayak, Chacha menyarankan untuk mencoba investasi di saham. Ada beberapa keunggulan yang akan diperoleh investor ketika menginvestasikan uangnya di saham. Pertama, investor akan mendapatkan dana pertahun dari perusahaan melalui pembagian deviden saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kedua adalah keuntungan yang didapatkan investor jika menjual sahamnya saat nilai sahamnya mengalami kenaikan dari harga beli (capital gain).
“Meskipun menguntungkan, para pemula biasanya menghindari kerugian yang besar jika berinvestasi pada saham. Ada beberapa cara untuk meminimalisir kerugian. Pertama adalah mempelajari buku keuangan perusahaan dengan baik. Kedua, memperhatikan citra perusahaan di masyarakat. Ketiga, jangan berinvestasi pada perusahaan baru karena belum stabil,” ungkap Chaca.
Selain memperhatikan ketiga hal tersebut, agar keamanan lebih terjaga Chacha menambahkan bahwa para pemula bisa membeli saham, reksadana, maupun obligasi yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Strategi lain dalam investasi saham adalah dollar cost averaging, dimana para investor rajin membeli saham meskipun harga sedang turun atau naik perbulannya. Hal ini akan mengurangi kerugian saat investasi saham.
“Pilihan investasi akan sangat bergantung pada tujuan dan kebutuhan seseorang kedepannya. Karena hal tersebut, pelajari dengan seksama sebelum memulai investasi. Jangan beli investasi apapun hanya karena ikut-ikutan. Hindari juga investasi yang menjanjikan kentungan terlalu tinggi agar terhindar dari jebakan investasi bodong,” pungkasnya. (humas UMM)