MALANG, Suara Muhammadiyah – Setelah sebelumnya berhasil mengembangkan budidaya maggot di desa Mulyoagung, Malang, Tim dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali beri pelatihan pengolahan limbah rumah tangga menjadi pakan burung. Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini berlangsung selama empat bulan lamanya. Adapun penutupan dan pemberian bantuan alat juga dilakukan pada Minggu (10/10) lalu.
Salah satu tim dosen UMM, Bustanol Arifin mengatakan bahwa timnya kembali menggandeng kelompok Chang Bird Farm dan Veloved Bird pada program kedua ini. Selain itu, di program pembuatan pakan kali ini tim dosen juga turut memberdayakan ibu-ibu desa Mulyoagung. Berbeda dari program sebelumnya yang berfokus pada budidaya maggot untuk pakan burung, di program kali ini Arifin dan tim berfokus untuk membuat pakan burung dari limbah rumah tangga.
“Pakan ini kami pilih melihat banyaknya limbah rumah tangga yang cukup banyak. Adapun limbah tersebut meliputi makanan dan sayuran sisa konsumsi sehari-hari. Hal ini juga sebagai upaya untuk mengurangi limbah rumah tangga yang ada di masyarakat,” ungkap dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tersebut.
Arifin bercerita bahwa dalam kegiatan ini para peserta diajari bagaimana membuat pakan burung. Mulai dari pengolahan bahan sampai menjadi pelet hingga proses pemasaran ke masyarakat luas. Dalam proses pembuatannya, tim dosen menggunakan tiga mesin utama yaitu alat pencetak palet, oven, serta alat pengemasan. Penggunaan alat ini bertujuan untuk mempercepat proses produksi yang biasanya memakan waktu harian menjadi hitungan jam saja.
“Pakan burung yang kami buat dari limbah sampah rumah tangga memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Hal ini akan bermanfaat bagi pertumbuhan burung peliharaan. Selain dapat digunakan untuk burung, pakan ini juga dapat digunakan untuk hewan unggas lainnya,” ujar dosen asal Bondowoso itu.
Dalam program ini Arifin dibantu oleh dua dosen lainnya yaitu Amir Syarifuddin dan Frendy Aru Fantiro. Meski sudah selesai memberi pelatihan, tim ini akan terus memantau perkembangan para peserta. Hingga saat ini, dijelaskan Arifin bahwa masyarakat telah berhasil memasarkan pelet buatannya secara online dengan cukup baik. Kedepannya tim ini akan terus mengembangkan keterampilan masyarakat dengan membuat kelas lanjutan untuk produksi pelet ikan.
“Saya berharap apa yang tim kami lakukan dapat dikembangkan dengan baik oleh masyarakat. Tidak hanya terbatas pada pakan burung dan unggas tetapi juga pakan-pakan lainnya. Selain itu kami juga ingin program-program yang kami lakukan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” pungkasnya. (diko)