Oleh: Bayujati Prakoso (Penulis Buku Sukma Intelektualisme)
Muktamar XIX Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kendari pada 21-23 Oktober 2021 di Hotel Claro, Kendari telah usai. Saat ini, yang dapat menjadi perhatian adalah upaya merancang gerakan apa yang hendak diinisiasi dan digerakkan sebagai wujud pelaksanaan nilai-nilai IMM. Hemat penulis, dalam kesempatan ini adalah usaha untuk memperkokoh gerakan intelektual IMM.
Gerakan intelektual IMM mesti didorong dan diperkuat dengan senantiasa kader-kader IMM meningkatkan kapasitas keilmuannya. Ilmu harus menjadi sumber gerakan. Ayahanda Prof. Haedar Nashir dalam sesi pembukaan Muktamar XIX IMM menyatakan bahwa kader IMM tidak boleh berkata, dan bertindak tanpa ilmu. Dalam arti ini, beliau berharap bahwa ilmu adalah sesuatu yang penting dalam aktivitas IMM (kepribadian berilmu dan gerakan dengan ilmu).
Upaya untuk memperkokoh gerakan intelektual IMM adalah melalui upaya pengkajian mendalam akan ilmu disetiap level kepemimpinan IMM. Selain itu, ilmu harus menjadi salah satu kerangka kerja gerakan dan memiliki orientasi manfaat untuk masyarakat. Selain itu, upaya memperkokoh gerakan IMM melalui memperkuat tradisi intelektual IMM melalui gerakan literasi.
Selama penelusuran penulis, IMM belum memiliki survei gerakan intelektual IMM dan survei sejauh mana gerakan literasi IMM secara nasional. Hal ini bagi penulis menjadi penting, karena dengan adanya data-data ini dapat melihat gerakan literasi IMM secara nasional, dan data tersebut dapat menjadi acuan untuk merancang strategi gerakan intelektual dan gerakan literasi apa yang mesti diperkuat, dan dikembangkan di berbagai daerah.
Dilain sisi, meski belum memiliki data secara nasional, penulis optimis bahwa kedepan gerakan intelektual IMM terus maju dan berkembang. Hal ini dibuktikan sudah cukup banyak kader-kader IMM memiliki produk intelektual berupa karya-karya, baik dalam bentuk karya buku antologi, podcast, buku yang ditulis pribadi, majalah elektronik, bahkan artikel ilmiah. Semua itu ditulis oleh kader-kader IMM baik secara individu maupun kolektif. Ini menjadi angin segar dan optimisme penulis untuk gerakan IMM semakin maju dan berkembang di masa mendatang.
Bahkan, beberapa luaran kegiatan kepenulisan di IMM maupun Rencana Tindak Lanjut (RTL) perkaderan di IMM menghasilkan berbagai bentuk buku-buku yang ditulis oleh kader-kader IMM. Ini semakin menunjukkan kompetensi intelektual dalam aspek literasi semakin baik. Tradisi literasi ini mesti terus digelorakan dan diterapkan dalam IMM. Sebab, gerakan gerakan literasi dan keilmuan merupakan ciri dan karakter IMM, dan sekaligus sebagai upaya memperkuat gerakan IMM.
Kala Muktamar XIX IMM berlangsung, terdapat upaya memperkenalkan berbagai karya-karya IMM berupa buku-buku yang ditulis oleh kader-kader IMM. Hal ini menandai; pertama, diharapkan dapat menjadi kajian dan referensi atau acuan gerakan nyata dalam realitas kehidupan, kedua, sebagai bentuk apresiasi IMM atas karya-karya kader, ketiga, sebagai bagian merawat tradisi literasi, idealisme, dan nalar kritis kader IMM, keempat, optimisme gerakan intelektual IMM masih ada dan berkembang.
Tentu, hal ini (gerakan literasi dan keilmuan) mesti didukung oleh berbagai pihak, termasuk gerakan intelektual ini mesti didukung oleh kepemimpinan IMM nya. Sebab, ini merupakan gerakan untuk merawat gerakan intelektual, idealisme dan nalar kritis kader-kader IMM, dan pula selanjutnya dari gerakan intelektual berupa karya-karya yang memuat berbagai gagasan-gagasan, dan pemikiran itu dapat menjadi referensi untuk mewujudkan gerakan nyata yang mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Kader IMM Mesti Berilmu
Berbicara mengenai konteks ilmu. Mengenai ilmu, Prof. Haedar Nashir menyatakan bahwa, IMM harus “berdialog” dengan ilmu atau senantiasa gemar dan mendiskusikan ilmu, dan berilmu harus dijadikan kekuatan IMM. Dalam konteks ini, dari pernyataan Prof. Haedar Nashir semakin memperkuat bahwa IMM tidak lepas dengan ilmu, harus dekat (gemar) dengan ilmu. Tentu, dalam konteks ini, ilmu harus pula diorientasikan untuk kepentingan kebaikan dan kebermanfaatan.
Selain itu, Prof. Haedar Nashir mengungkapkan pesan untuk IMM agar berakhlak, dan pula berintegritas. Ilmu itu, lanjut Prof. Haedar Nashir, harus membawa rahmatan lil ‘alamin. Bagi Prof Haedar Nashir, moralitas luhur dengan akhlak mulia dan ilmu bisa berperan untuk umat dan bangsa.
Menjadi Pembelajar, Bersikap Rendah Hati, dan Bijaksana
Dalam konteks IMM, IMM perlu senantiasa mawas diri dan senantiasa rendah hati dalam sikap ber-IMM. Prof. Haedar Nashir dalam sesi pembukaan forum Muktamar XIX IMM menyebut bahwa tidak ada orang yang sekali jadi dalam membangun karakter dan nilai kehidupan. Prof. Haedar Nashir melanjutkan bahwa jangan merasa diri sudah mapan, sudah hebat, sudah optimal. Bagi Prof. Haedar Nashir bahwa kita semua pembelajar kehidupan.
Dari ungkapan Prof. Haedar Nashir diatas, semakin mengingatkan untuk kader IMM se-Indonesia bahwa nilai-nilai akhlak, rendah hati, dan senantiasa menjadi pembelajar adalah kepribadiannya IMM. Ini juga semakin mengingatkan untuk kader-kader IMM bahwa tidak boleh berlaku sombong, dan harus bersikap terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Oleh karena itu, dari penjelasan-penjelasan diatas, kepribadian IMM harus selalu berupaya belajar dan belajar (menjadi pembelajar), berbenah sikap menjadi pribadi yang lebih baik dengan akhlak mulia dan senantiasa berintegritas dan berilmu, serta bersikap rendah hati dalam setiap halnya.
Lalu, jika kader-kader IMM sudah berada diamanah atau posisi yang tinggi, bagi Prof. Haedar Nashir bahwa jiwa, hati, dan pikiran harus selalu merunduk (senantiasa rendah hati), dan memiliki kebijaksanaan.