YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Tanggal 20 Oktober 2021, Stanford University dan Elsevier Bv merilis 2% Peringkat Top World Rangking Scientists. Atau sebanyak 58 ilmuan Indonesia dinobatkan sebagai Top World Scientists. Dr Tole Sutikno dari UAD (Universitas Ahmad Dahlan) Yogyakarta menduduki urutan ke-45. “Kami ucapkan selamat kepada Pak Tole dan UAD bersyukur atas capaia tersebut,” ucap Muchlas MT Rektor UAD saat dihubungi Suara Muhammadiyah (28/10/21).
Terutama dalam hal publikasi jurnal, Muchlas melanjutkan, Pak Tole mesti dijadikan panutan dan sumber pengetahuan bagi dosen-dosen lain. Setidaknya jadi sumber diskusi dosen-dosen lain agar publikasi jurnalnya bisa diakui dunia internasioanl.
Secara strata keimuan atau tingkat presatsi seorang ilmuan, Muchlas menjelaskan, publikasi hasil penelitian itu masuk diurutan ke-8 dari 9 tingkatan yang ada. Level tertingginya adalah komersilisasi produk penelitian. Sebab komersilisasi produk penelitian atau hilirisasi hasil penelitian itu dapat meningkatkan produktivitas negara dan meningkatkan perekonomian bangsa.
“Publikasi penelitian tetaplah penting dan itu mesti dikejar dan ditingkatkan, namun tujuan utamanya adalah melahirkan produk yang bisa diproduksi masal dan bermanfaat bagi masyarakat luas,” jelas Muchlas.
“Apa yang sudah dilakukan oleh Pak Tole turut membanggakan UAD khusunya di kancah dunia, tapi UAD juga ingin terus meningkatkanya ke arah komersilisasi tersebut,” tambahnya.
Selama ini, Muchlas mengatakan, secara kelembagaan UAD juga terus mendorong para peneliti dan para dosen untuk terus mengamalkan Catur Dharma perguruan tinggi. Salah satunya adalah mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru pada jalur penelitian. Namun demikian, karena Catur Dharna itu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka jalur pendidikan, pengabdian masyarakat, juga penguatan al-Islam dan kemuhammadiyahan juga perlu dorongan yang sama.
Sebagai contoh, Muchlas menyebutkan, antara jalur publikasi dengan pengamdian masyarakat atau komersiliasi produk terdapat jurang pemisah yang cukup besar. Jurang itu disebut Value of Death. “Jadi kalau publikasi saja dan tidak diikuti dengan implementasi di industri atau implementasi di masyarakat, bermanfaat bagi masyarakat luas, maka karya ilmiah akan mengalami Value of Death tersebut,” papar Rektor UAD.
“Karenanya kami menginginkan para dosen dan para peneliti di UAD untuk melakukan penelitian yang on the right track sampai pada hilirisasi atau komersilisasi sebagai level puncaknya,” tambahnya.
“Sekali lagi, kami ucapkan terimaksih kepada Pak Tole, capaian ini tentu turut membanggakan UAD,” tutup Muchlas. (gsh).