Oleh: Hananto (Ketua LHKI PCIM Jepang/Ketua Panitia Pelaksanaan PF PCIM Se-Asia Timur 2021)
Pendahuluan
Perkaderan adalah unsur yang penting dalam Muhammadiyah. Dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah terdapat dua kategori yaitu Perkaderan Utama (PU) dan Perkaderan Fungsional (PF). PU dilaksanakan dengan standar kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya dalam satuan waktu tertentu yang telah ditetapkan seperti Darul Arqam dan Baitul Arqam. Sedangkan, PF adalah kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau kajian intensif yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku seperti Sekolah Kader, Pelatihan Instruktur, Dialog Ideopolitor, Pelatihan yang diselenggarakan oleh Majelis dan Lembaga, Pengajian Pimpinan, Pengajian Khusus, Up-Grading, Diklat Khusus, dan lain-lain. (Lihat https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/05/13/perkaderan-muhammadiyah-di-masa-pandemi/). Oleh karena itu, PF adalah metode yang dapat dijalankan dalam masa pandemi covid-19 karena fleksibilitasnya, termasuk untuk para kader lintas negara di PCIM Se-Asia Timur.
Pada awalnya PF ini diusulkan dalam rangka memperkuat internasionalisasi Muhammadiyah di Jepang, namun Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPK PPM) memperluas secara regional untuk Asia Timur demi efektifitas dan efisiensi mengingat PCIM Jepang, PCIM Korea, PCIM Taiwan dan PCIM Tiongkok berada di area waktu yang berdekatan, serta menunjuk PCIM Jepang sebagai host acara dengan moderator bergiliran di antara PCIM se-Asia Timur. PF PCIM Se-Asia Timur 2021 telah dilaksanakan mulai 6 Juni hingga 25 Juli 2021. Setiap sesi dilaksanakan pada setiap ahad pagi selama 8 (delapan) kali pertemuan. PF pertama di Asia Timur ini bertujuan untuk meneguhkan ideologi Muhammadiyah untuk para kader PCIM Se-Asia Timur. Adalah penting untuk selalu membuka kembali pelajaran-pelajaran dalam perkaderan karena meningkatkan kemuhammadiyahan harus berkesinambungan. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyampaikan ikhtisar materi sebagai pengingat, dinamika acara dan hal-hal terkini lainnya.
Ikhtisar Materi PF PCIM Se-Asia Timur 2021
Ketua MPK PPM Dr. H. Ari Anshori membuka sekaligus menjadi narasumber sesi pertama dengan tema Hakikat Muhammadiyah: Visi, Misi dan Strategi Perjuangan. Beliau juga memberi motivasi kepada para kader agar bersungguh-sungguh dan memperkuat perjuangan dalam rangka terangnya cahaya Islam dengan surga dan keridhaan Allah sebagai tujuan. Beliaupun menjelaskan PF adalah bentuk perkaderan terstruktur tapi tidak dengan kurikulum yang standar/baku namun fleksibel terlebih dalam kondisi pandemi. Berbeda dengan Baitul Arqam dan Darul Arqam yang lebih standar untuk meningkatkan keparipurnaan kader yang dapat dilaksanakan bila pandemi berakhir kelak. Beliaupun mengingatkan bahwa pentingnya sholat baik fardhu maupun nafilah seperti qiyamul lail sebagai dasar kekuatan perjuangan serta selalu mengikuti Rasulullah sebagaimana arti Muhammadiyah adalah pengikut Muhammad Rasulullah.
Sesi-sesi berikutnya juga diisi oleh narasumber dari MPK PPM. Dalam sesi kedua tanggal 13 Juni 2021, Drs. Husni Amriyanto Putra M.Si memberikan materi Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah. Secara garis besar beliau menekankan antara lain bahwa AD/ART itu adalah dasar dari Ideologi Muhammadiyah. AD/ART adalah jantungnya ideologi persyarikatan, yang perlu menjadi referensi keseharian berorganisasi termasuk peraturan-peraturan formal lainnya. Selain itu beliau menekankan perlunya melihat visi 2025 yaitu tumbuhnya kondisi dan faktor-faktor pendukung bagi perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Selanjutnya dalam sesi ketiga tanggal 20 Juni 2021 dijelaskan tentang Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM) oleh Ketua PP Nasyiatul ‘Aisyiyah 2008-2012 Abidah Muflihati, S.Th.i, M.Si. SPM dimaksudkan untuk membentuk kader yang paripurna dengan empat karakter profil yaitu keberagamaan, akademis-intelektual, keorganisasian-kepemimpinan, sosial-kemanusiaan dan kepeloporan. Keberagamaan dicerminkan dengan kemurnian aqidah, ikhlas, ketaatan beribadah, siddiq, amanah, fathonah dan berjiwa gerakan. Akademis-intelektual diwujudkan dalam bentuk tajdid/pembaharuan, istiqamah, etos belajar, dan moderat. Keorganisasian-kepemimpinan direalisasikan dengan partisipasi aktif, terbaik dalam posisi apapun, menjadi bagian persyarikatan, menjunjung tinggi ideologi Muhammadiyah, dan mengutamakan kepentingan Muhammadiyah. Sosial-kemanusiaan dan kepeloporan dilakukan dengan kesalehan dan kepedulian sosial, suka beramal, tabligh, inovatif dan berfikiran maju.
Dalam sesi keempat 27 Juni 2021, Ketua MPK PPM 2010-2015 Asep Purnama Bahtiar, S.Ag. M.Si. menyampaikan materi Kepemimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah dan Kaderisasi. Diantaranya beliau menyampaikan konsep pimpinan dan memimpinkan. Pimpinan itu tidak merujuk pada individu atau satu orang atau subjek tertentu tapi kepemimpinan kolektif kolegial, sekelompok orang yang diberi amanah untuk memimpin. Individu di dalamnya disebut anggota pimpinan. Lalu memimpinkan yaitu menjalankan program dan keputusan persyarikatan baik amanah muktamar, musyawarah maupun rapat serta mengkoordinasikan antar jenjang pimpinan. Kepemimpinan lebih sebagai proses sosial ketimbang kedudukan karena budaya dasar Muhammadiyah adalah kebersamaan, egalitarianism, kolektif kolegial dan primus inter pares (satu orang yang utama di antara anggota pimpinan lain yang setara). Dalam menjaga kesinambungan kepemimpinan maka kaderisasi diperlukan untuk menyiapkan siklus yang sehat untuk regenerasi dan estafeta kepemimpinan dengan daya dukung dari revitalisasi kader, transformasi kader, diversifikasi kader, dan kaderisasi yang intensif dan ekstensif.
Dalam sesi kelima 4 Juli 2021, Anggota MPK PPM dan Direktur Pesantren Mahasiswa Internasional KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Surakarta Muamaroh, PhD menyampaikan materi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM): Kehidupan Beroganisasi. Untuk kegiatan amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah menggunakan alat organisasi. Beliau menguraikan 16 poin PHIWM pada bagian kehidupan berorganisasi, yaitu bahwa warga dan pimpinan agar menjadikan organisasi persyarikatan gerakan da’wah Islam yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang kehidupan; menyempurnakan gerak dan langkah secara sidiq, amanah, tabligh dan fathanah; mengutamakan musyawarah; ghirah beramal; mau belajar; disiplin; menumbuhkan gairah keberagamaan dengan pengajian singkat; gemar dengan kajian; amanat dalam memimpin; tidak mengejar-ngejar jabatan dalam persyarikatan namun tidak menghindar bila diberi amanat sekaligus menunaikan sebaik-baiknya; menjauhkan diri dari fitnah dan perilaku tercela lainnya; mempererat ikatan imamah-jamaah untuk memperkuat jam’iyah; bersemangat tajdid; bertanggungjawab; menghindari taqlid, syirik, bid’ah, tahayul, khurafat; dan berakhlak serta mampu membina keluarga Islami.
Dalam sesi keenam 11 Juli 2021, Anggota MPK PPM Hazuarli, S.Ag. M.A. menyampaikan materi Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH). MKCH ini adalah amanat Muktamar ke-37 1968 di Yogyakarta dan diputuskan pada Tanwir 1969 di Ponorogo lalu disempurnakan pada Tanwir 1970 serta disesuaikan dengan amanat Muktamar ke-41 1985 di Surakarta. MKCH ini merupakan panduan ideologis yang memuat sistem, substansi ideologis dan pernyataan misi Muhammadiyah dalam kehidupan. MKCH menjelaskan bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia yang pengamalannya didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah duniawiyah. Muhammadiyah memiliki misi agar Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 menjadi negara yang adil, makmur, diridhoi Allah, baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur.
Dalam sesi ketujuh 18 Juli 2021, materi Khittah Perjuangan Muhammadiyah disampaikan oleh Wakil Rektor 1 Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Paryanto Rohma, S.Ag. MIP. Khittah adalah garis besar atau jalan perjuangan. Khittah merupakan seperangkat rumusan, teori, metode, sistem, strategi, dan taktik perjuangan Muhammadiyah. Khittah sebagai instrumen ideologis dalam membangun, mengukuhkan dan menjaga independensi Muhammadiyah. Khittah disusun sejak Muktamar Palembang 1956, Khittah Ponorogo 1969, Khittah Ujung Pandang 1971, Khittah Surabaya 1978, hingga Khittah Denpasar 2002. Khittah menjadi panduan dan rambu-rambu ideologis dalam menjalankan dan menjaga keberlangsungan amal Muhammadiyah karena amal cerminan dari iman. Khittah sebagai refleksi dan respon Muhammadiyah terhadap relasi agama dan negara, bahkan agama dan politik.
Dalam sesi kedelapan 25 Juli 2021, Anggota MPK PPM Dr. Untung Cahyono, M.Hum. menyampaikan materi Kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah disahkan pada Muktamar ke-35 1962 di Jakarta. Fungsi kepribadian Muhammadiyah sebagai landasan, pedoman, dan pegangan setiap gerak Muhammadiyah. Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid. Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar. Selanjutnya dalam pedoman amal usaha dan perjuang Muhammadiyah dijelaskan bahwa apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya harus berpedoman “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhoi Allah.” Selanjutnya dijelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifat yaitu: 1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; 2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah; 3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam; 4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; 5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah; 6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik; 7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam; 8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya; 9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT; 10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Gambaran Acara dan Peserta
Pendaftar acara ini adalah 69 orang. Dari jumlah tersebut peserta yang dapat mengikuti acara hingga akhir pekan ke-8 dengan tingkat kehadiran 100% sejumlah 26 orang (sekitar 38% dari pendaftar), tingkat kehadiran minimal 75% sejumlah 45 orang (sekitar 65% dari pendaftar), dan tingkat kehadiran minimal 50% sejumlah 52 orang (sekitar 75% dari pendaftar) dan sekitar 25% pendaftar memiliki tingkat kehadiran di bawah 50%. Hal ini patut disyukuri karena mayoritas pendaftar (sekitar 65%) dapat mengikuti acara dengan minimal 75% kehadiran (6 sesi) sebagai target PF kali ini. Memang tantangan bagi peserta adalah menjaga kehadiran mengingat acara dilaksanakan setiap pekan selama 8 pekan. Pilihan sepekan sekali inipun telah melalui survey pendahuluan preferensi di Jepang dan masukan dari tiap-tiap PCIM Korea, Taiwan, dan Tiongkok mengingat kesibukan aktifitas harian kader mahasiswa, mukimin dan ketatnya jam kerja para pekerja migran.
Dari kehadiran peserta tiap pekannya, materi Kepemimpinan, Sistem Perkaderan Muhammadiyah, MKCH dan Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah, adalah empat sesi dengan jumlah peserta terbanyak. Nampaknya peserta tertarik dengan topik-topik kepemimpinan, kaderisasi, dan ideologi. Tiga hal ini boleh jadi menjadi concern dan kebutuhan dari para kader untuk meningkatkan kinerja gerakan dalam internasionalisasi Muhammadiyah di PCIM masing-masing.
Demikian sekilas gambaran kegiatan Perkaderan Fungsional PCIM Se-Asia Timur 2021. Semoga ikhtisar materi ini dapat menjadi pengingat dan bahan penyegaran kemuhammadiyahan khususnya bagi peserta dan semoga gambaran acara juga dapat menjadi bekal perbaikan perkaderan PCIM di masa mendatang baik untuk regional Asia Timur maupun kawasan lainnya. Tiada gading yang tak retak. Atas segala kekurangan dalam pelaksanaan acara, panitia memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga ikhtisar ini bermanfaat.
Billahi fi sabilil haq fastabiqul khairat.
Tokyo, 29 Oktober 2021