Urgensi Meneladani Akhlak Nabi di Tengah Dekadensi Moral

TEGAL, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal menyelenggarakan Hari Ber-Muhammadiyah (HBM): Kuliah Dhuha. Acara ini diadakan di Slawi, lebih tepatnya di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kab. Tegal. Agenda ini merupakan kajian rutin bulanan Warga Muhammadiyah Kabupaten Tegal yang di masa pandemi sempat tergantikan dengan webinar via zoom. Namun, karena kurang efisiennya penyerapan konsep webinar, maka Muhammadiyah kembali mengadakan Kajian Bulanan Hari Bermuhammadiyah secara offline dan online (via Live Youtube) dengan tajuk “Meneladani Akhlak Rasulullah”. Narasumber HBM pada hari ini (31/10) adalah Ustadz Abdul Muin Malilang, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Pemalang.

Rentetan agenda ini dimulai dari pembukaan dan dilanjut dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Okky Jelang Ramadhan dan  pembacaan sari tilawah oleh Muhammad Alif Wica, santri Pondok Pesantren Ahmad Dahlan. Lalu dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, H. Arief Azman, SE. Beliau berpesan agar kiranya warga muhammadiyah khususnya Kabupaten Tegal terus berusaha untuk memperbaiki akhlak mencontoh Rasulullah saw. ditengah zaman dekadensi moral ini.

Dilanjutkan dengan acara inti yang diisi oleh Ustadz Abdul Muin Malilang (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pemalang). Beliau menuturkan hadits:

 إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلُحَتْ، صَلُحَ جَسَدُ كُلُّهَ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ جَسَدُ كُلُّهُ أَلَا َوَهِيَ قَلْبٌ”

“Sesungguhnya disetiap jasad itu ada segumpal daging, jika daging itu baik, maka baik seluruh jasadnya dan jika daging itu rusak, maka rusaknlah seluruh jasadnya. Ketahuilah, daging itu adalah hati.”, tutur Ustadz Muin.

Pada akhlak itu berdasarkan pada hati. Dan Beliau membagi tajuk pada pagi hari ini menjadi tiga poin utama. Yaitu, hati yang sehat, hati yang sakit, dan hati yang mati. Hati yang sehat adalah hati yang suci dan bebas dari rasa syirik. Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang berpenyakit iri, dengki, dan mengeras seperti batu. Dan hati yang mati adalah hati yang gelap dan tidak dapat menerima hidayah dari Allah. Sedangkan menurut Buya Hamka, Manusia dengan hati yang mati adalah tengkorak yang berjalan.

Sebagai penutup, beliau mewejangi para hadirin dengan kunci diterimanya doa. Yaitu menjaga makan dengan makanan halal dan menjuhi hal syubhat. Beliau juga mengingatkan kita dengan salah satu hadits Nabi tentang seorang pemuda yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu berdoa. Namun doanya tertolak karena makanannya haram, pakaiannya haram dan menafkahi keluarga dengan uang yang haram.

(Astyra Gita Kinanti, Ashimah Yumna Faiz, Efti Puji Lestari: Jurnalis Darwisy Forum Santri Cendikia Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab.Tegal, Fotografer: Arsy Sekar K)

Exit mobile version