Menjadi Guru dan Murid Sesuai Pesan Kyai Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah mengadakan podcast dialog dakwah budaya dengan mengangkat tema “Belajar Dari Kyai dan Nyai Ahmad Dahlan” pada Senin (01/11) secara virtual melalui chanel youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah. Acara tersebut menghadirkan Widyastuti, S.S., M.Hum selaku Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan PP’Aisyiyah sebagai narasumber.

Widyastuti, S.S., M.Hum dalam sambutannya menyampaikan bahwa di era digital sekarang ini kita pasti selalu mendengar adanya narasi positif untuk supaya kita mampu melakukan banyak hal dan menyebarkan kata-kata yang menyejukan. Dari Kyai maupun Nyai adalah dua orang yang bisa memadukan itu dari sisi aksi beliau yang sangat luar biasa melampui zamannya.

“Nyai Ahmad Dahlan ini adalah perempuan Kauman asli dengan segala tradisi yang dipegangnya, beliau tidak banyak berinteraksi dengan siapapun tetapi pemikirannya sangat luar biasa dan juga dikagumi oleh banyak orang. Karena bagaimana mungkin seorang yang tidak pernah berinteraksi dengan orang luar tetapi beliau mempunyai pemikiran dengan mencerdaskan perempuan pribumi yang memang pada waktu itu punya banyak keterbatasan,” ungkap cicit KH Ahmad Dahlan tersebut.

Menurut Widyastuti, S.S., M.Hum bahwa beliau berdua memang orang yang sangat ahli, pandai, cerdas, bahkan pintar merangkai kata-kata dan ternyata setelah satu abad kata-kata itu menjadi suatu motivasi yang luar biasa dan masih sangat relevan pada zaman sekarang.

“Ketika kita mencoba mempelajari dan melihat kata-kata beliau dengan apa yang disampaikan oleh beliau hal itu sebenarnya menggambarkan kepribadian Muhammadiyah dan menggambarkan apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah termasuk ‘Aisyiyah,” ujarnya.

Widyastuti, S.S., M.Hum mengatakan bahwa Kyai dan Nyai Ahmad Dahlan pun pernah berpesan  jadilah guru sekaligus jadilah murid yang artinya setiap orang harus bisa menjadi guru dengan menyebarkan ilmu yang dimilikinya sekaligus menjadi murid dengan menggunakan seluruh hidupnya untuk belajar.

“Ada pesan dan narasi Muhammadiyah yang sudah dikembangkan pada satu abad yang lalu namun masih relevan sampai sekarang yaitu Muhammadiyah iku dijiwit dadi kulit, dicetot dadi otot yang artinya ketika Muhammadiyah dipukul justru akan menjadi kuat. Meskipun adanya pukulan yang terjadi, issue, goncangan, suara yang tidak enak bagi Muhammadiyah, fitnah dan sebagainya tidak akan pernah merobohkan Muhammadiyah, tidak akan pernah meruntuh serta tidak akan pernah melemahkan karena justru menjadi kekuatan untuk Muhammadiyah,” tuturnya.

“Pada waktu satu abad yang lalu Kyai dan Nyai mengatakan bahwa Muhammadiyah memang akan menjadi sebuah organisasi yang tidak mudah, tetapi ia punya kekuatan dan nilai-nilai yang  sudah ditanamkan sejak awal oleh pendirinya yaitu Kyai Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan. Sehingga kemudian ketika pondasi itu sudah kuat dibangun, maka kita tidak akan mudah di goyahkan karena pondasi kita adalah Kyai dan Nyai dan keduanya pun sudah memberikan nilai-nilai organiasai yang universal,” jelasnya. (iza)

Exit mobile version