Rektor UMY dan UII Berbagi Kebijakan di Era Pandemi Covid-19

Rektor UMY dan UII Berbagi Kebijakan di Era Pandemi Covid-19

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah menyelenggarakan Dialog Kepemimpinan bertajuk “Kepemimpinan Perguruan Tinggi di Masa Krisis: Pengalaman UII dan UMY” secara daring pada (03/11/2021) bersama narasumber Prof. Dr. Fathul Wahid Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) dan Dr. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Fathul Wahid menyampaikan materi mengenai kepemimpinan dalam situasi krisis berdasar pengalaman memimpin di UII, kampus yang memiliki 49 Program Studi, dan serta memiliki 5 lokasi kampus tersebar di Yogyakarta.

Ia menjelaskan pengalamannya menjadi tiga bagian yakni dari perspektif, ilustrasi, dan metode pembelajaran. Berangkat dari tahun 2018-2019 ketika Fathul diamanahi menjadi Rektor UII, kemudian ia membangun dengan cara strategis yang terinspirasi oleh surah Ibrahim ayat 24-25. Ia menafsirkan menjadi tiga hal yaitu tentang bagaimana membangun Universitas itu seakan-akan akarnya kuat, cabangnya menjulang, serta menghasilkan buah sepanjang masa.

Itulah bingkai yang Fathul dan jajaranya lakukan dalam membangun UII, yang kemudian dirumuskan dalam rencana strategis. Mengangkat tema Digitalisasi Universitas, dari tema tersebut dijabarkan ke dalam tiga tujuan strategis yakni penguatan nilai dalam keislaman dan pengembangan kapasitas internal, menjulangkan inovasi berkelanjutan untuk membangun rekognisi Internasional, dan melebatkan manfaat melalui perluasan jangkauan jejaring dan peningkatan dampak.

‘’Dengan tema sederhana yang kami buat, harapannya menjadi perbincangan sehari-hari. Karenakan rencana strategis itu harusnya menjadi perbincangan sehari-hari, sehingga tiga tujuan strategis ini menjadi bagian kebiasaan,’’ ujarnya.

Kemudian pada masa pandemi 2020-2022 dimana rencana strategis UII memprioritaskan keselamatan jiwa, keberlangsungan akademik kemudian baru kualitas akademik dan keberlangsungan organisasi. ‘’Prinsip desain yang kami bangun ada lima yaitu mengutamakan keselamatan jiwa, menjamin keberlangsungan roda organisasi, menjalankan proses bisnis berbantuan teknologi, mengutamakan efektivitas dibandingkan kesempurnaan, dan menghindari mafsadah didahulukan daripada mendapat manfaat,’’ tutur Fathul.

Sementara Gunawan selama pandemi Covid-19 menyampaikan kekhawatirannya mengenai alih fungsi kampus yang berubah menjadi museum. Modus kebijakan dan strategi yang diambil oleh UMY yaitu target utamanya menjaga keberlangsungan kampus agar tetap menjadi kebanggaan Muhammadiyah dan tumpuan masa depan dari 4.000 nyawa (dosen, tendik, dan staff) melalui penerapan kebijakan dan strategi adaptasi dalam lima bidang utama meliputi bidang akademik, SDM, keuangan dan aset, kemahasiswaan dan alumni, serta kerjasama dan internasionalisasi.

Kemudian kekhawatiran terhadap mahasiswa dalam hilangnya Trust kepada kampusnya, seperti meminta potongan SPP 50 persen, dan lainnya. Sehingga UMY mencoba memperlakukan mahasiswa sebagaimana mengasihi anak sendiri sebab dosen dan mahasiswa sama-sama penting.  Selanjutnya mengenai kuliah Work of Home (WFH) dan work of office (WFO) tidak membiarkan berkembang karena menurutnya itu merugikan. ‘’ Kita pada 20-23 April 2020 melakukan konsolidasi maraton dan akhirnya kita ambil pilihan WFO dan kami monitor agar terkendali,’’ ujar Gunawan.

Gunawan menyampaikan kesepakatan bersama para pimpinan bahwa UMY telah mengadakan  aktivitas kampus yang menurutnya harus tetap berjalan dengan penerapan protokol kesehatan prima, terus bergerak untuk mengejar posisi dan pasar yang lebih baik. Dengan melaksanakan koordinasi dengan otoritas pemerintah serta satgas Covid dari tingkatan provinsi-kelurahan, tokoh masyarakat sekitar kampus dan MCCC. Rektor UMY ini juga melakukan pertemuan dengan istilah Rektor Menyapa yang dilakukan terhadap orang tua/wali mahasiswa, mahasiswa, serta dosen. (guf)

Exit mobile version