Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth., saya (26 tahun) calon ibu dari buah hati yang masih dalam kandungan. Do’akan lahir dengan selamat dan sempurna ya, Bu. (emmy: Aamiin ya Rabb). Waktu duduk di SMA dan kuliah saya tinggal di rumah kakak dan ikut mengasuh anak-anak kakak, ada pembantunya sih. Melihat perkembangan mereka saya agak miris, kok tidak mandiri ya. Apa-apa minta dibantu. Sementara kalau saya melihat anak tetangga saya (sekarang saya sudah menikah dan tinggal beda kota dengan kakak) mereka mandiri sekali. Usianya baru 8 tahun dan 5 tahun. Tapi sudah bisa melakukan terutama yang berkaitan dengan kebutuhannya sendiri mereka kerjakan sendiri. Seperti yang saya lihat ambil makan, makan, ambil, memakai dan melepas baju, merapikan mainan, mandi, cebok dan lain-lain.
Saya juga ingin kelak mendidik anak saya agar bisa mandiri. Yang ingin saya tanyakan apa saja yang nanti harus saya tanamkan pada anak saya dan cara yang tepat bagaimana? Jazakumullah atas jawabannya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Bu Neni, di Solo
Wa’alaiumsalam wr wb.
Bu Neni yth., memang orang tua sebaiknya memberi bekal kecakapan hidup atau basic life skill sejak dini. Kecakapan/terampilan hidup ini tidak dimiliki anak secara alami. Bila anak memilikinya akan membantu dalam memutuskan apa yang harus dilakukan saat menghadapi situasi sehari-hari, bagaimana ia mengambil keputusan mengenai hal-hal abstrak atau pilihan yang bersifat jangka panjang.
Ada banyak manfaat yang bisa didapat anak bila kecakapan hidup ini ditanamkan sejak dini. Di antaranya, membantu anak mengembangkan kebiasaan baik, memberi ia “kehidupan nyata” sehari-hari, memberi kesempatan berlatih ketrampilan motorik halus dan kasar, dan mengajarkan ia akan tanggung jawab. Dengan mengajarkan anak melakukan hal-hal untuk diri sendiri akan menjadikan ia mandiri dan melatih ketrampilan memecahkan masalah sebagai persiapan kehidupannya kelak. Ketrampilan hidup juga dapat digunakan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Selain itu dapat meningkatkan anak sesuai perkembangan usianya, meningkatkan rasa percaya diri, berkomunikasi dengan baik serta memperkuat hubungan anak dan orang tua.
Saat pertama kali anak belajar kecakapan hidup ada yang berhasil ada yang gagal. Kegagalan tersebut akan mengajarkan anak untuk bangkit dan mencoba lagi dengan lebih baik di lain kesempatan. Anak juga belajar memaknai hidup. Misalnya, pada saat anak belajar merapikan mainannya, ia belajar untuk mengerti posisi dan rasa memiliki. Selain itu belajar mengenai bagaimana menghargai diri sendiri dengan cara menjaga dan merawat barang-barang miliknya.
Ketika melatih kecakapan hidup anak yang penting orang tua memberi anak waktu, ruang dan kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan atau ide barunya. Kemudian arahkan anak untuk memahami keterampilandan disiplin yang harus diketahui. Selain itu beritahu anak bahwa tujuan memiliki keterapilan itu agar ia sukses bergaul dan diterima lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua saat mengajarkan ketrampilan hidup pada anak:
- Perhatikan usia anak. Ajarkan kecakapan hidup sesuai usia anak. Misal, anak usia 4 tahun tidak sesuai diajari pergi ke toko dan belanja sendiri.
- Berikan kesempatan anak untuk bereksplorasi sendiri. Tanamkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu melakukannya.
- Ajarkan dengan cara menyenangkan sehingga ia bisa menikmati proses belajarnya.
- Ketika ia belajar pertama kali dan gagal, beri motivasi agar mau mencoba lagi.
- Biarkan anak mencoba hal-hal baru sepanjang tidak membahayaan.
- Biarkan anak melakukan sendiri dan jangan ambil alih meski ia lama menyelesaikan tugasnya.
- Beri pujian bila anak berhasil dan hindari membiasakan anak melakukan sesuatu karena dijanjikan sesuatu.
- Hindari mematahkan semangat anak etika ia mencoba hal baru. Misal, “Gara-gara kamu rumah mama jadi berantakan.” Atau “Sini, ibu saja yang ngerjakan.”
- Hindari membandingkan anak dengan anak lain, karena setiap anak unik.
Semoga hal-hal di atas bisa membantu bu Neni dalam memberi ketrampilan hidup pada anak ibu nanti. Aamiin.
Sumber : Majalah SM Edisi 03 Tahun 2020
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, Spsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.