Siapa dan Apa Jasa 22 Pahlawan Nasional Muhammadiyah

109 Tahun Muhammadiyah

Siapa dan Apa Jasa 22 Pahlawan Nasional Muhammadiyah untuk Bangsa

Sebagai bagian dari warga negara Indonesia yang bersatu, siapapun tidak boleh mengklaim diri atau kelompoknya sebagai pihak yang paling berjasa dalam proses pembentukan negara ini. Apalagi kalau klaim itu dijadikan alasan untuk menguasai bagian dari negara ini guna kepentingan kelompoknya sendiri.

Selama 109 tahun keberadaannya, jasa Muhammadiyah  dan para kadernya terhadap bangsa ini mungkin masih belum seberapa. Walau begitu, karena kontibusinya kepada negeri ini, setidaknya ada 22 kader Muhammadiyah yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.

Di antara kader Muhammadiyah yang mendapat gelar pahlawan nasional itu adalah:

1. KH Ahmad Dahlan

Pendiri Persyarikatan Muhammadiyah ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 27 Desember 1961 dalam SK nomor 657 tahun 1961. Sejak masa awal berdiri hingga sekarang, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang istiqomah dalam memajukan kehidupan masyarakat melalui pendidikan, sosial, maupun pelayanan kesehatan.

Semua pelayanan itu diberikan ke seluruh lapisan masyarat tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupu golongan. Pribumi maupun non pribumi yang datang ke Muhammadiyah semua diberi pelayanan yang sama.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/11/03/respon-pers-asing-terhadap-klinik-muhammadiyah-malang-tahun-1927/.

Data pahlawan nasional Kementerian Sosial menyebut Kiai Dahlan memilih lapangan sosial dan pendidikan sebagai medan bakti. Ahmad Dahlan juga terkenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Sebelum mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan aktif di organisasi yang berdasarkan nasionalisme Budi Utomo juga berkecimpung di Sarikat Islam.

https://direktoratk2krs.kemsos.go.id/datapahlawan

Dari kiprah dan pengabdiannya, Kiai Dahlan dikategorikan sebagai pelopor kebangkitan dan kesadaran rakyat yang menyadari nasib dirinya sebagai  bangsa terjajah dan tertinggal dalam berbagai hal.

2. Agus Salim

Diplomat yang menguasai banyak bahasa ini adalah Ketua Syarikat Islam setelah HOS Tjokroaminoto. Jelang kemerdekaan Agus Salim menjadi anggota BPUPKI dan anggota Panitia Sembilan. Sejak awal kemerdekaan Agus Salim aktif dalam bidang diplomasi sebagai Menteri Luar Negeri.

https://historia.id/histeria/articles/haji-agus-salim-diplomat-yang-melarat

Diplomat cerdas berjenggot khas ini, dikenal sebagai anggota Muhammadiyah. Pada zaman kepemimpinan Kiai Dahlan, dalam suatu forum Agus Salim mengusulkan agar Muhammadiyah mengubah dirinya menjadi Partai Politik. Usul itu ditolak oleh Kiai Dahlan.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2018/11/18/jawaban-kiai-dahlan-ketika-agus-salim-bicara-politik-di-muhammadiyah/

Agus Salim dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 657 Tahun 1961 bertanggal 27 Desember 1961.

 

3. Dokter Soetomo

Jamak diketahui kalau nama Dokter Soetomo tidak dipisahkan dengan Perkumpulan Budi Utomo yang dirintisnya. Di balik itu pengetahuan umum itu, Dokter Sutomo juga akrab dengan Ketua Umum PB Muhammadiyah, Mas Mansyur.

dr-soetomo-tokoh-nasionalis-yang-bangga-menjadi-bagian-muhammadiyah

Bahkan, sejak tahun 1925 hingga akhir hayatnya Dokter Sutomo tercatat sebagai medisch adviseur (penasehat urusan kesehatan) Muhammadiyah. Tokoh yang namanya tidak dapat dipisahkan dari proses pendirian RS PKU Muhammadiyah Surabaya ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 657 Tahun 1961 bertanggal 27 Desember 1961.

4. H Djuanda Kartawijaya

Kesempurnaa kedaulatan wilayah NKRI adalah jasa Djuanda lewat apa yang dikenal dengan deklarasi Djuanda (1957). Deklarasi yang mengubah hukum laut internasional sekaligus mengutuhkan kedaulatan NKRI. Berkat deklarasi  Djuanda, seluruh wilayah NKRI menjadi bulat dan utuh dalam satu kesatuan wilayah NKRI.  Wilayah NKRI tidak lagi terpisahkan perairan international.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2018/12/08/djuanda-dan-kedaulatan-maritim/

Guru Sekolah Muhammadiyah yang sangat mencintai Muhammadiyah ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK bertanggal 29 November 1963, nomor 244 Tahun 1963

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/01/14/djuanda-lebih-memilih-muhammadiyah/

5. KH Mas Mansyur

Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah (1937-1942) ini merupakan Pemrakarsa berdirinya Partai Islam Indonesia (bersama Dr Sukiman Wiryasanjaya). Di masa pergerakan kemerdekaan, Mas Mansyur dikenal sebagai salah satu dari tokoh empat serangkai tokoh nasional yang sangat diperhitungkan. Tiga tokoh lain anggota empat serangkai yang melegenda itu adalah: Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/14/150000069/empat-serangkai-tokoh-sejarah-terbentuk-dan-kiprahnya.

Di Muhammadiyah, Mas Mansyur dikenang sebagai tokoh yang menekankan disiplin organisasi dan pelopor gerakan tepat waktu. Karena PB Muhammadiyah telah memiliki kantor tersendiri juga perlengkapannya, maka segala urusan Muhammadiyah harus diselesaikan di kantor Muhammadiyah, bukan di rumah pribadi pengurus. Demikian juga ketika suatu acara sudah terlambat dimulai lebih dari dua puluh menit, maka acara itu lebih baik dibubarkan dan harus diagendakan ulang di waktu yang lain.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/01/06/upaya-muhammadiyah-mengangkat-martabat-umat/

Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Pertama ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK nomor 162 Tahun 1964 bertanggal 26 Juni 1964.

 

6. H Fakhrudin

Pahlawan Nasioal yang dikukuhkan lewat SK tanggal 26 Juni 1964 nomor 162 Tahun 1964 ini merupakan Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah yang pertama. Majalah Suara Muhammadiyah sendiri terbit pertama kali pada bulan Agustus tahun 1915 (Syawal 1333H). Fakhrudin juga dikenal sebagai perintis berdirinya Badan Penolong Haji Indonesia. Sekaligus perunding dalam Negosiasi untuk Perlindungan Jamaah Haji dari Indonesia.

https://www.republika.co.id/berita/numamq1/kh-fakhruddin-perintis-badan-penolong-haji-indonesia

Di dunia pergerakan rakyat, murid Kiai Dahlan juga sering memimpin pemogokan kaum buruh, oleh karenanya Fakhrudin juga dikenal sebagai Si Raja Mogok.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2021/02/10/kiprah-muhammadyah-turut-menandai-hari-pers-nasional/

 

7. Jenderal Sudirman

Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Pertama ini adalah kader sejati Muhammadiyah, tergembleng lewat Kepanduan Hizbul Wathan. Panglima Perang yang sulit diajak berkompromi ini juga Guru dan Kepala Sekolah Hollandsch-Inlansche School (HIS) Muhammadiyah Cilacap. Juga tercatat sebagai Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Karesidenan Banyumas.

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Namun, pada saat para pemimpin politik nasional berlindung di Kraton Kasultanan Yogyakarta. Sudirman beserta sekelompok kecil tentara, memilih hengkang ke luar kota, ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya. Perlawanan ini merupakan perlawanan paling bersejarah yang tercatat dalam masa perang pasca proklamasi 1945.

Kader Pandu HW ini dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional melalui SK nomor 314 Tahun 1964 bertangga 10 November 1964.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2017/02/27/jenderal-sudirman-bapak-tni-kader-muhammadiyah/

8. Siti Walidah

Tokoh kelahiran Kauman Yogyakarta tahun 1872 ini merupakan istri Kiai Ahmad Dahlan. Meski tidak menjadi ketua yang pertama, Siti Walidah merupakan perintis dan pendiri Aisyiah. Suatu organisasi perempuan Islam berkemajuan yang aktif dalam aneka program pembebasan kaum perempuan dari berbagai belenggu kebodohan.

Data pahlawan nasional Kementerian Sosial menyebut Siti Walidah sebagai pemrakarsa perkumpulan Sopo Tresno (1914) yang mementingkan 3 bidang yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial. Sopo Tresno ini kemudian melebur menjadi Aisyiyah. Bagian wanita dari Persyarikatan Muhammadiyah. Aisyiyah terus berkembang dengan berbagai aksi sosial  lewat badan-badan yatim-piatu, fakir miskin, pemberantasan buta huruf dan sebagainya. Saat ini Aisyiyah sudah mempunyai 3 Perguruan Tinggi dan beberapa Rumah Sakit.

Siti Walidah banyak menginspirasi dan menyadarkan kaum perempuan agar terus menuntut ilmu dan berbuat lebih banyak untuk sesama. Kodrat diri sebagai perempuan tidak boleh menjadi penghalang untuk berbakti kepada sesama. Siti Walidah biasa memberikan ceramah ke berbagai daerah yang jauh dari kediamannya di Yogyakarta.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2016/01/21/siti-walidah-perintis-namun-bukan-ketua-pertama-aisyiyah/

Siti Walidah ditetapkan sebagai pahlawan nasional sepuluh tahun setelah Kiai Dahlan ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Yaitu lewat SK nomor 042 / TK / 1971 yang bertarikh 22 September 1971.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2016/01/18/mengenal-siti-bariyah-ketua-pimpinan-pusat-aisyiyah-pertama/

9. Otto Iskandardinata

Pejuang Kemerdekaan Indonesia ini tercatat sebagai Anggota BPUPKI dan Sekretaris PPKI serta Menteri Negara membantu membentuk BKR. Pada tahun 1930 saat menjadi anggota Volksraad, Otto Iskandardinata mendapat julukan sebagai “Sijalak Harupat” karena keberaniannya.

Otto Iskandar tercatat sebagai anggota PPKI yang mengusulkan agar Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden dalam sidang 18 Agustus 1945.

http://repository.uinbanten.ac.id/4282/5/02%20-%20BAB%20II.pdf

Jagoan dari Bojongsoang Bandung yang juga Guru HIS Muhammadiyah Jakarta ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 088 / TK / 1973 bertanggal 6 November 1973

 

10. Soekarno

Presiden Pertama sekaligus Proklamator Kemerdekaan Indonesia ini merupakan Ketua Bagian Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu, sekaligus Guru Sekolah Muhammadiyah di bumi raflesia tersebut. Saat di Bengkulu Soekarno juga memberikan pembekalan kepada warga Muhammadiyah dalam menghadapi serangan udara Jepang.

Soekarno ditetapkan sebagai pahlawan  nasional melalui SK tanggal; 23 Oktober 1981 bernomor 081/TK/1986.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/06/06/oey-tjeng-hien-soekarno-bengkulu-dan-muhammadiyah/

 

11. Adam Malik

Wakil Presiden RI Ketiga ini mengawali karir perjuangannya sebagai anggota Kepanduan Hizbul Wathan di Pematang Siantar. Pada tanggal 13 Desember 1937, Adam Malik bersama Pandu Kartawiguna dan kawan-kawan mendirikan Lembaga Kantor Berita “Antara”.

Pada tahun 1962, nama Adam Malik mendapat sorotan karena peran menonjolnya dalam proses perundingan Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat. Adam Malik juga pernah menjadi Ketua Sidang Umum PBB ke 26 Tahun 1971-1972. Ketika menjadi Menteri Luar Negeri, Adam Malik dikenal sebagai pembawa politik luar negeri “Bebas Aktif”.

https://www.antaranews.com/berita/1038036/jurnalis-sekaligus-diplomat-dan-politisi-ulung-itu-bernama-adam-malik

Putra dari Pematang Siantar ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 107 / TK / 1998 bertanggal 6 November 1998.

 

12. Fatmawati

Ibu Negara Indonesia Pertama ini merupakan aktivis Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang dikenal sebagai penjahit Bendera Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera yang dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, tanggal 17 Agustus 1945. Konon saat menjahit bendera ini, Fatmawati sambil menyenandungkan lagu-lagu Aisyiyah. Fatmawati juga dikenang sebagai qoriah yang biasa melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an saat peringatan hari besar Islam di Istana.

Pada 1951, Fatmawati tercatat sebagai tokoh yang paling gigih memperjuangkan   agar   dokumen,   barang dan arsip pemerintah RI yang dirampas oleh Belanda antara tahun 1945-1950 di Jakarta dan Yogyakarta dapat dikembalikan ke Indonesia.

Putri Sekretaris Muhammadiyah Bengkulu, Hassan Din, ini  Dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK Nomor 118 / TK / 2000, bertanggal 4 November 2000.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/08/17/fatmawati-kreator-sang-saka-merah-putih-dari-muhammadiyah/

13. Nani Wartabone

Pejuang Kemerdekaan Indonesia ini memulai perjuangan sejak tahun 1923 ketika mendirikan dan menjadi Sekretaris “Jong Gorontalo” di Surabaya. Pada bulan Juli 1931 saat memimpin rapat PNI Nani Wartabone melawan pihak kolonial yang ingin membubarkan rapat tersebut dengan mendemontrasikan lagu “Indonesia Raya”. Pada 1941 ia membentuk organisasi rahasia Komite 12 untuk menghadapi perang Pasifik.

Tahun 1943 Nani Wartabone ditangkap dengan tuduhan menyiapkan pemberontakan dan dibebaskan setelah jatuhnya PM Tojo. Pada 16 Agustus setelah Jepang menyerahkan pemerintahan kepadanya ia mengadakan upacara kenaikan kembali “Sang Saka Merah Putih”. Pada 28 Agustus 1945 ia berhasil menguasai Telekomunikasi Radio Jepang, dan membentuk Dewan Nasional. Tahun 1958 ia memimpin penumpasan terhadap pemberontak Permesta di Gorontalo.

https://www.liputan6.com/news/read/3877256/nani-wartanobe-dan-proklamasi-kemerdekaan-23-januari-1942

Kepala pemerintahan di Gorontalo, Kepala Daerah Sulawesi Utara, Anggota MPRS, Anggota DPRGR, Anggota Dewan Perancang Nasional, dan Anggota DPA ini tercatat bersama-sama dengan Imam A Nadjamuddin merintis pendirian Grup Muhammadiyah Suwawa.

https://hulondalo.id/lahirnya-muhammadiyah-gorontalo-imbas-politik-etis-kolonial/

Nani Wartabone ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 085 / TK / 2003 bertanggal 6 November 2003.

14. Gatot Mangkupraja

Nama anggota laskar Hizbullah ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah pembentukan Tentara Sukarela Pembela Tanah air (PETA). Gatot Mangkupraja bersama Natsir, Muhammad Hatta, Ahmad Soebardjo, dan semaun juga pernah mengikuti Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonialisme yang diselenggarakan di Brussel, Belgia.

Pada masa pergelokan Gatot Mangkupraja ditangkap  dan adili oleh pemerintah Kolonial Belanda bersama Soekarno, Maskoen Soemadiredja, dan Soepriadinata yang kemudian terkenal dengan peristiwa Indonesia menggugat.

https://arsip-interaktif.kompas.id/pahlawan_muhammadiyah

Putra dari Saleh Makupraja (dokter pertama di Sumedang) yang pernah diamanati sebagai Pimpinan Muhammadiyah di Cianjur ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 089 / TK / 2004 bertanggal 5 November 2004.

 

15. Andi Sulthan Daeng Radja

Bagi masyarakat Bulukumba, nama ini pasti sangat akrab di dengar apalagi di masa pandemi seperti tahun tahun 2021 ini. Namun, ini tidak sekedar nama Rumah Sakit Daerah, pemilik nama ini merupakan pelaku sejarah sumpah pemuda 28 Oktober. Putra Bulukumba ini adalah salah satu peserta kongres pemuda di tahun 1928 yang membuahkan Sumpah Pemuda yang masyhur tersebut.

Menjelang proklamasi kemerdekaan RI, Sultan Daeng Radja bersama Ratulangi dan Andi Pangerang Pettarani ditunjuk sebagai wakil dari Sulawesi Selatan mengikuti rapat panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta.

Untuk mengamankan dan membela Indonesia Sultan Daeng Radja mengusulkan pembentukan Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah mengumpulkan pemuda untuk mengamankan dan membela kemerdekaan Indonesia.

https://radarselatan.co.id/2020/11/11/mengenang-andi-sultan-daeng-radja-pahlawan-nasional-dari-bulukumba/

Andi Sulthan Daeng Radja juga dikenang sebagai aktivis Muhammadiyah dan sering disebut-sebut sebagai pendiri masjid di Ponre yang pada zamannya dikenal sebagai masjid terbesar di Sulawesi Selatan.

Tokoh yang menyampaikan kabar kemerdekaan RI kepada rakyat Bulukumba dan pernah dibuang tentara NICA ke Manado hingga 8 Januri 1950 ini, dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui sk No. 085/TK/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006.

16. Teuku H. Moehammad Hasan

Bagi masyarakat Sumatra, nama ini dikenang sebagai gubernur Sumatera pertama dan satu-satunya.  Ketika masa depan kedaulatan RI dalam masa kritis Moehammad Hasan ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan merangkap sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri.

Anggota PPKI ini juga dikenang sebagai motor penggerak dan pelopor pendirian cabang-cabang Muhammadiyah serta ortom-ortomnya di wilayah Aceh.

https://tirto.id/teuku-muhammad-hasan-gubernur-sumatra-pertama-dan-satu-satunya-cmbr

Wakil Pemimpin Besar Bangsa Indonesia untuk wilayah Sumatera, ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 085 / TK / 2006, tanggal 3 November 2006.

17. Hamka (H Abdul Malik Karim Amrullah)

Ketua Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Hamka juga dikenal sebagai sastrawan, aktivis politik, sekaligus Ulama yang disegani. Hamka tercatat sebagai orang Indonesia kedua (setelah Presiden  Soekarno) yang menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar.

Di Muhammadiyah Hamka tercatat sebagai Ketua Muhammadiyah Padang Panjang, Konsul Muhamadiyah Makassar dan penasehat PP Muhammadiyah. Nama Hamka juga diabadikan sebagai nama Perguruan Tinggi Muhamadiyah di Jakarta.

Penulis  novel tenggelamnya kapal Vanderwijk ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK nomor 113 / TK / Tahun 2011 bertanggal 7 November 2011.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2019/11/16/hamka-pada-milad-muhammadiyah/

18. Ki Bagus Hadikusumo

Ketua Umum PB Muhamamdiyah yang mengantikan Mas Masur ini merupakan tokoh kunci tercapainya kesepakatan besar penyelamatan negara. Yaitu kompromi penghapusan 7 Kata Piagam Jakarta.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2018/10/22/jejak-kebangsaan-kaum-islam-modernis/

Perumus redaksi sila pertama pancasila ini dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional melalui SK nomor 116 / TK / Tahun 2015  tanggal 4 November 2015

https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/02/23/ki-bagus-hadikusumo-ketua-pb-muhammadiyah-sekaligus-penyusun-muqaddimah-uud-1945/

 

19. Lafran Pane

Pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan santri di Pesantren Muhammadiyah Sipirok juga siswa di HIS Muhammadiyah dan MULO Muhammadiyah. Ayah Lafran Pane merupakan pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Lafran Pane membawa HMI sebagai pendukung ideologi Pancasila yang menolak gagasan pembentukan Negara Islam yang digagas Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

https://nasional.tempo.co/read/1032174/lafran-pane-pahlawan-nasional-yang-berjasa-bukan-di-medan-perang/full&view=ok

Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta dan juga pejuang kemerdekaan dalam Barisan Pemuda Gerindo dan Indonesia Muda  ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 115 / TK / Tahun 2017, tanggal 6 November 2017.

20. Abdurahman Baswedan

Tokoh peranakan Arab ini tercatat sudah menjadi Muballigh Muhammadiyah sejak Mas Mansur menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. AR Baswedan (demikian tokoh ini biasa disebut) sering diminta Mas Mansur untuk mengisi ceramah-ceramah di acara Muhammadiyah. AR Baswedan juga tercatat menjadi pengasuh Kolom di harian Mercusuar, Surat kabar Umum Milik Muhammadiyah.

Anggota BPUPKI ini merupakan inisiator Kongres Peranakan Arab pada tahun 1943 kemudian memimpin Partai Arab Indonesia PAI, Ia juga anggota dalam misi diplomasi RI ke negara Arab dan Mesir. Setelah Proklamasi 1945, Abdurrahman bergabung ke dalam Partai Masyumi, menjadi Menteri Muda Penerangan Kabinet Sjahrir kedua, dan juga mewakili Masyumi dalam parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.

Dalam album foto Muhammadiyah, ada beberapa nama dari keluarga Baswedan yang gambarnya terekam di sana.

https://tirto.id/bagaimana-abdurrahman-baswedan-membela-tionghoa-c9Ug

Kakek dari Gubernur DKI, Anies Baswedan ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK nomor 123/TK/Tahun 2018 bertanggal 6 November 2018.

 

21. Kasman Singodimejo

Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat: cikal bakal DPR RI) ini merupakan pelopor pembentukan Tentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI juga Pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada masa perumusan dasar negara, Ketua Wakil Ketua PP Muhammadiyah ini menjadi tokoh kunci Kesepakatan perubahan Sila Pertama Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa (YME).

https://web.suaramuhammadiyah.id/2021/11/10/karena-kasman-negara-ini-tidak-jadi-bubar/

Tokoh yang pernah menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 123/TK/Tahun 2018, tanggal 6 November 2018.

 

22. Abdul Kahar Mudzakkir

Rektor pertama Universitas Islam Indonesia ini merupakan salah satu dari sembilan orang anggota panitia kecil yang menentukan dasar negara Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan Abdul Kahar Mudzakkir aktif untuk menggalang dukungan dunia luar untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Salah satu keberhasilan adalah pengakuan dari Mesir pada 18 November 1946.

https://web.suaramuhammadiyah.id/2018/11/09/mr-kasman-dan-prof-kahar-muzakir/

Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1942 – 1962 ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 120/TK/2019, tanggal 7 November 2019. (isma)

Exit mobile version