TAIWAN, Suara Muhammadiyah – Hidup di tengah keterbatasan ekonomi bukanlah sebuah penghalang bagi Ferry Fadzlul Rahman Ph.D. dalam meraih pendidikan tinggi dan menggapai cita-citanya. Ferry (31 tahun), begitu ia kerap disapa, ia diterima di Departemen Healthcare Administration dan sukses menyelesaikan studi S3-nya dalam kurun tiga tahun dua bulan.
Ia berhasil meraih beasiswa S3 di Asia University, Taiwan. Tidak ada usaha yang menghianati hasil adalah ungkapan yang dapat diberikan kepada salah satu lulusan PhD dari Asia University Taiwan yang juga merupakan dosen dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT). “Sebelumnya, saya mendaftar dibeberapa beasiswa di luar negeri, namun yang pertama kali menerima saya untuk adalah Asia University dengan mendapat beasiswa Scholarship dari Universitas Taiwan dengan kategori A yaitu beasiswa bebas biaya SPP dan geduang asrama,” ujar Ferry kepada Suara Muhammadiyah ketika diwawancara melalui WhatsApp pada Selasa, (17/11/2021).
Tiga tahun lebih meninggalkan keluarga di indonesia untuk melanjutkan pendidikan doctor di Taiwan selain beasiswa Scholarship, Ferry juga mendapat bantuan dari UMKT untuk kebutuhan selama berada di Taiwan. Mengingat kebutuhan biaya hidup di Taiwan cukup tinggi dan terkadang harus mengirim sebagain uangnya untuk kebutuhan keluarga di Indonesia, ia memanfaatkan waktu luangnya disela-sela kewajiban kuliah dengan bekerja part time di pabrik dan di restoran Indonesia yang berada di Taiwan, namun tidak berlangsung lama karena restoran harus tutup karena terdampak pandemic Covid -19.
Dengan kesibukan kuliah dan mengharuskannya kerja part time, dalam hal mengatur waktu “Biasanya saya bekerja pada saat libur kuliah, atau pada saat jam kosong kuliah itu saya pakai untuk bekerja, dan untuk di restoran biasanya hanya pada saat hari libur kuliah saja,” tuturnya.
Hidup jauh dari keluarga dan tanah kelahiran, tentu suka dan duka menghampiri perjalann Ferry selama menempu pendidikan, salah satunya ialah kuliahnya sempat terhambat selama satu semester ketika ia berada di Indonesia dan tidak bisa kembali akibat pandemi Covid-19. Namun akhirnya setelah dibukanya border antara Indonesia dan Taiwan, ia bisa kembali ke Taiwan untuk menyelesaikan studinya. “Kemudian sampai saat ini saya belum bisa kembali, biasanya saya bisa kembali ke Indonesia keTika libur semeser, namun karena adanya pandemic dan pemerintah Taiwan membatasi perjalanan sehingga saya masih berada di Taiwan sampai saya menyelesaikan studi,” tuturnya.
Sedangkan untuk mengobatai rasa rindunya terhadap keluarga dan kampung halaman, Ferry juga aktif di organisasi Muhammadiyah yang berada di Taiwan sebagai tempat berdakwah dan beribadah bersama-sama, sekaligus sebagai keluarga ditanah perantauan.
“Apapun yang ingin kita capai, itu akan kita dapatkan jika kita bersungguh-sungguh,” prinsip itulah yang selalu Ferry pegang sampai ia berhasil menyelesaikan S3-nya, selain doa keluarga terutama doa sang ibu. Cita-citanya yang memang ingin berkuliah di luar negeri agar pengetahuanya lebih luas, serta pembuktian terhadap keluarganya.
Ia memberikan tips bagi generasi muda khususnya yang memiliki keinginan berkuliah di luar negeri, yaitu harus menyiapkan sejak awal, pertama mendapat izin restu dari keluarga, kedua memegang teguh komitmen, serta merencanakan dan menjalankan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita yang harapkan. (guf)