Harapan Ketua Umum Muhammadiyah dalam Peresmian Kantor Majelis Diktilitbang

BANTUL, Suara Muhammadiyah-Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah melakukan peresmian Kantor Majelis Diktilitbang pada 22 November 2021. Kantor yang beralamat di Jalan Brawijaya No. 89, Menayu Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul ini diresmikan oleh ketua umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, disaksikan oleh Menko PMK Prof Muhadjir Effendy (secara daring), Ketua Majelis Diktilitbang Prof Lincolin Arsyad, dan para rektor yang hadir.

Haedar Nashir memberi apresiasi tinggi atas kiprah Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang perjuangannya telah dirintis oleh almarhum Djazman Alkindi. “Saya dengan tulus dan rendah hati mengucapkan terima kasih atas seluruh darma bakti Pimpinan Diktilibang dan para dosen dan karyawan seluruhnya, sehingga kita cukup leading dalam pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia,” ujarnya.

Ia berharap semua pihak terus memupuk semangat pengkhidmatan pada dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Semua wujud pengkhidmatan itu, kata Haedar, sebagai wujud beribadah kepada Allah. Di saat yang sama, juga sebagai wujud usaha membangun kemaslahatan umat. Majelis Diktilitbang dan seluruh PTMA diharapkan terus membangkitkan kembali semangat keilmuan dan spirit penghargaan pada IPTEK di lingkungan Persyarikatan.

Haedar Nashir menyampaikan enam pesan khusus. Pertama, perlunya peneguhan dan pengembangan AIK yang menyatu dengan catur darma Perguruan Tinggi. “Al-Islam dan Kemuhammadiyahan harus menjadi basic values untuk diinternalisasi secara sistematis.” Jika AIK terinternalisasi dengan baik, ia berharap tidak ada lagi problem moral di PTMA. “Tidak hanya formalisme, tetapi terinstitusi dalam bentuk identitas/karakter yang khas, dalam wujud Islam berkemajuan.”

Kedua, membangun epistemologi keilmuan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang terintegrasi dan holistik. Menurutnya, para guru besar Muhammadiyah yang hampir 200 orang itu perlu diajak untuk berpikir dan mengembangkan epistemologi keilmuan yang terintegrasi-interkoneksi, yang multi paradigma.

Ketiga, mengembangkan pusat-pusat riset yang unggul. “Dosen-dosen kita banyak yang sudah berprestasi dalam bidang riset, tapi perlu untuk bersinergi dan berkolaborasi,” ujarnya. Ia mengapresiasi beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang sudah membangun pusat riset.

Keempat, mengembangkan pusat-pusat keunggulan yang sesuai dengan kekhasan masing-masing PTMA yang berjumlah 165. Selain bidang-bidang yang telah ditekuni selama ini, Haedar juga berharap dikembangkannya bidang ekonomi dan bisnis. Dalam bidang bisnis, Haedar percaya pada prinsip: ‘ceburkan ke kolam renang sambil diajari perlahan’. Katanya, “mengeksplor Islam rahmatan lil alamin tidak bisa tanpa kekuatan ekonomi.”

Kelima, membangun SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul. “Ini wajib hukumnya dan Muhammadiyah sudah memulai. Tolong PTMA mendorong AMM yang punya potensi untuk belajar ke luar negeri sebanyak-banyaknya,” kata Haedar. Ia juga mendorong dunia perguruan tinggi fokus pada agenda keilmuan, “Dunia perguruan tinggi harus relatif bebas dari proyek-proyek politik.”

Keenam, membangun masyarakat ilmu dan membangun gerakan keilmuan. Selama ini Muhammadiyah membangun masyarakat melalui KKN. Hal itu perlu diteruskan, tetapi juga perlu dilakukan dalam wujud lain, seperti di ranah media sosial. Masyarakat  perlu diajak bermedia sosial dengan basis ilmu. “Jangan sampai perdebatan di medsos lama-kelamaan membuat warga Muhammadiyah makin dangkal dan apologi. Masyarakat ilmu punya dasar logika yang logis, bertindak atas dasar ilmu.”

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia yang sekaligus Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi pendidikan, Prof Muhadjir Effendy yang hadir secara daring mengapresiasi usaha dan kiprah Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Ia berharap kantor ini semakin memacu kinerja majelis dan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.

Ketua Majelis Diktilitbang Prof Lincolin Arsyad menyebut bahwa kantor ini dibangun dengan spirit gotong-royong. “Majelis Diktilitbang telah berdiri sejak tahun 1986, dan setelah 35 tahun beroperasi akhirnya memiliki kantor yang cukup representatif,” katanya. Kantor seluas 265m2 ini menelan biaya 3,1 milyar. Majelis juga membeli tanah di sisi barat kantor seluas 280m2 senilai 1,9 milyar.

Dalam kesempatan itu, Sekretaris Majelis Diktilitbang Muhammad Sayuti PhD meluncurkan tiga sistem informasi manajemen yang melengkapi sistem yang telah ada. Tiga sistem aplikasi yang diluncurkan adalah (1) sistem laporan kinerja pimpinan PTM; (2) sistem implementasi standar AIK; dan (3) sistem pengelolaan beasiswa. (ribas)

 

Exit mobile version