• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Desember 5, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
24 November, 2021
in Analog
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an
Share

Judul               : Ayat-ayat Pembelajaran dalam Al-Qur’an

Penulis             : Prof Zamroni PhD

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Penerbit           : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : 1, Oktober 2021

Tebal, ukuran  : xxii + 298 hlm, 15 x 23 cm

ISBN               : 978-602-6268-92-1

 

Ada fenomena menarik, terutama di kalangan Islam modernis. Mereka yang biasanya bergelut dengan dunia sains dan ilmu-ilmu kealaman, mulai tertarik mengkaji Al-Qur’an secara mendalam. Ada yang menyambut positif, bahwa sudah semestinya, semua bidang kehidupan ditimbang dengan kacamata Al-Qur’an. Nilai-nilai etik Al-Qur’an harus menjiwai seluruh aktivitas kemanusiaan guna menjalankan amanah sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Ada juga yang menyambut fenomena ini dengan tidak menggembirakan. Mereka khawatir jika para ahli sains berbondong mengkaji Al-Qur’an, maka bias metode dan pendekatan ilmu sains akan terbawa dalam melihat Al-Qur’an. Sains dan ilmu kealaman dibangun dengan paradigma empiris dan logika pasti, terkadang hanya memuat satu kebenaran final. Sikap ini dikhawatirkan memicu cara beragama yang serba hitam-putih, reduksionis, dan melupakan historisitas pegumulan wahyu. Dalam ilmu sosial-humaniora, simpulan fakta bisa sangat beragam, dan tidak ada klaim: kebenaran akhir.

Kelompok kedua ini juga khawatir jika pengkaji Qur’an dari latar belakang sains hanya mempraktikkan sikap apologetik: melakukan ayatisasi atas temuan sains. Mereka mencari kecocokan ayat-ayat untuk dilekatkan pada tema-tema yang dinilai sejalan. Kadang terjebak pada simplifikasi dan generalisasi. Berangkat dari rasa inferior atas peradaban Barat yang maju secara fisik dan keilmuan, datang pengkaji Qur’an dengan niat melakukan pembuktian, bahwa Al-Qur’an telah memuat semua bidang ilmu.

Terlepas dari perdebatan itu, hadirnya buku ini patut disambut gembira. Zamroni merupakan ahli pendidikan yang hidupnya dibaktikan bagi dunia pendidikan, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, serta Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah pensiun, Zamroni mencurahkan waktu untuk mengkaji Al-Qur’an. Hasil kajiannya secara mendalam ini coba dihubungkan dengan bidang pendidikan dan pembelajaran yang telah ditekuninya selama puluhan tahun. Hasilnya cukup mengesankan, dan ia tuangkan dalam buku ini.

Hadirnya buku ini menawarkan satu perspektif baru dalam dunia pembelajaran, tidak melulu merujuk ke filsafat Barat. “Dari perspektif pendidikan, Al-Qur’an ibaratnya sumber mata air yang belum banyak dimanfaatkan oleh umat manusia. Ayat 31 surat Al-Baqarah, Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk pembelajar, yang memiliki kecerdasan dan bakat bahasa, yang dengan bahasa, manusia bisa belajar,” tulis Zamroni (hlm viii). Menurutnya, hakikat pendidikan adalah mengajak orang berpikir dengan peralatan yang telah disediakan Allah. Al-Qur’an dinilai sebagai sumber inspirasi untuk berpikir.

Zamroni merincikan pandangan Al-Qur’an tentang pembelajaran, mulai dari konsep dasar manusia, sumber dan materi pembelajaran, prinsip pembelajaran, pendidikan karakter, pembelajaran berbasis keaktifan guru dan keaktifan siswa, hingga metode pembelajaran berbasis olah pikir. Landasan Qur’ani yang menjadi kekhasan buku ini dinilai penting supaya pendidikan tidak mengarah pada corak humanisme-sekuler yang pragmatis dan kering.

Haedar Nashir menyambut baik buku ini, sebab menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber nilai pendidikan dan pembelajaran. Wahyu pertama bahkan dimulai dengan: iqra bismi rabbika allazi khalaq. “Iqra dalam makna membaca secara verbal sampai membaca dalam makna luas, seperti studi, memikirkan, mengkaji, meneliti, dan seluruh kegiatan akal pikiran dan penggunaan ilmu pengetahuan sebagai sunnatullah. Termasuk membaca ayat-ayat semesta.” (hlm xiv). Iqra adalah basis membangun peradaban. (Muhammad Ridha Basri)

Tags: Al-Qur’anmuhammadiyahpembelajaranZamroni
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Dosen UMP Go Internasional

Dosen UMP Go Internasional

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In